SAMPIT — Kesenjangan jumlah lulusan SMP dengan ketersediaan sekolah menengah atas di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan. Kondisi ini mendorong Dinas Pendidikan Kotim untuk terus memperjuangkan penambahan unit sekolah baru agar lebih banyak anak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
“Hal ini menjadi perhatian serius, mengingat angka kelulusan siswa SMP setiap tahun tidak sebanding dengan ketersediaan bangku SMA dan SMK yang ada saat ini,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kotim, Muhammad Irfansyah, Kamis (10/7/2025).
Irfansyah menjelaskan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappedalitbang) Kotim guna menyusun data kebutuhan sekolah baru. Data ini kemudian disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, yang memiliki kewenangan atas penyelenggaraan pendidikan tingkat SMA dan SMK.
“Kami bekerja sama dengan Bappedalitbang Kotim sudah mendorong dan menyampaikan data lengkap untuk penambahan SMA dan SMK di beberapa kecamatan. Tapi keputusan akhir tetap berada di Provinsi, karena itu di luar kewenangan kabupaten,” ujarnya.
Dari hasil koordinasi terakhir, Pemprov Kalimantan Tengah disebut telah merencanakan pembangunan satu unit SMA dan satu unit SMK di Kotim pada tahun ini. Dua kecamatan yang diusulkan sebagai prioritas adalah Kecamatan Seranau dan Kecamatan Parenggean.
Kedua wilayah tersebut dianggap strategis, dengan jumlah lulusan SMP yang tinggi namun sangat minim pilihan sekolah lanjutan. Irfansyah menegaskan, Pemkab hanya dapat membantu dari sisi data, survei lapangan, dan advokasi agar rencana tersebut segera terealisasi.
Analisis yang dilakukan menunjukkan adanya ketimpangan cukup tajam di sektor pendidikan. Saat ini, terdapat sekitar 300 sekolah dasar swasta di Kotim, sedangkan jumlah SMP hanya sekitar 116. Ketika naik ke jenjang SMA dan SMK, jumlahnya bahkan belum menyentuh angka seratus.
“Dari jumlah sekolah saja kita sudah kalah. Apalagi kalau bicara kelulusan. Setiap tahun lulusan SMP terus bertambah, tapi pilihan untuk melanjutkan ke SMA atau SMK masih sangat terbatas. Ini tentu menjadi masalah serius bagi kami di daerah,” tuturnya.
Tak jarang, kondisi ini memaksa siswa harus menempuh jarak yang jauh ke kota atau bahkan memilih untuk berhenti sekolah. Di kawasan pelosok, ketiadaan sekolah menengah atas menjadi tantangan berat bagi keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi.
Dengan rencana penambahan sekolah baru di Seranau dan Parenggean, diharapkan akses pendidikan semakin merata. Irfansyah menekankan pentingnya dukungan penuh dari pemerintah provinsi agar persoalan pendidikan ini tidak terus berlarut.
“Kami berharap ini menjadi awal yang baik. Kami di daerah akan terus memberikan dukungan data dan fakta lapangan agar Provinsi bisa melihat langsung kondisi riil pendidikan di Kotim. Harapan kami, ke depan tidak hanya dua unit, tapi bisa lebih banyak lagi sekolah yang ditambahkan sesuai kebutuhan,” pungkasnya.(mif).