BALAI Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) akhirnya angkat bicara soal rencana keluarga Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang tewas di kawasan Gunung Rinjani, untuk membawa kasus ini ke jalur hukum internasional.
TNGR menegaskan bahwa proses evakuasi terhadap jenazah Juliana telah dilakukan secara maksimal sesuai prosedur.
“Pada prinsipnya kami sudah melakukan yang terbaik bagi Juliana Marins. Kalau pun ada kekurangan atau penilaian berbeda, itu sah-sah saja,” ujar Kepala Balai TNGR, Yarman, saat ditemui di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis (3/7/2025), mengutip detik.com.
Yarman menyatakan seluruh proses pencarian hingga evakuasi jenazah telah dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Proses tersebut memakan waktu lima hari sejak korban dinyatakan hilang dan ditemukan tewas setelah terjatuh ke jurang.
“Kalau ada hal-hal yang perlu kami evaluasi, tentu akan kami lakukan. Soal asuransi dan peralatan, itu bagian dari evaluasi ke depan. Tapi kami pastikan, tim SAR gabungan sudah berupaya semaksimal mungkin sejak awal,” jelasnya.
Sebelumnya, Pemerintah Brasil melalui Kantor Pembela Umum Federal (DPU) menyatakan akan menyelidiki kemungkinan kelalaian pihak otoritas Indonesia dalam insiden yang merenggut nyawa Juliana.
Pada Senin (30/6/2025), DPU secara resmi meminta Kepolisian Federal Brasil (PF) untuk menyelidiki kasus tersebut.
Jika ditemukan unsur pelanggaran atau kelalaian, Brasil membuka kemungkinan untuk membawa kasus ini ke tingkat internasional, termasuk ke Komisi Antar-Amerika untuk Hak Asasi Manusia (IACHR).
Pihak keluarga juga telah mengajukan permintaan agar dilakukan autopsi ulang terhadap jenazah Juliana melalui pengadilan federal Brasil.
Polemik ini mencuat setelah kematian tragis Juliana saat melakukan pendakian di kawasan Gunung Rinjani. (net/abw)
