SAMPIT– Sejumlah permukiman warga di Kota Sampit terendam banjir, akibat hujan lebat yang mengguyur pada Minggu (31/1) malam hingga Senin subuh (1/2). Salah satu permukiman warga yang terendam, yaitu Jalan Nyai Enat dan Jalan Barito, RT 73, RW 90, Kelurahan Mentawa Baru Hilir, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).
Anggota DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dari daerah pemilihan (Dapil) I Kecamatan Mentawa Baru Hilir, Muhammad Kurniawan Anwar, menyampaikan bahwa sejumlah warga di daerah tersebut mengeluh karena banjir yang menggenangi ruas jalan di permukiman membuat warga sulit untuk berkativitas di luar rumah.
“Warga permukiman tersebut mengeluh tidak bisa beraktivitas di luar rumah, karena ketinggian air mencapai selutut kaki,” ujar Kurniawan saat dibincangi diruang kerjannya, Senin (1/2).
Dia mengungkapkan, hal tersebut diakibatkan saluran air atau sungai kecil di daerah tersebut tidak bisa mengalir, sebab banyak rumput yang tumbuh di sungai itu. Dirinya juga mengatakan sebelumnya warga pernah melakukan gontong royong pembersihan sungai tetapi masih kurang efektif. Untuk itu dia meminta agar Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) membantu menurunkan alat berat untuk mengatasi kebuntuan saluran air di daerah tersebut dan di sejumlah titik permukiman di dalam Kota Sampit. Khususnya di daerah perumahan yang terendam banjir.
“Dalam beberapa hari ini intensitasi hujan semakin meningkat, maka perlu adanya kebijakan khusus untuk mencegah daerah permukiman yang kerap terendam air hujan tersebut, seperti pembersihan saliran air sungai yang buntu dengan menurunkan alat berat agar saluran tersebut lancar,” ucap Kurniawan.
Politikus Partai Amanat Nasional ini juga mengatakan, kalau hanya dilakukan pembersihan secara manual maka akan sulit. Apalagi kalau untuk saluran yang tertutup material atau akar kayu. Kalau dengan diturunkan alat berat sehingga mudah melakukan normalisasi dan membongkar material atau akar kayu yang biasanya membuat jalur pembuangan itu tertutup.
“Kami mengkhawatirkan kalau curah hujan di daerah ini cenderung meningkat, bahkan dalam sehari bisa dua kali turun hujan. Tentunya kondisi demikian sangat meresahkan bagi warga yang menjadi langganan banjir,” jelas Kurniawan.
Alasan lain penyebab banjir tersebut di antaranya karena memang daerah dataran rendah. Selain itu juga buntunya drainase yang menjadi daerah untuk pembuangan air hujan tersebut. Saat ditanya terkait dengan program pengentasan banjir dan normalisasi drainase dalam Kota Sampit, menurutnya hanya dilakukan sebatas untuk daerah tertentu. Sedangkan untuk areal permukiman hingga saat ini masih banyak yang terendam air.
“Kalau proyek multiyears drainase di Jalan Ahmad Yani dan MT Haryono itu bukan menyelesaikan persoalan yang dikeluhkan warga selama ini yang seharusnya dilakukan normalisasi adalah daerah-daerah saluran pembuangan buntu dan dangkal mengakibatkan aliran air tidak lancar,” tutupnya.(bah/uni/pk)