Selasa, Juni 17, 2025
25.9 C
Palangkaraya

Menelusuri Gedung Sate: Ikon Arsitektur Bandung yang Sarat Sejarah

SIAPA yang tak mengenal Gedung Sate? Bangunan megah bergaya khas ini tak hanya menjadi simbol arsitektur Kota Bandung, tetapi juga menyimpan kisah panjang sejarah kolonial dan perjuangan bangsa.

Terletak di jantung ibu kota Provinsi Jawa Barat, Gedung Sate kini berfungsi sebagai kantor Gubernur dan pusat kegiatan pemerintahan daerah.

Namun lebih dari itu, gedung ini juga menjadi daya tarik wisata yang kerap dikunjungi pelancong lokal maupun mancanegara.

Warisan Kolonial yang Menawan
Gedung Sate mulai dibangun pada tahun 1920, pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Kala itu, pemerintah Hindia Belanda tengah merancang pemindahan pusat administrasi dari Meester Cornelis (sekarang Jatinegara, Jakarta) ke Bandung.

Untuk mendukung rencana tersebut, dibangunlah gedung ini sebagai Kantor Pemerintah Daerah atau dalam bahasa Belanda disebut Gouvernements Bedrijven.

Dalam perjalanannya, bangunan ini digunakan oleh berbagai instansi, antara lain Department Verkeer en Waterstaat (Departemen Pekerjaan Umum dan Pengairan), serta kantor pusat pos, telegraf, dan telepon.

Arsitektur Unik Hasil Kolaborasi Multinasional
Gedung Sate dirancang oleh arsitek Belanda V.L. Sloors bersama tim arsitek lain seperti Ir. J. Gerber, Eh. De Roo, dan G. Hendriks.

Baca Juga : 
Penutupan Lokasi Wisata Diperpanjang Lagi

Pembangunannya melibatkan sekitar 2.000 pekerja, termasuk 150 pengrajin batu dan kayu dari Tiongkok serta warga lokal Bandung.

Desain bangunan ini memadukan gaya Neoklasik Eropa dengan elemen arsitektur Nusantara.

Hasilnya adalah tampilan megah yang simetris, dihiasi lengkungan khas dan jendela bergaya Moor Spanyol.

Atapnya pun terinspirasi dari bentuk pura di Bali.

Yang paling ikonik tentu saja adalah menara di puncak atapnya, menyerupai tusuk sate. Inilah alasan bangunan ini dijuluki “Gedung Sate”.

Tusuk sate tersebut terdiri dari enam bulatan, yang melambangkan biaya pembangunan sebesar enam juta gulden.

Fitur-Fitur Menarik dan Sarat Simbol
Di balik kemegahannya, Gedung Sate menyimpan banyak keunikan. Salah satunya adalah sistem alarm otomatis yang konon akan berbunyi jika ada serangan atau ancaman.

Suaranya diklaim bisa terdengar hingga ke luar wilayah kota.

Interior gedung pun tak kalah menarik. Dinding-dindingnya dihiasi relief yang menggambarkan kisah masyarakat Jawa Barat dan sejarah panjang pembangunan gedung ini.

Baca Juga : 
Air Terjun Menawan di Kalteng, Gas Yuk Agendakan Liburan!

Simbol-simbol budaya lokal berpadu harmonis dengan sentuhan modern Eropa.

Museum dan Ruang Publik yang Terbuka
Gedung Sate kini tak hanya berfungsi sebagai kantor pemerintahan, tapi juga sebagai destinasi wisata edukatif. Di dalam kompleksnya terdapat Museum Gedung Sate, yang dibuka pada 2017.

Museum ini menyajikan informasi sejarah lengkap tentang pembangunan gedung serta budaya Sunda, lengkap dengan fitur teknologi seperti augmented reality dan mini bioskop.

Tepat di depan gedung, ada taman asri dengan air mancur dan lampu-lampu cantik yang menyala di malam hari. Taman ini kerap menjadi tempat bersantai, berfoto, hingga menggelar berbagai acara besar di Bandung.

Simbol Kota yang Tak Pernah Pudar
Gedung Sate adalah salah satu peninggalan kolonial yang tetap dirawat dan dibanggakan masyarakat Jawa Barat.

