Sabtu, November 23, 2024
23.7 C
Palangkaraya

Ketika Racikan Kopi Generasi Muda Kalteng Makin Terkenal

Kalteng memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, termasuk kopi. Salah satu anak muda asal Desa Tumbang Jutuh, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas (Gumas) mencoba meraup untung dari usaha kopi yang dikembangkannya sejak 2015 yang lalu.

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

INDUSTRI kopi bernama Kaltfood yang beralamatkan di Jalan Basir Jahan, Kota Palangka Raya ini menjadi usaha terakhir Dedi Setiadi, karena berbagai usaha yang ia tekuni sebelumnya selalu gagal.

Dedi merupakan sosok pemuda yang berjiwa bisnis. Gaji yang ia dapatkan dari bekerja sebagai tenaga kontrak di suatu instansi digunakannya untuk mengembangkan usaha, seperti usaha karet, rotan dan lainnya. Namun, tak ada satupun yang berhasil.

Ide untuk menekuni usaha kopi khas Kalteng ini ketika ia hampir putus asa karena kegagalan yang terus dialami sebelumnya. Apalagi saat itu ia harus berhenti bekerja karena masa kontrak kerjanya selesai.

Baca Juga :  Polres Kotim Sambut Kapolres Baru AKBP Sarpani

Kebutuhan hidup selalu ada. Pengeluaran tiap hari juga pasti. Namun tidak ada pemasukan. Ia pun mulai memutar otak dan melihat potensi di Desa Tumbang Jutuh kala itu. Tanaman kopi tak banyak dikelola orang. Ia pun mencoba mencari jalan bisnis melalui potensi kopi di desanya.

“Awal mula usaha ini dari saya berhenti bekerja karena kontrak kerja habis, saat itu saya kerja sebagai tenaga penyuluh lapangan di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Gunung Mas,” katanya saat dibincangi Kalteng Pos di rumahnya, Jalan Basir Jahan, belum lama ini.

Dedi memulai usaha kopi dari nol. Dimulai dengan masuk ke hutan mencari sampel kopi di beberapa titik. Dimulai dari wilayah Gumas. Dari beberapa sampel yang didapatkan, kemudian secara autodidak ia mengolah menjadi kopi, lagi-lagi gagal.

Baca Juga :  Disperindagkop Temukan Mamin Kedaluwarsa

Hasil kopi yang ia olah tidak seperti kopi yang dijual orang. Bahkan rasanya pun jauh dari kata nikmat. Namun, ia tidak berhenti di situ. Terus mencoba mencari cara mengolah kopi agar terasa nikmat jika diminum. Upaya itu berlangsung enam bulan lamanya, hingga akhirnya rasa yang ditemukan hampir setara dengan kopi di pasaran.

“Walau saya sudah menemukan cara mengolah kopi yang enak, tapi saya tidak punya modal untuk mengembangkan usaha,” katanya.

Suatu ketika, ia mengikuti program pinjaman dana dari salah satu badan usaha milik negara (BUMN) untuk pelaku usaha kecil. Saat tim survei dari BUMN datang ke rumah industri kopi miliknya, para tim survei tidak memberikan respons positif.

Kalteng memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, termasuk kopi. Salah satu anak muda asal Desa Tumbang Jutuh, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas (Gumas) mencoba meraup untung dari usaha kopi yang dikembangkannya sejak 2015 yang lalu.

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

INDUSTRI kopi bernama Kaltfood yang beralamatkan di Jalan Basir Jahan, Kota Palangka Raya ini menjadi usaha terakhir Dedi Setiadi, karena berbagai usaha yang ia tekuni sebelumnya selalu gagal.

Dedi merupakan sosok pemuda yang berjiwa bisnis. Gaji yang ia dapatkan dari bekerja sebagai tenaga kontrak di suatu instansi digunakannya untuk mengembangkan usaha, seperti usaha karet, rotan dan lainnya. Namun, tak ada satupun yang berhasil.

Ide untuk menekuni usaha kopi khas Kalteng ini ketika ia hampir putus asa karena kegagalan yang terus dialami sebelumnya. Apalagi saat itu ia harus berhenti bekerja karena masa kontrak kerjanya selesai.

Baca Juga :  Polres Kotim Sambut Kapolres Baru AKBP Sarpani

Kebutuhan hidup selalu ada. Pengeluaran tiap hari juga pasti. Namun tidak ada pemasukan. Ia pun mulai memutar otak dan melihat potensi di Desa Tumbang Jutuh kala itu. Tanaman kopi tak banyak dikelola orang. Ia pun mencoba mencari jalan bisnis melalui potensi kopi di desanya.

“Awal mula usaha ini dari saya berhenti bekerja karena kontrak kerja habis, saat itu saya kerja sebagai tenaga penyuluh lapangan di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Gunung Mas,” katanya saat dibincangi Kalteng Pos di rumahnya, Jalan Basir Jahan, belum lama ini.

Dedi memulai usaha kopi dari nol. Dimulai dengan masuk ke hutan mencari sampel kopi di beberapa titik. Dimulai dari wilayah Gumas. Dari beberapa sampel yang didapatkan, kemudian secara autodidak ia mengolah menjadi kopi, lagi-lagi gagal.

Baca Juga :  Disperindagkop Temukan Mamin Kedaluwarsa

Hasil kopi yang ia olah tidak seperti kopi yang dijual orang. Bahkan rasanya pun jauh dari kata nikmat. Namun, ia tidak berhenti di situ. Terus mencoba mencari cara mengolah kopi agar terasa nikmat jika diminum. Upaya itu berlangsung enam bulan lamanya, hingga akhirnya rasa yang ditemukan hampir setara dengan kopi di pasaran.

“Walau saya sudah menemukan cara mengolah kopi yang enak, tapi saya tidak punya modal untuk mengembangkan usaha,” katanya.

Suatu ketika, ia mengikuti program pinjaman dana dari salah satu badan usaha milik negara (BUMN) untuk pelaku usaha kecil. Saat tim survei dari BUMN datang ke rumah industri kopi miliknya, para tim survei tidak memberikan respons positif.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/