Minggu, September 29, 2024
29.2 C
Palangkaraya

Rajin Mengaji selepas Subuh, Bercita-cita Belikan Orang Tua Rumah

Mengenal Wildatul Ainiyah, Pemenang Lomba Hifdzil Qur’an 30 Juz

Kemampuannya dalam menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an tak diragukan lagi. Sudah sering teruji dalam berbagai lomba. Sederet prestasi telah diraih. Koleksi piala memenuhi seisi lemari.

IRPAN JURAZY, Palangka Raya

RASA syukur dipanjatkan oleh Wildatul Ainiyah kepada Allah Swt. Wanita berusia 21 tahun ini berhasil memenangi lomba Hifdzil Qur’an 30 Juz pada ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an & Hadits (MTQH) XXX tingkat Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) yang telah berakhir pekan lalu.

Dengan demikian, Wilda –sapaan akrabnya, berhak mewakili Kalteng pada ajang MTQ tingkat nasional yang diselengarakan Oktober mendatang di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

“Alhamdulillah, senang sekali,” ucapnya mengawali obrolan dengan Kalteng Pos.

Bagi Wilda, prestasi ini merupakan yang pertama didapatkan selama mengikuti lomba Hifdzil Qur’an 30 juz. Tiga periode MTQ sebelumnya hanya bisa meraih juara dua, tiga, dan harapan. Namun, debut mengikuti ajang tahunan itu langsung diganjar juara pertama. (Lihat tabel)

“Alhamdulillah, untuk kategori 5 juz, 10 juz, dan 20 juz sudah pernah merasakan juara pertama, lalu sekarang merasakan juara pertama di 30 juz,” tutur anak pasangan Ahmad Rasyidi dan Murni ini.

Awal mula Wilda belajar menghafal ayat-ayat Al-Qur’an ketika mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatul Insan, Jalan Sulawesi, Palangka Raya. Sejak saat itulah remaja putri kelahiran Pulang Pisau ini mulai menghafal Al-Qur’an secara bertahap.

Saat duduk di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hidayatul Insan, lanjut Wilda, ia termasuk 15 orang terpilih dari 40 murid yang ikut program tahfidz pertama. 15 orang itu diminta untuk menghafal juz 30. Setelah lulus MI, Wilda melanjutkan pendidikan ke tingkat Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Insan. Tahun pertama bisa menghafal 5 juz. Kemudian tahun kedua atau saat duduk di bangku kelas VIII, ia mampu menghafal 5 juz. Lalu saat kelas IX ia mendapatkan 7 juz Al-Qur’an.

Setelah lulus, melanjutkan Madrasah Aliyah Hidayatul Insan. Selama tiga tahun berhasil mendapatkan 11 juz. “Butuh waktu tujuh tahun lamanya untuk menghafal Al-Qur’an secara keseluruhan,” beber anak sulung dari tiga bersaudara ini. “Kami (15 orang, red) merupakan angkatan pertama di Pondok Pesantren Hidayatul Insan yang bisa khatam 30 juz,” ungkapnya.

Kini Wilda menimba ilmu di Institut Ilmu Qur’an Jakarta. Sudah memasuki semester 7. Mengambil program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin. Untuk biaya kuliahnya, ia mendapat beasiswa dari Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kota Palangka Raya. Sementara untuk biaya hidupnya, Wilda mengaku menggunakan uang hasil memenangkan berbagai perlombaan yang diikuti. Terkadang ia juga mendapat undangan untuk menjadi juri lomba membaca Al-Quran atau sejenisnya.

Remaja putri berparas ayu ini mengaku tak ingin membebani orang tuanya. Ayahnya berprofesi sebagai penjahit yang membuka usaha di Jalan Rajawali Km 6, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga. Apalagi orang tuanya juga harus membiayai pendidikan kedua adiknya.

“Sejak sekolah di Madrasah Aliyah, saya sudah tidak dibiayai orang tua. Alhamdulillah, saya dapat rezeki dari menang-menang lomba,” ujarnya. “Saya bercita-cita bisa membelikan rumah untuk orang tua, karena saat ini mereka masih tinggal di rumah milik paman,” tambahnya.

Wilda mengaku selama proses belajar menghafal Al-Qur’an, kesulitan yang dialaminya hanya di awal-awal saja. Sempat berada di titik terendah dan ingin menyerah. Namun ia bangkit lagi berkat dukungan dari pembimbingnya Ustaz Khairul Atqia dan Ustazah Nelly Hidayati (istri) serta kedua orang tua. Rintangan itu akhirnya bisa dilewati.

“Alhamdulillah dengan usaha dan kerja keras yang terus-menerus, saya mulai terbiasa menghafal ayat yang mutasyabihat,” katanya.

