Sabtu, Juli 12, 2025
34.7 C
Palangkaraya

Kritik Gerald Vanenburg soal Pemain Asing Jadi Sorotan Publik & Media: “Pemain Muda BRI Super League Cuma Pelengkap?

REGULASI baru yang akan diterapkan BRI Super League 2025/2026 terkait tiap klub diperbolehkan mendaftarkan hingga 11 pemain asing dengan maksimal 8 pemain dimainkan, ternyata menuai pro dan kontra dari berbagai pihak.

 

Ada yang setuju, ada yang bersikap netral, dan tak sedikit pula yang justru mengkritik keputusan PT LIB tersebut.

 

Salah satu yang mengutarakan kritik atas kebijakan itu adalah Gerald Vanenburg, pelatih berkebangsaan Belanda yang kini mengemban tugas menangani Timnas Indonesia U-23.

 

Vanenburg bahkan menyebut kebijakan tersebut sebagai sebuah lelucon yang justru akan menghambat perkembangan pemain muda lokal.

 

Menurut Vanenburg, langkah ini bertentangan dengan upaya pembinaan sepak bola nasional yang seharusnya fokus pada pengembangan talenta muda.

 

Ia menilai, bertambahnya kuota pemain asing akan membuat pemain lokal semakin sulit menembus tim utama, apalagi Indonesia hanya memiliki satu kompetisi liga utama.

 

“Saya pikir itu lelucon. Sungguh, saya pikir itu lelucon. Karena saya pikir kita di Indonesia ini seharusnya mendorong pemain muda masuk tim utama,” ujar dikutip dari Antara.

 

Dia menegaskan Indonesia semestinya mendorong pemain muda untuk mendapat tempat di tim utama klub. Dengan cara itu, potensi besar yang dimiliki generasi muda bisa berkembang maksimal melalui pengalaman bertanding.

 

Vanenburg menyoroti regulasi baru justru mematikan harapan pemain muda untuk berkembang di kompetisi lokal.

 

Ia mencontohkan pengalaman pribadinya saat menembus tim utama Ajax Amsterdam pada usia 17 tahun di musim 1980/1981.

 

Menurut data Transfermarkt, saat itu Vanenburg bermain 13 kali di kompetisi domestik Eredivisie dan Piala KNVB, dengan mencetak empat gol serta satu assist.

 

Pengalaman tersebut dianggapnya sebagai bukti pentingnya memberi kepercayaan pada pemain muda sejak dini.

 

“Saya berusia 17 tahun ketika bermain di tim utama Ajax. Jadi, saya pikir ada pemain muda yang sangat bagus di sini. Dan saya pikir ada lebih banyak pemain bagus. Jadi, saya pikir kita harus memberi mereka kesempatan untuk berkembang,” lanjutnya.

Baca Juga :  Lanjutan Kompetisi Liga 1 Masih Misteri

 

Vanenburg percaya Indonesia punya banyak pemain muda potensial yang siap bersinar. Namun peluang mereka akan tertutup jika klub-klub terus membanjiri skuad dengan pemain asing.

 

Regulasi 11 pemain asing ini merupakan keputusan PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang diumumkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan dan luar biasa di Hotel Langham, Jakarta, Senin lalu.

 

Dalam keputusan itu, setiap klub diberi wewenang mendaftarkan 11 pemain asing, meski hanya delapan yang boleh masuk daftar susunan pemain dan tampil dalam satu laga.

 

Di sisi lain, Super League musim depan tetap mewajibkan setiap klub memainkan minimal satu pemain U-23 selama minimal 45 menit.

 

Meski terlihat sebagai dukungan untuk pemain muda, Vanenburg menilai kebijakan ini belum cukup jika jumlah pemain asing tetap mendominasi.

 

Ia menilai aturan ini harus dibarengi dengan pengurangan kuota pemain asing agar pemain muda tidak hanya “pelengkap kewajiban.”

 

Dalam pandangannya, menit bermain seharusnya diraih karena kualitas, bukan sekadar mematuhi regulasi.

 

“Jadi, saya pikir kita harus memberi mereka kesempatan untuk berkembang,” tambah pelatih berusia 61 tahun tersebut. Pernyataan Vanenburg pun langsung menyita perhatian publik dan ramai dibahas di media sosial.

 

Netizen pun ramai-ramai menyatakan dukungan terhadap kritik Vanenburg melalui kolom komentar akun Instagram Transfermarkt. Banyak yang merasa regulasi baru ini tidak berpihak pada perkembangan sepak bola nasional.

 

“Setuju,” tulis salah satu netizen singkat namun tegas. Komentar lainnya menyebut, “Regulasi memaksakan,” yang menggambarkan kekesalan publik terhadap keputusan tersebut.

