DI tengah hiruk-pikuk Kota Pontianak, tepatnya di Kampung Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, berdiri megah Istana Kadriah, saksi bisu kejayaan Kesultanan Pontianak yang berdiri sejak abad ke-18.
Istana ini dibangun pada tahun 1771 oleh pendiri sekaligus Sultan pertama Pontianak, Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie.
Bangunan istana yang berbentuk rumah panggung ini memikat mata dengan warna kuning cerah yang menjadi ciri khasnya, simbol keagungan dan kemegahan kerajaan.
Tidak hanya dari segi arsitektur, nilai sejarah istana ini pun begitu kuat.
Salah satu daya tarik utama Istana Kadriah adalah deretan 13 meriam kuno yang terletak di bagian depan istana.
Meriam-meriam tersebut berasal dari Portugis dan Prancis, dan dulunya digunakan sebagai alat pertahanan. Menariknya, ada kisah mistis di balik keberadaan meriam itu.
Konon, Sultan Syarif Abdurrahman menggunakannya untuk mengusir makhluk halus saat hendak mendirikan pusat kekuasaan di daerah Beting.
Selain itu, posisinya yang berada di pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Landak membuat istana ini rawan serangan bajak laut, sehingga meriam pun berfungsi sebagai alat penjaga keamanan kerajaan.
Istana Kadriah tak hanya menyimpan cerita masa lalu, tetapi juga berbagai benda bersejarah yang menjadi bukti kejayaan Kesultanan Pontianak.
Beberapa koleksi yang dapat ditemui di dalam istana antara lain:
- Â Foto-foto para sultan dan keluarga kerajaan
- Lambang Kesultanan Pontianak
- Lampu-lampu hias kuno
- Keris pusaka
- Meja giok yang elegan
- Singgasana sultan dan permaisuri
- Pakaian adat kerajaan
- Aneka senjata tradisional
- Cermin “pecah seribu” yang sarat nilai simbolik
Istana Kadriah kini menjadi salah satu destinasi wisata budaya dan sejarah yang paling ikonik di Kalimantan Barat.
Bagi para pencinta sejarah, tempat ini bukan sekadar bangunan tua, melainkan pintu masuk menuju masa lalu yang sarat akan kebijaksanaan, perjuangan, dan warisan budaya yang patut dilestarikan. (*)
