Kamis, Mei 29, 2025
25.7 C
Palangkaraya

IAIN Palangka Raya Resmi Menjadi Universitas Islam Negeri

PALANGKA RAYA-Sejarah baru tercipta pada dunia pendidikan tinggi di Kalimantan Tengah (Kalteng). 26 Mei 2025, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya resmi bertransformasi menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Palangka Raya.

Perubahan status ini disambut antusias berbagai pihak, termasuk akademisi dan tokoh penting di lingkungan kampus.

Prof. Dr. Ibnu Elmi A.S. Pelu, rektor IAIN Palangka Raya periode 2015-2019 menyampaikan kebanggaan dan rasa bahagianya atas capaian bersejarah ini.

Ia menilai perubahan status ini merupakan bagian dari upaya memenuhi hak masyarakat Kalteng untuk memiliki perguruan tinggi Islam berstatus UIN dengan akreditasi unggul.

“Bangga dan bahagia atas capaian ini. Transformasi IAIN menjadi UIN merupakan langkah besar dalam rangka memenuhi hak masyarakat Kalteng untuk memiliki kampus Islam negeri yang unggul dan berkualitas,” kata Prof. Ibnu saat dikonfirmasi Kalteng Pos, Senin (26/5/2025).

Ia mengungkapkan, perjalanan perubahan status kampus ini merupakan kelanjutan dari transformasi sebelumnya, saat STAIN Palangka Raya berubah menjadi IAIN pada 2014 lalu.

Kala itu, penguatan sarana prasarana kampus, termasuk pembangunan gedung kuliah S-1 dan pascasarjana, menjadi salah satu fondasi penting dalam pengembangan institusi.

Prof. Ibnu menambahkan, proposal perubahan status menjadi UIN pertama kali diajukan tahun 2016. Sejak saat itu, proposal itu terus disempurnakan dari sisi persyaratan administratif maupun capaian akademik, khususnya pada masa kepemimpinan Rektor Prof. Dr. H. Achmad Dakhoir.

“Proposal UIN pertama kali dibuat tahun 2016, lalu terus disempurnakan dari waktu ke waktu, hingga akhirnya berhasil terwujud hari ini. Ini adalah hasil kerja keras bersama dan kepemimpinan yang visioner,” tambahnya.

Prof. Ibnu mengajak seluruh pihak untuk menjaga dan merawat keberadaan UIN Palangka Raya, agar dapat memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat.

Baca Juga :  Diskusi Akal Sehat Rocky Gerung di IAIN Palangka Batal Digelar, Ini Alasannya

“Saya ucapkan selamat kepada kita semua. Mari kita rawat dan sebarkan manfaat UIN Palangka Raya ke seluruh penjuru, agar kehadirannya benar-benar memberi kontribusi nyata bagi pembangunan sumber daya manusia dan keislaman di Kalimantan Tengah,” pesannya.

Terpisah, rektor IAIN Palangka Raya periode 2019-2023, Prof. H. Khairil Anwar, mengungkapkan bahwa proses menjadi UIN sudah dimulai sejak 2019.

Namun, syarat yang ditetapkan saat itu sangat tinggi.

“Waktu saya menjabat tahun 2019, kampus ini sebenarnya sudah dipanggil untuk menjadi UIN, tetapi saat itu persyaratannya berat sekali, harus unggul, memiliki empat orang profesor, dan minimal lima program studi pascasarjana,” kenangnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, memasuki tahun 2021, syarat-syarat mulai dilonggarkan. Momentum itu kemudian dimanfaatkan semaksimal mungkin.

“Saya ingat betul, tantangan saat itu adalah bagaimana menambah profesor, meningkatkan akreditasi kampus ke unggul, dan menambah jumlah program pascasarjana. Alhamdulillah, satu per satu bisa dicapai,” katanya.

Setelah berbagai upaya dilakukan, pada tahun 2022 kampus resmi mengajukan permohonan perubahan status menjadi UIN, lalu diterima pada tahun 2023.

Meski sudah tidak lagi menjabat saat keputusan keluar, Khairil mengaku bersyukur karena benih yang ditanam telah tumbuh dan berbuah.

“Saya hanya menyampaikan bahwa semua ini proses panjang. Saya tidak mengklaim hasil akhirnya, tetapi saya ikut bahagia karena pernah menanamnya,” ucapnya.

Namun, ia mengingatkan bahwa tugas sesungguhnya justru dimulai setelah menjadi UIN. Ia menyoroti tantangan besar yang kini dihadapi oleh mahasiswa dan dosen, terutama terkait kualitas lulusan pada era kemajuan teknologi.

