Jumat, Juni 6, 2025
33.7 C
Palangkaraya

Kemarau Basah di Kotim, Berdampak Pada Lingkungan, dan Pertanian

SAMPIT-Memasuki awal Juni, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mencermati potensi munculnya fenomena kemarau basah.

Kepala BMKG Kotim, Mulyono Leo Nardo, menyampaikan bahwa saat ini pihaknya masih terus memantau perkembangan kondisi cuaca di wilayah setempat.

“Masih dipantau, Pak. Awal musim kemarau diperkirakan masuk pada dasarian kedua bulan Juni,” ujar Mulyono, Selasa (3/6/2025).

Ia menjelaskan, kemarau basah adalah kondisi anomali cuaca yang ditandai dengan curah hujan tinggi di musim kemarau. Hal ini bertolak belakang dengan musim kemarau normal yang biasanya panas dan kering.

“Secara umum, kondisi kemarau basah adalah anomali cuaca di mana musim kemarau yang seharusnya kering dan panas justru diwarnai dengan curah hujan yang tinggi,” jelasnya.

Baca Juga :  Manfaatkan Alsintan dengan Baik

Menurut Mulyono, fenomena ini membawa sejumlah dampak signifikan. Di antaranya adalah potensi banjir dan tanah longsor akibat curah hujan yang tinggi.

Drainase yang tidak memadai berisiko meluap, sementara tanah yang labil bisa menyebabkan longsor di daerah rawan.

“Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan sungai atau drainase meluap, dan tanah menjadi labil sehingga berpotensi terjadi tanah longsor,” katanya.

Tak hanya berdampak pada lingkungan, sektor pertanian pun ikut terpengaruh. Perubahan pola tanam dan hasil panen menjadi tantangan bagi para petani di tengah cuaca yang tak menentu.

“Beberapa jenis tanaman mungkin tidak dapat tumbuh dengan baik dalam kondisi terlalu hujan berlebih,” tambahnya.

Untuk itu, Mulyono mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah agar sigap mengantisipasi dampak kemarau basah. Di antaranya dengan memperkuat sistem drainase, menyesuaikan pola tanam, serta menjaga kesehatan tubuh.

Baca Juga :  Gubernur Bakal Kirim 50 hingga 100 Generasi Milenial Belajar Pertanian

“BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem selama periode kemarau basah dan memantau prakiraan cuaca secara berkala melalui kanal resmi BMKG,” pungkasnya. (mif/ram)

SAMPIT-Memasuki awal Juni, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mencermati potensi munculnya fenomena kemarau basah.

Kepala BMKG Kotim, Mulyono Leo Nardo, menyampaikan bahwa saat ini pihaknya masih terus memantau perkembangan kondisi cuaca di wilayah setempat.

“Masih dipantau, Pak. Awal musim kemarau diperkirakan masuk pada dasarian kedua bulan Juni,” ujar Mulyono, Selasa (3/6/2025).

Ia menjelaskan, kemarau basah adalah kondisi anomali cuaca yang ditandai dengan curah hujan tinggi di musim kemarau. Hal ini bertolak belakang dengan musim kemarau normal yang biasanya panas dan kering.

“Secara umum, kondisi kemarau basah adalah anomali cuaca di mana musim kemarau yang seharusnya kering dan panas justru diwarnai dengan curah hujan yang tinggi,” jelasnya.

Baca Juga :  Manfaatkan Alsintan dengan Baik

Menurut Mulyono, fenomena ini membawa sejumlah dampak signifikan. Di antaranya adalah potensi banjir dan tanah longsor akibat curah hujan yang tinggi.

Drainase yang tidak memadai berisiko meluap, sementara tanah yang labil bisa menyebabkan longsor di daerah rawan.

“Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan sungai atau drainase meluap, dan tanah menjadi labil sehingga berpotensi terjadi tanah longsor,” katanya.

Tak hanya berdampak pada lingkungan, sektor pertanian pun ikut terpengaruh. Perubahan pola tanam dan hasil panen menjadi tantangan bagi para petani di tengah cuaca yang tak menentu.

“Beberapa jenis tanaman mungkin tidak dapat tumbuh dengan baik dalam kondisi terlalu hujan berlebih,” tambahnya.

Untuk itu, Mulyono mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah agar sigap mengantisipasi dampak kemarau basah. Di antaranya dengan memperkuat sistem drainase, menyesuaikan pola tanam, serta menjaga kesehatan tubuh.

Baca Juga :  Gubernur Bakal Kirim 50 hingga 100 Generasi Milenial Belajar Pertanian

“BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem selama periode kemarau basah dan memantau prakiraan cuaca secara berkala melalui kanal resmi BMKG,” pungkasnya. (mif/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/