 

Seorang netizen bahkan langsung menandai Ketua Umum PSSI Erick Thohir dalam komentarnya, “@erickthohir benar ini pak..Ubah regulasi 11 pemain asing tahun ini.. cukup 8 saja seperti musim sebelumnya..Berikan jatah bermain untuk pemain muda atau pemain lokal kita sendiri.”

Baca Juga :  Rumor Balik Kandang: Ryo Mau Cabut dari Persija? CLBK Nih

 

Komentar lain juga menyentil soal pentingnya pembinaan pemain muda sebagai fondasi masa depan sepak bola Indonesia.

 

“11 pemain asing di Liga 1 bertolak belakang dengan pembinaan usia dini & berjenjang, pemain didikan akademi yang usia 17+ yang diorbitkan ke senior harusnya punya peluang lebih besar buat dapat menit bermain di klub.”

 

Tidak sedikit juga yang meminta Erick Thohir untuk meninjau ulang kebijakan tersebut sebelum musim baru dimulai.

 

“@erickthohir jangan dipecat pak, apa yg dinilainya benar dan objektif, justru tarik lagi peraturannya, sebelum semua dimulai,” tulis netizen lainnya.

 

Kritik Vanenburg menjadi sorotan karena datang dari sosok yang punya pengalaman panjang di sepak bola Eropa.

 

Sebagai legenda Belanda yang pernah bersinar di Ajax dan PSV, ia paham betul pentingnya memberikan ruang pada pemain muda untuk berkembang melalui jam terbang.

 

Langkah PT LIB yang membebaskan pendaftaran 11 pemain asing dinilai berisiko menurunkan kualitas regenerasi pemain nasional.

 

Para pengamat bahkan menyebut klub bisa tergoda menurunkan pemain asing terus-menerus demi hasil instan, ketimbang membina pemain lokal jangka panjang.

 

Gerald Vanenburg pun berharap agar federasi dan operator liga segera mempertimbangkan ulang regulasi ini. Ia menegaskan masa depan sepak bola Indonesia tidak bisa dibangun dengan mengandalkan pemain asing semata.

 

Pernyataan tegas Vanenburg dan reaksi keras publik jadi sinyal penting bagi para pengambil kebijakan di sepak bola nasional.

 

Jika suara-suara seperti ini terus diabaikan, bukan tidak mungkin Indonesia akan kesulitan mencetak generasi emas seperti yang diharapkan.

 

Regulasi 11 pemain asing mungkin menguntungkan dari sisi komersial, namun harus ada keseimbangan dengan visi pembinaan jangka panjang. (jpc)

REGULASI baru yang akan diterapkan BRI Super League 2025/2026 terkait tiap klub diperbolehkan mendaftarkan hingga 11 pemain asing dengan maksimal 8 pemain dimainkan, ternyata menuai pro dan kontra dari berbagai pihak.

 

Ada yang setuju, ada yang bersikap netral, dan tak sedikit pula yang justru mengkritik keputusan PT LIB tersebut.

 

Salah satu yang mengutarakan kritik atas kebijakan itu adalah Gerald Vanenburg, pelatih berkebangsaan Belanda yang kini mengemban tugas menangani Timnas Indonesia U-23.

 

Vanenburg bahkan menyebut kebijakan tersebut sebagai sebuah lelucon yang justru akan menghambat perkembangan pemain muda lokal.

 

Menurut Vanenburg, langkah ini bertentangan dengan upaya pembinaan sepak bola nasional yang seharusnya fokus pada pengembangan talenta muda.

 

Ia menilai, bertambahnya kuota pemain asing akan membuat pemain lokal semakin sulit menembus tim utama, apalagi Indonesia hanya memiliki satu kompetisi liga utama.

 

“Saya pikir itu lelucon. Sungguh, saya pikir itu lelucon. Karena saya pikir kita di Indonesia ini seharusnya mendorong pemain muda masuk tim utama,” ujar dikutip dari Antara.

 

Dia menegaskan Indonesia semestinya mendorong pemain muda untuk mendapat tempat di tim utama klub. Dengan cara itu, potensi besar yang dimiliki generasi muda bisa berkembang maksimal melalui pengalaman bertanding.

 

Vanenburg menyoroti regulasi baru justru mematikan harapan pemain muda untuk berkembang di kompetisi lokal.

 

Ia mencontohkan pengalaman pribadinya saat menembus tim utama Ajax Amsterdam pada usia 17 tahun di musim 1980/1981.

 

Menurut data Transfermarkt, saat itu Vanenburg bermain 13 kali di kompetisi domestik Eredivisie dan Piala KNVB, dengan mencetak empat gol serta satu assist.

 

Pengalaman tersebut dianggapnya sebagai bukti pentingnya memberi kepercayaan pada pemain muda sejak dini.

