SAMPIT-Menyusuri Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), tak lengkap tanpa singgah sejenak di Tugu Ikan Jelawat.
Berdiri megah di tepi Sungai Mentaya, monumen ini bukan hanya menjadi simbol kehidupan masyarakat pesisir, tapi juga destinasi wisata yang menyuguhkan perpaduan antara sejarah, budaya, dan keindahan alam.
Sejak diresmikan pada 21 Februari 2015 oleh Bupati Kotim kala itu, Supian Hadi, Tugu Ikan Jelawat telah menjelma menjadi magnet wisata baru di jantung kota.

Lokasinya berada di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang (MBK), berdekatan dengan Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) dan Pelabuhan Habaring Hurung membuatnya mudah dijangkau dan menjadi salah satu spot favorit wisatawan, terutama yang datang melalui jalur sungai.
“Saat ini, kawasan tugu bukan hanya tempat bersejarah, tapi juga ruang publik yang hidup. Anak-anak bermain, wisatawan berfoto, dan suasana ramai jadi daya tarik tersendiri,” ujar Masnah, Kepala Bidang Sejarah, Cagar Budaya dan Permuseuman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotim, kepada Kalteng Pos, belum lama ini.
Tugu ini menggambarkan ikan jelawat berukuran besar, seolah sedang melompat dari sungai.
Bukan tanpa alasan ikan ini dipilih sebagai simbol. Selain karena dulunya melimpah di Sungai Mentaya, ikan jelawat juga memiliki nilai ekonomis dan budaya yang tinggi bagi masyarakat lokal.
Tugu ini pun menjadi sarana edukasi yang unik bagi generasi muda untuk mengenal kekayaan hayati yang pernah menjadi andalan masyarakat Kotim.
“Ikan jelawat itu dulunya sangat mudah ditemukan di Sungai Mentaya. Tugu ini menjadi pengingat akan masa di mana sungai adalah urat nadi kehidupan masyarakat,” katanya.
Kawasan sekitar tugu pun telah berkembang menjadi titik kumpul masyarakat dan wisatawan.
Di sore hari, pelataran tugu ramai oleh pedagang kaki lima dan warga yang menikmati angin sungai. Kapal ferry dan perahu wisata susur sungai turut memperindah panorama.
Saat matahari tenggelam, bayangan patung ikan jelawat memantul indah di permukaan Sungai Mentaya, menciptakan suasana magis yang sayang untuk dilewatkan.
Fajar Muslimin, salah seorang warga yang kerap mengajak tamu berkunjung ke tugu tersebut, menyebut Tugu Jelawat sebagai kebanggaan kota.
“Setiap ada tamu dari luar daerah, pasti saya ajak ke sini. Ini ikon Sampit. Begitu lihat patung ini, orang langsung tahu, ‘Oh, ini Sampit,’” ujarnya.
Namun, Fajar juga berharap adanya perbaikan dan penataan lebih lanjut agar kawasan Tugu Jelawat tetap menarik.
“Kalau malam, lampunya kurang. Sayang sekali kalau ikon sebagus ini kurang pencahayaan. Padahal suasana malam di tepi sungai sangat berpotensi jadi daya tarik wisata,” katanya.
Dengan sentuhan penataan yang lebih optimal, kawasan Tugu Ikan Jelawat diyakini bisa menjadi ikon wisata unggulan Sampit.
Bukan hanya sebagai pengingat sejarah, tapi juga sebagai ruang publik yang menyatukan warga dan menarik minat wisatawan dari luar daerah. (mif)