Minggu, Juni 22, 2025
25.3 C
Palangkaraya

Mengapa Amerika Berani Hancurkan Nuklir Iran? Balasan Teheran Bakal Lebih Gila!

KALTENG POS-Ketegangan di Timur Tengah mencapai puncaknya setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan serangan militer terhadap situs nuklir Iran awal pekan lalu. Meskipun sebelumnya menampik intervensi dalam konflik Iran-Israel, Trump kini mengklaim telah berhasil memorak-porandakan fasilitas nuklir milik Iran, yang sontak memicu ancaman balas dendam dari Teheran.

Waktu pasti serangan ini belum sepenuhnya jelas, namun laporan NBC News menyebutkan bahwa pada tanggal 22 Juni, sekitar pukul 02.00 waktu setempat, pesawat pengebom B-2 milik AS lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Johnson County, Missouri. Jangka waktu ini diperkirakan cukup bagi pilot untuk mencapai wilayah Iran.

 

Kemudian, pada pukul 06.53 WIB di tanggal yang sama, akun X (sebelumnya Twitter) milik Donald Trump mengklaim serangan terhadap beberapa pangkalan nuklir Iran, termasuk Fordo, Natanz, dan Esfahan. Dua jam setelah klaim tersebut, sebuah konferensi pers diselenggarakan di Gedung Putih pada pukul 22.00 waktu setempat (atau 09.00 WIB). Dalam konferensi pers tersebut, Trump, didampingi Wakil Presiden AS JD Vance, Menlu AS Marco Rubio, dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth, secara resmi mengumumkan keberhasilan pengeboman lokasi nuklir di Iran.

 

“Malam ini, saya dapat melaporkan kepada dunia bahwa serangan itu adalah keberhasilan militer yang spektakuler,” tegas Trump, seperti dilansir dari AFP. Ada tiga situs utama yang menjadi target: Fardow, Natanz, dan Esfahan. Serangan ini melibatkan penggunaan enam bom penghancur bunker dan 30 rudal Tomahawk yang dilepaskan di ketiga lokasi tersebut. Trump juga menyerukan agar Iran segera berdamai dengan Israel, sambil memberikan peringatan: “Ingat ada banyak target yang masih tersisa.” Ia mengisyaratkan serangan yang jauh lebih besar jika Iran tidak segera menyerah.

Baca Juga :  Iran Bantah Klaim Trump soal Serangan Fasilitas Nuklir: Tak Ada Ledakan Besar

 

Sesaat setelah serangan, Iran memberikan reaksi keras melalui Menteri Luar Negeri Seyed Abbas Araghchi. Dilansir dari The Guardian, Araghchi mengutuk serangan Amerika Serikat sebagai pelanggaran hukum internasional yang akan menimbulkan konsekuensi jangka panjang.

 

“Amerika Serikat, anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah melakukan pelanggaran berat terhadap Piagam PBB, hukum internasional, dan NPT dengan menyerang instalasi nuklir damai Iran. Peristiwa pagi ini keterlaluan dan akan memiliki konsekuensi abadi,” kata Araghchi. Ia menambahkan bahwa sesuai dengan Piagam PBB, Iran memiliki hak sah untuk membela diri. “Iran memiliki semua pilihan untuk mempertahankan kedaulatan, kepentingan, dan rakyatnya,” tuturnya melalui media sosial.

 

Beberapa jam kemudian, Araghchi mengungkapkan rencananya untuk segera bertolak ke Rusia guna bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Pertemuan yang disebutnya sebagai “konsultasi serius” ini akan berlangsung pada Senin pagi, setelah Araghchi menghadiri pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Islam di Turki.

 

Araghchi juga menyesalkan bahwa aksi AS ini telah menghancurkan upaya diplomasi yang telah berlangsung, termasuk pembicaraan antara Amerika dan Uni Eropa minggu lalu yang membahas upaya mengakhiri konflik Israel dan Iran. “Bagi Inggris dan Perwakilan Tinggi Uni Eropa, Iran yang harus kembali ke meja perundingan. Namun, bagaimana Iran dapat kembali ke suatu yang tidak pernah ditinggalkannya, apalagi diledakkan?” tulisnya di X.

