Mancini sadar, Italia dalam beberapa tahun terakhir tidak lagi memiliki sosok pemain bintang atau setidaknya jadi patron. Untuk mendapatkan skuad pilihannya di Euro 2020, pelatih kelahiran Jesi (kota di Provinsi Ancona) 56 tahun silam itu sampai memanggil 58 pemain dalam setahun terakhir.
Alhasil, skuad Italia pun tidak lagi didominasi pemain dari klub-klub besar Italia. Klub medioker seperti US Sassuolo, misalnya, bisa menempatkan sampai tiga nama dalam daftar 26 pemain Gli Azzurri untuk Euro 2020.
”Dia (Mancini) bukan pemimpi dan dia berhak (atas juara Euro 2020, Red),” tandas Zenga yang capaian terbaiknya bersama Italia di Euro adalah semifinalis edisi 1988 tersebut.
Di Wembley Stadium, Senin (12/7) dini hari WIB, Mancini membawa Italia mengangkat trofi juara Euro kali kedua setelah 1968 usai mengalahkan Inggris lewat adu penalti 3-2 (1-1).
Tertinggal oleh gol cepat dalam sejarah final Euro via Luke Shaw (1 menit 57 detik), Italia tidak lantas tertekan. Chiellini dkk perlahan-lahan mengendalikan tempo, bahkan mendikte permainan setelah turun minum.
Pengalaman menang adu penalti (4-2) atas Spanyol di semifinal sedikit banyak menjadi modal Italia untuk mempermalukan Inggris di depan 67.173 penonton di Wembley Stadium yang mayoritas mendukung The Three Lions.
”Nyaris tidak ada orang yang percaya kami bisa masuk ke final, lalu menjuarainya. Victory yang sepertinya mustahil bisa kami dapatkan, bahkan untuk sekadar dipikirkan,’’ ungkap Mancini yang juga pernah memenangkan trofi juara di Wembley sedekade lalu (Piala FA 2011 bersama Manchester City).
Selain kesabaran dan ketekunan dalam menyeleksi pemain, Mancini dianggap membuat Gli Azzurri sebagai sebuah tim yang kreatif. Tim yang membuat para pemainnya menikmati permainan ketimbang sekadar memburu kemenangan semata.
”Itulah yang membuat Mancini leluasa memainkan skema apa pun, 4-3-3 atau 3-4-2-1 (seperti dalam final kemarin, Red),’’ tulis Richard Hall dalam analisisnya di Football Italia.
”Di timnas, saya seperti sedang bermain sepak bola lima lawan lima dengan teman-teman saya,’’ klaim wide attacker Italia Lorenzo Insigne kepada La Gazzetta dello Sport. (jpc)
Ambisi Mancini Membawa Italia ke Jalur Juara Tercapai
Mancini sadar, Italia dalam beberapa tahun terakhir tidak lagi memiliki sosok pemain bintang atau setidaknya jadi patron. Untuk mendapatkan skuad pilihannya di Euro 2020, pelatih kelahiran Jesi (kota di Provinsi Ancona) 56 tahun silam itu sampai memanggil 58 pemain dalam setahun terakhir.
Alhasil, skuad Italia pun tidak lagi didominasi pemain dari klub-klub besar Italia. Klub medioker seperti US Sassuolo, misalnya, bisa menempatkan sampai tiga nama dalam daftar 26 pemain Gli Azzurri untuk Euro 2020.
”Dia (Mancini) bukan pemimpi dan dia berhak (atas juara Euro 2020, Red),” tandas Zenga yang capaian terbaiknya bersama Italia di Euro adalah semifinalis edisi 1988 tersebut.
Di Wembley Stadium, Senin (12/7) dini hari WIB, Mancini membawa Italia mengangkat trofi juara Euro kali kedua setelah 1968 usai mengalahkan Inggris lewat adu penalti 3-2 (1-1).
Tertinggal oleh gol cepat dalam sejarah final Euro via Luke Shaw (1 menit 57 detik), Italia tidak lantas tertekan. Chiellini dkk perlahan-lahan mengendalikan tempo, bahkan mendikte permainan setelah turun minum.
Pengalaman menang adu penalti (4-2) atas Spanyol di semifinal sedikit banyak menjadi modal Italia untuk mempermalukan Inggris di depan 67.173 penonton di Wembley Stadium yang mayoritas mendukung The Three Lions.
”Nyaris tidak ada orang yang percaya kami bisa masuk ke final, lalu menjuarainya. Victory yang sepertinya mustahil bisa kami dapatkan, bahkan untuk sekadar dipikirkan,’’ ungkap Mancini yang juga pernah memenangkan trofi juara di Wembley sedekade lalu (Piala FA 2011 bersama Manchester City).
Selain kesabaran dan ketekunan dalam menyeleksi pemain, Mancini dianggap membuat Gli Azzurri sebagai sebuah tim yang kreatif. Tim yang membuat para pemainnya menikmati permainan ketimbang sekadar memburu kemenangan semata.
”Itulah yang membuat Mancini leluasa memainkan skema apa pun, 4-3-3 atau 3-4-2-1 (seperti dalam final kemarin, Red),’’ tulis Richard Hall dalam analisisnya di Football Italia.
”Di timnas, saya seperti sedang bermain sepak bola lima lawan lima dengan teman-teman saya,’’ klaim wide attacker Italia Lorenzo Insigne kepada La Gazzetta dello Sport. (jpc)