Jumat, November 22, 2024
24.6 C
Palangkaraya

Bangunan Direnovasi Total, Tiang Guru Masih Tersimpan

Sebelum berdiri megah dan kokoh dengan tiga lantai, Masjid Nurul Iman Muhammadiyah Kasongan awalnya hanya berukuran 8×8 meter. Kala itu konstruksi bangu­nan didominasi kayu ulin. Meski sudah direnovasi total, generasi sekarang masih bisa melihat sisa-sisa bangunan dahulu yang masih disimpan oleh pengurus masjid.

Jeri, Kasongan

MENURUT penuturan penasihat Masjid Nurul Iman, Dzawidul, dahulunya para pendiri masjid ini menggunakan kayu ulin sebagai material bangunan. Kayu ulin atau yang biasa disebut kayu besi dinilai sangat kuat untuk bangunan masjid yang menampung banyak jemaah.

Dari beberapa item bangunan, seperti tiang, atap, lantai, dan dinding, kata Dzawidul, masih ada beberapa yang asli. Contohnya kayu yang digu­nakan pada bangunan awal.

Dzawidul mengajak saya (penulis) melihat langsung sisa konstruksi bangunan asli. Kami berjalan menuju samping masjid yang terletak di Jalan Semadi, Kelurahan Kasongan Lama ,Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan itu.

“Ini tiang tengah atau disebut tiang guru, dari kayu ulin. Hanya ini yang tersisa dan kami simpan,” ujar pria yang juga tokoh masyarakat di Kabupaten Katingan, seraya menunjuk ke arah tiang dimaksud, Kamis pagi (14/4).

Baca Juga :  Mendidik Anak-Anak sampai Ibu Rumah Tangga Membaca Al-Qur’an

Seiiring berjalannya wak­tu, kata Dzawidul melanjut­kan obrolan, umat muslim terus berkembang. Jumlah jemaah pun makin banyak. Karena itu, bangunan mas­jid yang awalnya 8×8 meter, diperluas lagi. Sayangnya Dzawidul lupa kapan renovasi awal dilakukan. Namun, lanjutnya, hingga sekarang ini renovasi yang dilakukan terhitung sudah empat kali.

“Awal rehab saya lupa tahunnya, tapi terakhirnya tahun 2011 lalu. Sedangkan untuk kubahnya direhab tahun 2019,” bebernya.

Masjid dengan empat tiang menara di setiap pojok bangunan dan empat tiang di bagian dalam ini, kini sudah berdiri megah di tengah-tengah permuki­man penduduk.

Tak hanya itu, setelah dilakukan renovasi, kini bangunan masjid sudah menjadi tiga lantai. Lantai dasar sebagai aula untuk kegiatan, sementara lantai dua dan tiga merupakan tempat jemaah men­jalankan salat.

Kini bangunan masjid terbuat dari bahan beton dan rangka baja untuk kubahnya. Tinggi bangunan diperkirakan 20-30 meter. Sedangkan luas bagian dalam bangunan 20×20 me­ter dan memiliki daya tam­pung jemaah kurang lebih 300 orang. Sekeliling masjid dicat warna krem, dipadu pilar tiang warna cokelat muda, dan kubah warna hijau. Juga sudah dibangun tembok keliling menggu­nakan stainless steel.

Baca Juga :  Mencicipi Kue Keranjang Khas Rumah Makan Singkawang

Selanjutnya Dzawidul mengungkapkan, untuk keseluruhan bangunan di Masjid Nurul Iman, ham­pir semua bagian bangu­nan masjid sudah selesai dikerjakan. Tersisa plafon kubah masjid yang belum terpasang karena kekuran­gan dana.

“Sebenarnya sudah be­berapa kali kami usulkan, tapi hingga sekarang belum ada respons. Karena ang­garan masih dipakai untuk penanganan Covid-19. Kami berharap ada perha­tian dari pemerintah untuk membantu pemasangan plafon, apalagi anggaran­nya yang dibutuhkan tidak terlalu besar,” tandasnya.