 

Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Namun, akun Telegramnya memposting ulang video peringatan Khamenei kepada Amerika terkait intervensi dalam konflik ini. Dilansir dari Hindustan Times, Khamenei mengancam bahwa intervensi militer AS akan mengakibatkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki. “Amerika harus tahu bahwa intervensi militer Amerika Serikat apa pun niscaya akan disertai dengan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Amerika terlibat dalam masalah ini dan 100 persen merugikan dirinya sendiri,” ucapnya.

Baca Juga :  Kashmir Memanas! Begini Akar Perang India vs Pakistan yang Tak Pernah Usai

 

Dukungan Israel dan Dampak Serangan Rudal Iran

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan terima kasih kepada Trump atas serangan terhadap tiga lokasi nuklir Iran. Dilansir dari DW, Netanyahu menyatakan bahwa tindakan Trump akan mengubah sejarah. “Sejarah akan mencatat bahwa Presiden Trump bertindak untuk menolak rezim paling berbahaya di dunia atas senjata paling berbahaya di dunia,” katanya.

 

Sesaat setelah serangan AS, Israel memberlakukan pembatasan sejak pukul 03.45 waktu setempat, menghentikan aktivitas publik, serta melarang sekolah dan pertemuan lainnya.

 

Meskipun demikian, serangan Amerika ke Iran tampaknya tidak menghentikan eskalasi konflik. Minggu pagi, pukul 07.40 waktu setempat di Israel, Tel Aviv kembali diguncang oleh gelombang rudal yang diluncurkan Iran. Setidaknya 23 orang terluka akibat serangan 30 rudal tersebut. Angkatan bersenjata Iran mengklaim bahwa serangan itu menargetkan tempat umum, termasuk Bandara Ben Gurion, pusat penelitian biologi, pangkalan logistik, serta pusat komando dan kendali. “Gelombang kedua puluh Operation Honest Promise 3 dimulai dengan menggunakan kombinasi rudal berbahan bakar cair dan padat jarak jauh dengan daya hulu ledak yang dahsyat,” demikian pernyataan resmi angkatan bersenjata Iran. ***

KALTENG POS-Ketegangan di Timur Tengah mencapai puncaknya setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan serangan militer terhadap situs nuklir Iran awal pekan lalu. Meskipun sebelumnya menampik intervensi dalam konflik Iran-Israel, Trump kini mengklaim telah berhasil memorak-porandakan fasilitas nuklir milik Iran, yang sontak memicu ancaman balas dendam dari Teheran.

Waktu pasti serangan ini belum sepenuhnya jelas, namun laporan NBC News menyebutkan bahwa pada tanggal 22 Juni, sekitar pukul 02.00 waktu setempat, pesawat pengebom B-2 milik AS lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Johnson County, Missouri. Jangka waktu ini diperkirakan cukup bagi pilot untuk mencapai wilayah Iran.

 

Kemudian, pada pukul 06.53 WIB di tanggal yang sama, akun X (sebelumnya Twitter) milik Donald Trump mengklaim serangan terhadap beberapa pangkalan nuklir Iran, termasuk Fordo, Natanz, dan Esfahan. Dua jam setelah klaim tersebut, sebuah konferensi pers diselenggarakan di Gedung Putih pada pukul 22.00 waktu setempat (atau 09.00 WIB). Dalam konferensi pers tersebut, Trump, didampingi Wakil Presiden AS JD Vance, Menlu AS Marco Rubio, dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth, secara resmi mengumumkan keberhasilan pengeboman lokasi nuklir di Iran.

 

“Malam ini, saya dapat melaporkan kepada dunia bahwa serangan itu adalah keberhasilan militer yang spektakuler,” tegas Trump, seperti dilansir dari AFP. Ada tiga situs utama yang menjadi target: Fardow, Natanz, dan Esfahan. Serangan ini melibatkan penggunaan enam bom penghancur bunker dan 30 rudal Tomahawk yang dilepaskan di ketiga lokasi tersebut. Trump juga menyerukan agar Iran segera berdamai dengan Israel, sambil memberikan peringatan: “Ingat ada banyak target yang masih tersisa.” Ia mengisyaratkan serangan yang jauh lebih besar jika Iran tidak segera menyerah.