Baca Juga :  Terapkan Filosopi Huma Betang dalam Memberikan Pendidikan

“Saya khawatir generasi sekarang terlalu mengandalkan teknologi seperti ChatGPT atau AI dalam menyusun makalah. Mereka lupa membaca buku, tidak datang ke perpustakaan, dan akhirnya kehilangan kemampuan analisis,” tuturnya.

Ia menekankan bahwa AI bukan musuh, tetapi harus digunakan secara bijak.

“Kalau untuk membuat kerangka atau mendapatkan referensi, tidak masalah. Namun, isinya harus tetap dari pemahaman sendiri,” tegasnya.

Khairil juga menyebut lima kemampuan utama yang wajib dimiliki mahasiswa UIN.

“Mahasiswa diharapkan mampu berpikir kritis, berkreasi dan berinovasi, berkolaborasi, berkomunikasi, dan berkarakter,” sebutnya.

Poin-poin itu tentunya akan menjadi daya jual UIN di tengah masyarakat. Dengan kualitas alumni dan mahasiswa yang menjanjikan dan mumpuni, akan membuktikan kredibilitas UIN kepada khayalak.

”Kita tentu ingin menjadikan UIN ini dikenal, tidak hanya di tingkat nasional, tapi juga tingkat internasional. Karena itu, harus ada kolaborasi dan kerja sama,” pesannya.

Ia menegaskan bahwa tantangan ke depan tidaklah ringan, terutama di tengah kondisi efisiensi anggaran. Pembangunan infrastruktur harus dibarengi dengan antisipasi peningkatan jumlah mahasiswa.

Lebih lanjut ia menyampaikan, UIN itu tidak hanya berkiprah di bidang akademik, tetapi juga berkiprah di bidang dakwah, karena dakwah merupakan bagian integral dari misi kampus Islam.

Ia mengingatkan agar UIN tidak menjadi menara gading yang tinggi dan megah, tetapi jauh dari masyarakat. Sebaliknya, kampus harus hadir dan dekat dengan kehidupan umat.

“Harus ada dakwahnya, baik dakwah bil-lisan (lisan), bil-kitabah (tulisan), maupun bil-hal (tindakan nyata).

Harus dekat dengan masyarakat. Jangan cuma sibuk di akademik sampai ke scopus, tetapi tidak menyentuh masyarakat,” pungkasnya. (zia/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Sejarah baru tercipta pada dunia pendidikan tinggi di Kalimantan Tengah (Kalteng). 26 Mei 2025, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya resmi bertransformasi menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Palangka Raya.

Perubahan status ini disambut antusias berbagai pihak, termasuk akademisi dan tokoh penting di lingkungan kampus.

Prof. Dr. Ibnu Elmi A.S. Pelu, rektor IAIN Palangka Raya periode 2015-2019 menyampaikan kebanggaan dan rasa bahagianya atas capaian bersejarah ini.

Ia menilai perubahan status ini merupakan bagian dari upaya memenuhi hak masyarakat Kalteng untuk memiliki perguruan tinggi Islam berstatus UIN dengan akreditasi unggul.

“Bangga dan bahagia atas capaian ini. Transformasi IAIN menjadi UIN merupakan langkah besar dalam rangka memenuhi hak masyarakat Kalteng untuk memiliki kampus Islam negeri yang unggul dan berkualitas,” kata Prof. Ibnu saat dikonfirmasi Kalteng Pos, Senin (26/5/2025).

Ia mengungkapkan, perjalanan perubahan status kampus ini merupakan kelanjutan dari transformasi sebelumnya, saat STAIN Palangka Raya berubah menjadi IAIN pada 2014 lalu.

Kala itu, penguatan sarana prasarana kampus, termasuk pembangunan gedung kuliah S-1 dan pascasarjana, menjadi salah satu fondasi penting dalam pengembangan institusi.

Prof. Ibnu menambahkan, proposal perubahan status menjadi UIN pertama kali diajukan tahun 2016. Sejak saat itu, proposal itu terus disempurnakan dari sisi persyaratan administratif maupun capaian akademik, khususnya pada masa kepemimpinan Rektor Prof. Dr. H. Achmad Dakhoir.

“Proposal UIN pertama kali dibuat tahun 2016, lalu terus disempurnakan dari waktu ke waktu, hingga akhirnya berhasil terwujud hari ini. Ini adalah hasil kerja keras bersama dan kepemimpinan yang visioner,” tambahnya.

Prof. Ibnu mengajak seluruh pihak untuk menjaga dan merawat keberadaan UIN Palangka Raya, agar dapat memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat.