 

“Saya berusia 17 tahun ketika bermain di tim utama Ajax. Jadi, saya pikir ada pemain muda yang sangat bagus di sini. Dan saya pikir ada lebih banyak pemain bagus. Jadi, saya pikir kita harus memberi mereka kesempatan untuk berkembang,” lanjutnya.

Baca Juga :  Lanjutan Kompetisi Liga 1 Masih Misteri

 

Vanenburg percaya Indonesia punya banyak pemain muda potensial yang siap bersinar. Namun peluang mereka akan tertutup jika klub-klub terus membanjiri skuad dengan pemain asing.

 

Regulasi 11 pemain asing ini merupakan keputusan PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang diumumkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan dan luar biasa di Hotel Langham, Jakarta, Senin lalu.

 

Dalam keputusan itu, setiap klub diberi wewenang mendaftarkan 11 pemain asing, meski hanya delapan yang boleh masuk daftar susunan pemain dan tampil dalam satu laga.

 

Di sisi lain, Super League musim depan tetap mewajibkan setiap klub memainkan minimal satu pemain U-23 selama minimal 45 menit.

 

Meski terlihat sebagai dukungan untuk pemain muda, Vanenburg menilai kebijakan ini belum cukup jika jumlah pemain asing tetap mendominasi.

 

Ia menilai aturan ini harus dibarengi dengan pengurangan kuota pemain asing agar pemain muda tidak hanya “pelengkap kewajiban.”

 

Dalam pandangannya, menit bermain seharusnya diraih karena kualitas, bukan sekadar mematuhi regulasi.

 

“Jadi, saya pikir kita harus memberi mereka kesempatan untuk berkembang,” tambah pelatih berusia 61 tahun tersebut. Pernyataan Vanenburg pun langsung menyita perhatian publik dan ramai dibahas di media sosial.

 

Netizen pun ramai-ramai menyatakan dukungan terhadap kritik Vanenburg melalui kolom komentar akun Instagram Transfermarkt. Banyak yang merasa regulasi baru ini tidak berpihak pada perkembangan sepak bola nasional.

 

“Setuju,” tulis salah satu netizen singkat namun tegas. Komentar lainnya menyebut, “Regulasi memaksakan,” yang menggambarkan kekesalan publik terhadap keputusan tersebut.

 

Seorang netizen bahkan langsung menandai Ketua Umum PSSI Erick Thohir dalam komentarnya, “@erickthohir benar ini pak..Ubah regulasi 11 pemain asing tahun ini.. cukup 8 saja seperti musim sebelumnya..Berikan jatah bermain untuk pemain muda atau pemain lokal kita sendiri.”

Baca Juga :  Rumor Balik Kandang: Ryo Mau Cabut dari Persija? CLBK Nih

 

Komentar lain juga menyentil soal pentingnya pembinaan pemain muda sebagai fondasi masa depan sepak bola Indonesia.

 

“11 pemain asing di Liga 1 bertolak belakang dengan pembinaan usia dini & berjenjang, pemain didikan akademi yang usia 17+ yang diorbitkan ke senior harusnya punya peluang lebih besar buat dapat menit bermain di klub.”

 

Tidak sedikit juga yang meminta Erick Thohir untuk meninjau ulang kebijakan tersebut sebelum musim baru dimulai.

 

“@erickthohir jangan dipecat pak, apa yg dinilainya benar dan objektif, justru tarik lagi peraturannya, sebelum semua dimulai,” tulis netizen lainnya.

 

Kritik Vanenburg menjadi sorotan karena datang dari sosok yang punya pengalaman panjang di sepak bola Eropa.

 

Sebagai legenda Belanda yang pernah bersinar di Ajax dan PSV, ia paham betul pentingnya memberikan ruang pada pemain muda untuk berkembang melalui jam terbang.

 

Langkah PT LIB yang membebaskan pendaftaran 11 pemain asing dinilai berisiko menurunkan kualitas regenerasi pemain nasional.

 

Para pengamat bahkan menyebut klub bisa tergoda menurunkan pemain asing terus-menerus demi hasil instan, ketimbang membina pemain lokal jangka panjang.

 

Gerald Vanenburg pun berharap agar federasi dan operator liga segera mempertimbangkan ulang regulasi ini. Ia menegaskan masa depan sepak bola Indonesia tidak bisa dibangun dengan mengandalkan pemain asing semata.

 

Pernyataan tegas Vanenburg dan reaksi keras publik jadi sinyal penting bagi para pengambil kebijakan di sepak bola nasional.

 

Jika suara-suara seperti ini terus diabaikan, bukan tidak mungkin Indonesia akan kesulitan mencetak generasi emas seperti yang diharapkan.

 

Regulasi 11 pemain asing mungkin menguntungkan dari sisi komersial, namun harus ada keseimbangan dengan visi pembinaan jangka panjang. (jpc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/