PALANGKA RAYA-Antusias masyarakat mengikuti vaksinasi Covid-19 di Kalteng cukup tinggi. Terlebih saat vaksinasi dibuka untuk masyarakat umum usia di atas 18 tahun. Namun pada sisi lain vaksinasi yang menghadirkan banyak orang ini dinilai rentan menciptakan klaster baru jika mengabaikan protokol kesehatan (prokes). Seperti yang terjadi di SMKN 1 Palangka Raya, Senin (12/7). Warga membeludak ingin mendapatkan suntikan vaksin, sehingga mengakibatkan beberapa fasilitas sekolah rusak. Ada pula warga yang mengalami luka-luka.
Salah satu warga Kota cantik, Wati, terpaksa harus pulang dengan isak tangis serta mengalami luka di tangan, badan, dan kakinya. Rela antre mulai pukul 02.00 WIB, tapi terpaksa pulang sekitar pukul 06.00 WIB tanpa divaksin.
“Saya rela antre mulai pukul 02.00 WIB karena beberapa kali saya antre di rumah sakit dan puskesmas sejak subuh, tapi selalu kehabisan kuota, jadi saya putuskan antre di sini dari pukul 02.00 WIB, itu pun puluhan orang sudah antre di selasar depan sekolah” kata Wati saat dibincangi Kalteng Pos, kemarin.
Wati menceritakan kronologi yang mengakibatkan dirinya dan dua orang teman mengalami luka-luka saat mengantre untuk mendapatkan vaksinasi. Setelah pukul 02.00 WIB ia mengantre, tak lama kemudian banyak orang yang datang dan masuk dalam antrean. Saat itu gerbang SMK 1 Palangka Raya belum dibuka.
“Sekitar pukul 04.30 WIB sudah ada ratusan orang yang antre, kemudian pintu gerbang dibuka, saya yang posisi di depan gerbang mencoba masuk, tapi pintu gerbang belum dibuka sepenuhnya, sudah didorong dari belakang,” kisahnya kepada Kalteng Pos.
Wati juga melihat ada yang terjatuh hingga ke parit. Ia bersyukur karena bisa lolos dari desakan itu. Ia menunggu di selasar aula, karena saat itu aula belum dibuka dan petugas pun belum datang.
“Sekitar pukul 05.30 WIB, saat petugas membuka pintu aula, langsung diserbu, posisi saya di dekat pintu, jadi saya mencoba masuk,” katanya.
Saat itulah Wati mengalami luka. Ketika ia mencoba masuk, kejadian sebelumnya terulang lagi. Pintu di aula memiliki dua sayap, ia dan dua temanya terjepit pada pintu sayap kanan selama satu menit. Akhirnya terbawa gerakan pintu hingga menempel pada tembok.
“Saat itu saya teriak, jangan didorong, jangan didorong, saya merasa tangan saya sudah patah, tapi beruntung hanya luka dan lebam, teman saya luka sampai berdarah,” ujar dia.
Fase itu terlewati. Wati duduk pada antrean kursi di dalam aula. Tetapi petugas mengarahkan supaya antrean berada di luar aula.