Baca Juga :  Diskusi Akal Sehat Rocky Gerung di IAIN Palangka Batal Digelar, Ini Alasannya

“Saya ucapkan selamat kepada kita semua. Mari kita rawat dan sebarkan manfaat UIN Palangka Raya ke seluruh penjuru, agar kehadirannya benar-benar memberi kontribusi nyata bagi pembangunan sumber daya manusia dan keislaman di Kalimantan Tengah,” pesannya.

Terpisah, rektor IAIN Palangka Raya periode 2019-2023, Prof. H. Khairil Anwar, mengungkapkan bahwa proses menjadi UIN sudah dimulai sejak 2019.

Namun, syarat yang ditetapkan saat itu sangat tinggi.

“Waktu saya menjabat tahun 2019, kampus ini sebenarnya sudah dipanggil untuk menjadi UIN, tetapi saat itu persyaratannya berat sekali, harus unggul, memiliki empat orang profesor, dan minimal lima program studi pascasarjana,” kenangnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, memasuki tahun 2021, syarat-syarat mulai dilonggarkan. Momentum itu kemudian dimanfaatkan semaksimal mungkin.

“Saya ingat betul, tantangan saat itu adalah bagaimana menambah profesor, meningkatkan akreditasi kampus ke unggul, dan menambah jumlah program pascasarjana. Alhamdulillah, satu per satu bisa dicapai,” katanya.

Setelah berbagai upaya dilakukan, pada tahun 2022 kampus resmi mengajukan permohonan perubahan status menjadi UIN, lalu diterima pada tahun 2023.

Meski sudah tidak lagi menjabat saat keputusan keluar, Khairil mengaku bersyukur karena benih yang ditanam telah tumbuh dan berbuah.

“Saya hanya menyampaikan bahwa semua ini proses panjang. Saya tidak mengklaim hasil akhirnya, tetapi saya ikut bahagia karena pernah menanamnya,” ucapnya.

Namun, ia mengingatkan bahwa tugas sesungguhnya justru dimulai setelah menjadi UIN. Ia menyoroti tantangan besar yang kini dihadapi oleh mahasiswa dan dosen, terutama terkait kualitas lulusan pada era kemajuan teknologi.

Baca Juga :  Terapkan Filosopi Huma Betang dalam Memberikan Pendidikan

“Saya khawatir generasi sekarang terlalu mengandalkan teknologi seperti ChatGPT atau AI dalam menyusun makalah. Mereka lupa membaca buku, tidak datang ke perpustakaan, dan akhirnya kehilangan kemampuan analisis,” tuturnya.

Ia menekankan bahwa AI bukan musuh, tetapi harus digunakan secara bijak.

“Kalau untuk membuat kerangka atau mendapatkan referensi, tidak masalah. Namun, isinya harus tetap dari pemahaman sendiri,” tegasnya.

Khairil juga menyebut lima kemampuan utama yang wajib dimiliki mahasiswa UIN.

“Mahasiswa diharapkan mampu berpikir kritis, berkreasi dan berinovasi, berkolaborasi, berkomunikasi, dan berkarakter,” sebutnya.

Poin-poin itu tentunya akan menjadi daya jual UIN di tengah masyarakat. Dengan kualitas alumni dan mahasiswa yang menjanjikan dan mumpuni, akan membuktikan kredibilitas UIN kepada khayalak.

”Kita tentu ingin menjadikan UIN ini dikenal, tidak hanya di tingkat nasional, tapi juga tingkat internasional. Karena itu, harus ada kolaborasi dan kerja sama,” pesannya.

Ia menegaskan bahwa tantangan ke depan tidaklah ringan, terutama di tengah kondisi efisiensi anggaran. Pembangunan infrastruktur harus dibarengi dengan antisipasi peningkatan jumlah mahasiswa.

Lebih lanjut ia menyampaikan, UIN itu tidak hanya berkiprah di bidang akademik, tetapi juga berkiprah di bidang dakwah, karena dakwah merupakan bagian integral dari misi kampus Islam.

Ia mengingatkan agar UIN tidak menjadi menara gading yang tinggi dan megah, tetapi jauh dari masyarakat. Sebaliknya, kampus harus hadir dan dekat dengan kehidupan umat.

“Harus ada dakwahnya, baik dakwah bil-lisan (lisan), bil-kitabah (tulisan), maupun bil-hal (tindakan nyata).

Harus dekat dengan masyarakat. Jangan cuma sibuk di akademik sampai ke scopus, tetapi tidak menyentuh masyarakat,” pungkasnya. (zia/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/