PALANGKA RAYA-Kasus Covid-19 di Kalteng masih tinggi. Berdasarkan rilis harian Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Kalteng, kenaikan kasus per Rabu (21/7) bertambah 244 orang positif dan penambahan angka meninggal dunia sebanyak 17 orang. Ini merupakan kasus kematian tertinggi selama ini. Kondisi ini menjadi peringatan bahwa Covid-19 sangat ganas dan mematikan. Karena itu penerapan protokol kesehatan (prokes) yang ketat menjadi cara aman agar tidak tertular sekaligus memutus mata rantai persebaran virus ini.
Tingginya angka kematian membuat tempat-tempat pemakaman jenazah pasien Covid-19 terus bertambah saban hari. Dari sekian banyak pasien Covid-19 yang meninggal dunia, rata-rata memiliki penyakit penyerta atau komorbid. “Kebanyakan mereka yang meninggal itu memiliki komorbid. Selain itu, membanjirnya pasien juga ikut memengaruhi tingginya angka kematian,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng Suyuti Syamsul, kemarin (21/7).
Ia menyebut, pasien meninggal akibat Covid-19 datang dari semua usia, baik usia produktif maupun usia lanjut. Rata-rata memiliki komorbid.“Perihal pasien yang meninggal itu sudah divaksin atau tidak, kami tidak punya datanya, tapi kami menduga hanya sedikit yang sudah divaksin, karena angka vaksinasi kan baru 20 persen saja,” kata Suyuti.Untuk mengurangi kenaikan kasus dan angka kematian, pihaknya mewanti-wanti masyarakat agar disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara ketat.
.Sementara itu, penambahan kasus selama dua hari terakhir di Kota Palangka Raya cukup tinggi. Pada Selasa (20/7), terdapat 111 orang yang terkonfirmasi positif. Lalu pada Rabu (21/7), ada penambahan 64 pasien.Kepala Humas dan IGD RSUD Kota Palangka Raya dr Hendra Panguntaun menyampaikan, lonjakan kasus positif dalam dua hari ini, rata-rata pasiennya memiliki gejala ringan dan bahkan berstatus orang tanpa gejala (OTG).
Hanya ada beberapa yang memiliki gejala sedang hingga berat. sehingga dari banyaknya pasien yang terkonfirmasi positif selama dua hari terakhir, berdasarkan hasil screening lengkapnya, diarahkan untuk melaksanakan isolasi mandiri (isoman).
PALANGKA RAYA-Kasus Covid-19 di Kalteng masih tinggi. Berdasarkan rilis harian Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Kalteng, kenaikan kasus per Rabu (21/7) bertambah 244 orang positif dan penambahan angka meninggal dunia sebanyak 17 orang. Ini merupakan kasus kematian tertinggi selama ini. Kondisi ini menjadi peringatan bahwa Covid-19 sangat ganas dan mematikan. Karena itu penerapan protokol kesehatan (prokes) yang ketat menjadi cara aman agar tidak tertular sekaligus memutus mata rantai persebaran virus ini.
Tingginya angka kematian membuat tempat-tempat pemakaman jenazah pasien Covid-19 terus bertambah saban hari. Dari sekian banyak pasien Covid-19 yang meninggal dunia, rata-rata memiliki penyakit penyerta atau komorbid. “Kebanyakan mereka yang meninggal itu memiliki komorbid. Selain itu, membanjirnya pasien juga ikut memengaruhi tingginya angka kematian,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng Suyuti Syamsul, kemarin (21/7).
Ia menyebut, pasien meninggal akibat Covid-19 datang dari semua usia, baik usia produktif maupun usia lanjut. Rata-rata memiliki komorbid.“Perihal pasien yang meninggal itu sudah divaksin atau tidak, kami tidak punya datanya, tapi kami menduga hanya sedikit yang sudah divaksin, karena angka vaksinasi kan baru 20 persen saja,” kata Suyuti.Untuk mengurangi kenaikan kasus dan angka kematian, pihaknya mewanti-wanti masyarakat agar disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara ketat.
.Sementara itu, penambahan kasus selama dua hari terakhir di Kota Palangka Raya cukup tinggi. Pada Selasa (20/7), terdapat 111 orang yang terkonfirmasi positif. Lalu pada Rabu (21/7), ada penambahan 64 pasien.Kepala Humas dan IGD RSUD Kota Palangka Raya dr Hendra Panguntaun menyampaikan, lonjakan kasus positif dalam dua hari ini, rata-rata pasiennya memiliki gejala ringan dan bahkan berstatus orang tanpa gejala (OTG).
Hanya ada beberapa yang memiliki gejala sedang hingga berat. sehingga dari banyaknya pasien yang terkonfirmasi positif selama dua hari terakhir, berdasarkan hasil screening lengkapnya, diarahkan untuk melaksanakan isolasi mandiri (isoman).