Rabu, Mei 28, 2025
28.2 C
Palangkaraya

Napak Tilas Kota Tua di Tengah Hiruk Pikuk Jakarta, Inilah Sejarahnya

KOTA Tua Jakarta bukan sekadar destinasi wisata, melainkan sebuah potongan sejarah hidup yang menyimpan jejak panjang perjalanan bangsa.

Mengunjunginya bukan hanya soal bersantai dan berfoto, tetapi juga menyelami pelajaran berharga dari masa lalu yang terus terjaga hingga kini.

Dikutip dari buku Wisata Kota Tua Jakarta, kawasan ini tidak hanya dikenal sebagai situs bersejarah, tetapi juga telah dikembangkan menjadi tempat rekreasi budaya yang menarik.

Kombinasi antara nilai historis dan nuansa klasik menjadikannya magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Dari Sunda Kelapa ke Batavia
Kisah Kota Tua bermula pada tahun 1526, ketika Kerajaan Demak mengutus panglima Fatahillah untuk merebut Pelabuhan Sunda Kelapa dari kekuasaan Portugis. Keberhasilan tersebut membuat wilayah itu berganti nama menjadi Jayakarta.

Baca Juga :  Tahu Enggak? Inilah Beberapa Alat Musik Tradisional Suku Dayak Kalteng

Namun, babak baru dimulai pada tahun 1619, saat VOC di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen menyerang Jayakarta dan menghancurkannya.

Di atas reruntuhan kota itu, VOC membangun sebuah kota baru bernama Batavia, sebagai penghormatan terhadap leluhur bangsa Belanda, Batavieren.
Pada tahun 1635, Batavia diperluas hingga ke barat Sungai Ciliwung. Kota ini dirancang dengan sistem pertahanan berupa parit dan tembok tinggi yang mengelilinginya, menjadikannya benteng dagang dan pusat administrasi VOC di Asia Timur.

Dari Batavia Menjadi Jakarta
Nama Batavia digunakan sejak 1621 hingga berakhirnya penjajahan Belanda pada 1942.

Ketika Jepang mengambil alih, kota ini resmi berganti nama menjadi Jakarta, yang bertahan hingga sekarang.

Kesadaran akan pentingnya pelestarian sejarah mulai tumbuh di era Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

Baca Juga :  Bukan di Kebun Binatang, Kasih Makan Rusa di Bawah Jembatan Kahayan

Pada tahun 1972, ia mengeluarkan keputusan resmi yang menetapkan Kota Tua sebagai situs warisan budaya, menandai awal mula upaya revitalisasi kawasan tersebut.

Wisata Sejarah yang Semakin Ramah Pengunjung
Kini, Kota Tua Jakarta menjelma menjadi ruang publik yang sarat nilai edukatif dan rekreatif.

Pengunjung dapat menikmati berbagai museum bersejarah seperti Museum Fatahillah, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Mandiri, hingga Museum Bank Indonesia.

Akses menuju Kota Tua pun semakin mudah. Pengunjung bisa memanfaatkan moda transportasi seperti TransJakarta maupun KRL Commuter Line.

Di kawasan ini juga tersedia fasilitas penyewaan sepeda, yang memungkinkan wisatawan menikmati suasana tempo dulu sambil berkeliling lebih santai. (*)

KOTA Tua Jakarta bukan sekadar destinasi wisata, melainkan sebuah potongan sejarah hidup yang menyimpan jejak panjang perjalanan bangsa.

Mengunjunginya bukan hanya soal bersantai dan berfoto, tetapi juga menyelami pelajaran berharga dari masa lalu yang terus terjaga hingga kini.

Dikutip dari buku Wisata Kota Tua Jakarta, kawasan ini tidak hanya dikenal sebagai situs bersejarah, tetapi juga telah dikembangkan menjadi tempat rekreasi budaya yang menarik.

Kombinasi antara nilai historis dan nuansa klasik menjadikannya magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Dari Sunda Kelapa ke Batavia
Kisah Kota Tua bermula pada tahun 1526, ketika Kerajaan Demak mengutus panglima Fatahillah untuk merebut Pelabuhan Sunda Kelapa dari kekuasaan Portugis. Keberhasilan tersebut membuat wilayah itu berganti nama menjadi Jayakarta.

Baca Juga :  Tahu Enggak? Inilah Beberapa Alat Musik Tradisional Suku Dayak Kalteng

Namun, babak baru dimulai pada tahun 1619, saat VOC di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen menyerang Jayakarta dan menghancurkannya.

Di atas reruntuhan kota itu, VOC membangun sebuah kota baru bernama Batavia, sebagai penghormatan terhadap leluhur bangsa Belanda, Batavieren.
Pada tahun 1635, Batavia diperluas hingga ke barat Sungai Ciliwung. Kota ini dirancang dengan sistem pertahanan berupa parit dan tembok tinggi yang mengelilinginya, menjadikannya benteng dagang dan pusat administrasi VOC di Asia Timur.

Dari Batavia Menjadi Jakarta
Nama Batavia digunakan sejak 1621 hingga berakhirnya penjajahan Belanda pada 1942.

Ketika Jepang mengambil alih, kota ini resmi berganti nama menjadi Jakarta, yang bertahan hingga sekarang.

Kesadaran akan pentingnya pelestarian sejarah mulai tumbuh di era Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

Baca Juga :  Bukan di Kebun Binatang, Kasih Makan Rusa di Bawah Jembatan Kahayan

Pada tahun 1972, ia mengeluarkan keputusan resmi yang menetapkan Kota Tua sebagai situs warisan budaya, menandai awal mula upaya revitalisasi kawasan tersebut.

Wisata Sejarah yang Semakin Ramah Pengunjung
Kini, Kota Tua Jakarta menjelma menjadi ruang publik yang sarat nilai edukatif dan rekreatif.

Pengunjung dapat menikmati berbagai museum bersejarah seperti Museum Fatahillah, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Mandiri, hingga Museum Bank Indonesia.

Akses menuju Kota Tua pun semakin mudah. Pengunjung bisa memanfaatkan moda transportasi seperti TransJakarta maupun KRL Commuter Line.

Di kawasan ini juga tersedia fasilitas penyewaan sepeda, yang memungkinkan wisatawan menikmati suasana tempo dulu sambil berkeliling lebih santai. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/