Dzawidul menyebut bahwa Masjid Nurul Iman merupakan bangunan masjid tertua di Kasongan. Pembangunan yang di­lakukan sebelum Indone­sia merdeka, merupakan berkah kegigihan para to­koh Islam Muhammadiyah bernama Rapet Muham­mad, Atak, Dullah, Litang, dan sejumlah tokoh lainnya di Kasongan. (*bersam­bung/ce/ala)

Sebelum berdiri megah dan kokoh dengan tiga lantai, Masjid Nurul Iman Muhammadiyah Kasongan awalnya hanya berukuran 8×8 meter. Kala itu konstruksi bangu­nan didominasi kayu ulin. Meski sudah direnovasi total, generasi sekarang masih bisa melihat sisa-sisa bangunan dahulu yang masih disimpan oleh pengurus masjid.

Jeri, Kasongan

MENURUT penuturan penasihat Masjid Nurul Iman, Dzawidul, dahulunya para pendiri masjid ini menggunakan kayu ulin sebagai material bangunan. Kayu ulin atau yang biasa disebut kayu besi dinilai sangat kuat untuk bangunan masjid yang menampung banyak jemaah.

Dari beberapa item bangunan, seperti tiang, atap, lantai, dan dinding, kata Dzawidul, masih ada beberapa yang asli. Contohnya kayu yang digu­nakan pada bangunan awal.

Dzawidul mengajak saya (penulis) melihat langsung sisa konstruksi bangunan asli. Kami berjalan menuju samping masjid yang terletak di Jalan Semadi, Kelurahan Kasongan Lama ,Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan itu.

“Ini tiang tengah atau disebut tiang guru, dari kayu ulin. Hanya ini yang tersisa dan kami simpan,” ujar pria yang juga tokoh masyarakat di Kabupaten Katingan, seraya menunjuk ke arah tiang dimaksud, Kamis pagi (14/4).

Baca Juga :  Mendidik Anak-Anak sampai Ibu Rumah Tangga Membaca Al-Qur’an

Seiiring berjalannya wak­tu, kata Dzawidul melanjut­kan obrolan, umat muslim terus berkembang. Jumlah jemaah pun makin banyak. Karena itu, bangunan mas­jid yang awalnya 8×8 meter, diperluas lagi. Sayangnya Dzawidul lupa kapan renovasi awal dilakukan. Namun, lanjutnya, hingga sekarang ini renovasi yang dilakukan terhitung sudah empat kali.

“Awal rehab saya lupa tahunnya, tapi terakhirnya tahun 2011 lalu. Sedangkan untuk kubahnya direhab tahun 2019,” bebernya.

Masjid dengan empat tiang menara di setiap pojok bangunan dan empat tiang di bagian dalam ini, kini sudah berdiri megah di tengah-tengah permuki­man penduduk.

Tak hanya itu, setelah dilakukan renovasi, kini bangunan masjid sudah menjadi tiga lantai. Lantai dasar sebagai aula untuk kegiatan, sementara lantai dua dan tiga merupakan tempat jemaah men­jalankan salat.

Kini bangunan masjid terbuat dari bahan beton dan rangka baja untuk kubahnya. Tinggi bangunan diperkirakan 20-30 meter. Sedangkan luas bagian dalam bangunan 20×20 me­ter dan memiliki daya tam­pung jemaah kurang lebih 300 orang. Sekeliling masjid dicat warna krem, dipadu pilar tiang warna cokelat muda, dan kubah warna hijau. Juga sudah dibangun tembok keliling menggu­nakan stainless steel.

Baca Juga :  Mencicipi Kue Keranjang Khas Rumah Makan Singkawang

Selanjutnya Dzawidul mengungkapkan, untuk keseluruhan bangunan di Masjid Nurul Iman, ham­pir semua bagian bangu­nan masjid sudah selesai dikerjakan. Tersisa plafon kubah masjid yang belum terpasang karena kekuran­gan dana.

“Sebenarnya sudah be­berapa kali kami usulkan, tapi hingga sekarang belum ada respons. Karena ang­garan masih dipakai untuk penanganan Covid-19. Kami berharap ada perha­tian dari pemerintah untuk membantu pemasangan plafon, apalagi anggaran­nya yang dibutuhkan tidak terlalu besar,” tandasnya.

Dzawidul menyebut bahwa Masjid Nurul Iman merupakan bangunan masjid tertua di Kasongan. Pembangunan yang di­lakukan sebelum Indone­sia merdeka, merupakan berkah kegigihan para to­koh Islam Muhammadiyah bernama Rapet Muham­mad, Atak, Dullah, Litang, dan sejumlah tokoh lainnya di Kasongan. (*bersam­bung/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/