Keindahan arsitekturnya tak hanya merepresentasikan masa lalu, tetapi juga menggambarkan semangat dan identitas Kota Bandung sebagai kota budaya dan sejarah. (*)

SIAPA yang tak mengenal Gedung Sate? Bangunan megah bergaya khas ini tak hanya menjadi simbol arsitektur Kota Bandung, tetapi juga menyimpan kisah panjang sejarah kolonial dan perjuangan bangsa.

Terletak di jantung ibu kota Provinsi Jawa Barat, Gedung Sate kini berfungsi sebagai kantor Gubernur dan pusat kegiatan pemerintahan daerah.

Namun lebih dari itu, gedung ini juga menjadi daya tarik wisata yang kerap dikunjungi pelancong lokal maupun mancanegara.

Warisan Kolonial yang Menawan
Gedung Sate mulai dibangun pada tahun 1920, pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Kala itu, pemerintah Hindia Belanda tengah merancang pemindahan pusat administrasi dari Meester Cornelis (sekarang Jatinegara, Jakarta) ke Bandung.

Untuk mendukung rencana tersebut, dibangunlah gedung ini sebagai Kantor Pemerintah Daerah atau dalam bahasa Belanda disebut Gouvernements Bedrijven.

Dalam perjalanannya, bangunan ini digunakan oleh berbagai instansi, antara lain Department Verkeer en Waterstaat (Departemen Pekerjaan Umum dan Pengairan), serta kantor pusat pos, telegraf, dan telepon.

Arsitektur Unik Hasil Kolaborasi Multinasional
Gedung Sate dirancang oleh arsitek Belanda V.L. Sloors bersama tim arsitek lain seperti Ir. J. Gerber, Eh. De Roo, dan G. Hendriks.

Baca Juga : 
Penutupan Lokasi Wisata Diperpanjang Lagi

Pembangunannya melibatkan sekitar 2.000 pekerja, termasuk 150 pengrajin batu dan kayu dari Tiongkok serta warga lokal Bandung.

Desain bangunan ini memadukan gaya Neoklasik Eropa dengan elemen arsitektur Nusantara.

Hasilnya adalah tampilan megah yang simetris, dihiasi lengkungan khas dan jendela bergaya Moor Spanyol.

Atapnya pun terinspirasi dari bentuk pura di Bali.

Yang paling ikonik tentu saja adalah menara di puncak atapnya, menyerupai tusuk sate. Inilah alasan bangunan ini dijuluki “Gedung Sate”.

Tusuk sate tersebut terdiri dari enam bulatan, yang melambangkan biaya pembangunan sebesar enam juta gulden.

Fitur-Fitur Menarik dan Sarat Simbol
Di balik kemegahannya, Gedung Sate menyimpan banyak keunikan. Salah satunya adalah sistem alarm otomatis yang konon akan berbunyi jika ada serangan atau ancaman.

Suaranya diklaim bisa terdengar hingga ke luar wilayah kota.

Interior gedung pun tak kalah menarik. Dinding-dindingnya dihiasi relief yang menggambarkan kisah masyarakat Jawa Barat dan sejarah panjang pembangunan gedung ini.

Baca Juga : 
Air Terjun Menawan di Kalteng, Gas Yuk Agendakan Liburan!

Simbol-simbol budaya lokal berpadu harmonis dengan sentuhan modern Eropa.

Museum dan Ruang Publik yang Terbuka
Gedung Sate kini tak hanya berfungsi sebagai kantor pemerintahan, tapi juga sebagai destinasi wisata edukatif. Di dalam kompleksnya terdapat Museum Gedung Sate, yang dibuka pada 2017.

Museum ini menyajikan informasi sejarah lengkap tentang pembangunan gedung serta budaya Sunda, lengkap dengan fitur teknologi seperti augmented reality dan mini bioskop.

Tepat di depan gedung, ada taman asri dengan air mancur dan lampu-lampu cantik yang menyala di malam hari. Taman ini kerap menjadi tempat bersantai, berfoto, hingga menggelar berbagai acara besar di Bandung.

Simbol Kota yang Tak Pernah Pudar
Gedung Sate adalah salah satu peninggalan kolonial yang tetap dirawat dan dibanggakan masyarakat Jawa Barat.

Keindahan arsitekturnya tak hanya merepresentasikan masa lalu, tetapi juga menggambarkan semangat dan identitas Kota Bandung sebagai kota budaya dan sejarah. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/