Baca Juga :  Iran Bantah Klaim Trump soal Serangan Fasilitas Nuklir: Tak Ada Ledakan Besar

 

Sesaat setelah serangan, Iran memberikan reaksi keras melalui Menteri Luar Negeri Seyed Abbas Araghchi. Dilansir dari The Guardian, Araghchi mengutuk serangan Amerika Serikat sebagai pelanggaran hukum internasional yang akan menimbulkan konsekuensi jangka panjang.

 

“Amerika Serikat, anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah melakukan pelanggaran berat terhadap Piagam PBB, hukum internasional, dan NPT dengan menyerang instalasi nuklir damai Iran. Peristiwa pagi ini keterlaluan dan akan memiliki konsekuensi abadi,” kata Araghchi. Ia menambahkan bahwa sesuai dengan Piagam PBB, Iran memiliki hak sah untuk membela diri. “Iran memiliki semua pilihan untuk mempertahankan kedaulatan, kepentingan, dan rakyatnya,” tuturnya melalui media sosial.

 

Beberapa jam kemudian, Araghchi mengungkapkan rencananya untuk segera bertolak ke Rusia guna bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Pertemuan yang disebutnya sebagai “konsultasi serius” ini akan berlangsung pada Senin pagi, setelah Araghchi menghadiri pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Islam di Turki.

 

Araghchi juga menyesalkan bahwa aksi AS ini telah menghancurkan upaya diplomasi yang telah berlangsung, termasuk pembicaraan antara Amerika dan Uni Eropa minggu lalu yang membahas upaya mengakhiri konflik Israel dan Iran. “Bagi Inggris dan Perwakilan Tinggi Uni Eropa, Iran yang harus kembali ke meja perundingan. Namun, bagaimana Iran dapat kembali ke suatu yang tidak pernah ditinggalkannya, apalagi diledakkan?” tulisnya di X.

 

Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Namun, akun Telegramnya memposting ulang video peringatan Khamenei kepada Amerika terkait intervensi dalam konflik ini. Dilansir dari Hindustan Times, Khamenei mengancam bahwa intervensi militer AS akan mengakibatkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki. “Amerika harus tahu bahwa intervensi militer Amerika Serikat apa pun niscaya akan disertai dengan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Amerika terlibat dalam masalah ini dan 100 persen merugikan dirinya sendiri,” ucapnya.

Baca Juga :  Kashmir Memanas! Begini Akar Perang India vs Pakistan yang Tak Pernah Usai

 

Dukungan Israel dan Dampak Serangan Rudal Iran

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan terima kasih kepada Trump atas serangan terhadap tiga lokasi nuklir Iran. Dilansir dari DW, Netanyahu menyatakan bahwa tindakan Trump akan mengubah sejarah. “Sejarah akan mencatat bahwa Presiden Trump bertindak untuk menolak rezim paling berbahaya di dunia atas senjata paling berbahaya di dunia,” katanya.

 

Sesaat setelah serangan AS, Israel memberlakukan pembatasan sejak pukul 03.45 waktu setempat, menghentikan aktivitas publik, serta melarang sekolah dan pertemuan lainnya.

 

Meskipun demikian, serangan Amerika ke Iran tampaknya tidak menghentikan eskalasi konflik. Minggu pagi, pukul 07.40 waktu setempat di Israel, Tel Aviv kembali diguncang oleh gelombang rudal yang diluncurkan Iran. Setidaknya 23 orang terluka akibat serangan 30 rudal tersebut. Angkatan bersenjata Iran mengklaim bahwa serangan itu menargetkan tempat umum, termasuk Bandara Ben Gurion, pusat penelitian biologi, pangkalan logistik, serta pusat komando dan kendali. “Gelombang kedua puluh Operation Honest Promise 3 dimulai dengan menggunakan kombinasi rudal berbahan bakar cair dan padat jarak jauh dengan daya hulu ledak yang dahsyat,” demikian pernyataan resmi angkatan bersenjata Iran. ***

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/