Tiap hari Wilda menghafal satu halaman. Waktunya pukul 15.30-16.30 WIB. Waktu lain yang digunakannya untuk menghafal dan memfasihkan ayat-ayat adalah selepas salat Subuh. “Yang terpenting adalah istikamah saja. Menurut saya waktu yang tepat untuk membaca dan menghafal Al-Qur’an adalah selepas salat Subuh, karena saat itu otak masih fresh, belum banyak yang dipikirkan,” pungkasnya. (ce/ram/ko)

Mengenal Wildatul Ainiyah, Pemenang Lomba Hifdzil Qur’an 30 Juz

Kemampuannya dalam menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an tak diragukan lagi. Sudah sering teruji dalam berbagai lomba. Sederet prestasi telah diraih. Koleksi piala memenuhi seisi lemari.

IRPAN JURAZY, Palangka Raya

RASA syukur dipanjatkan oleh Wildatul Ainiyah kepada Allah Swt. Wanita berusia 21 tahun ini berhasil memenangi lomba Hifdzil Qur’an 30 Juz pada ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an & Hadits (MTQH) XXX tingkat Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) yang telah berakhir pekan lalu.

Dengan demikian, Wilda –sapaan akrabnya, berhak mewakili Kalteng pada ajang MTQ tingkat nasional yang diselengarakan Oktober mendatang di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

“Alhamdulillah, senang sekali,” ucapnya mengawali obrolan dengan Kalteng Pos.

Bagi Wilda, prestasi ini merupakan yang pertama didapatkan selama mengikuti lomba Hifdzil Qur’an 30 juz. Tiga periode MTQ sebelumnya hanya bisa meraih juara dua, tiga, dan harapan. Namun, debut mengikuti ajang tahunan itu langsung diganjar juara pertama. (Lihat tabel)

“Alhamdulillah, untuk kategori 5 juz, 10 juz, dan 20 juz sudah pernah merasakan juara pertama, lalu sekarang merasakan juara pertama di 30 juz,” tutur anak pasangan Ahmad Rasyidi dan Murni ini.

Awal mula Wilda belajar menghafal ayat-ayat Al-Qur’an ketika mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatul Insan, Jalan Sulawesi, Palangka Raya. Sejak saat itulah remaja putri kelahiran Pulang Pisau ini mulai menghafal Al-Qur’an secara bertahap.

Saat duduk di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hidayatul Insan, lanjut Wilda, ia termasuk 15 orang terpilih dari 40 murid yang ikut program tahfidz pertama. 15 orang itu diminta untuk menghafal juz 30. Setelah lulus MI, Wilda melanjutkan pendidikan ke tingkat Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Insan. Tahun pertama bisa menghafal 5 juz. Kemudian tahun kedua atau saat duduk di bangku kelas VIII, ia mampu menghafal 5 juz. Lalu saat kelas IX ia mendapatkan 7 juz Al-Qur’an.

Setelah lulus, melanjutkan Madrasah Aliyah Hidayatul Insan. Selama tiga tahun berhasil mendapatkan 11 juz. “Butuh waktu tujuh tahun lamanya untuk menghafal Al-Qur’an secara keseluruhan,” beber anak sulung dari tiga bersaudara ini. “Kami (15 orang, red) merupakan angkatan pertama di Pondok Pesantren Hidayatul Insan yang bisa khatam 30 juz,” ungkapnya.

Kini Wilda menimba ilmu di Institut Ilmu Qur’an Jakarta. Sudah memasuki semester 7. Mengambil program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin. Untuk biaya kuliahnya, ia mendapat beasiswa dari Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kota Palangka Raya. Sementara untuk biaya hidupnya, Wilda mengaku menggunakan uang hasil memenangkan berbagai perlombaan yang diikuti. Terkadang ia juga mendapat undangan untuk menjadi juri lomba membaca Al-Quran atau sejenisnya.

Remaja putri berparas ayu ini mengaku tak ingin membebani orang tuanya. Ayahnya berprofesi sebagai penjahit yang membuka usaha di Jalan Rajawali Km 6, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga. Apalagi orang tuanya juga harus membiayai pendidikan kedua adiknya.

“Sejak sekolah di Madrasah Aliyah, saya sudah tidak dibiayai orang tua. Alhamdulillah, saya dapat rezeki dari menang-menang lomba,” ujarnya. “Saya bercita-cita bisa membelikan rumah untuk orang tua, karena saat ini mereka masih tinggal di rumah milik paman,” tambahnya.

Wilda mengaku selama proses belajar menghafal Al-Qur’an, kesulitan yang dialaminya hanya di awal-awal saja. Sempat berada di titik terendah dan ingin menyerah. Namun ia bangkit lagi berkat dukungan dari pembimbingnya Ustaz Khairul Atqia dan Ustazah Nelly Hidayati (istri) serta kedua orang tua. Rintangan itu akhirnya bisa dilewati.

“Alhamdulillah dengan usaha dan kerja keras yang terus-menerus, saya mulai terbiasa menghafal ayat yang mutasyabihat,” katanya.

Tiap hari Wilda menghafal satu halaman. Waktunya pukul 15.30-16.30 WIB. Waktu lain yang digunakannya untuk menghafal dan memfasihkan ayat-ayat adalah selepas salat Subuh. “Yang terpenting adalah istikamah saja. Menurut saya waktu yang tepat untuk membaca dan menghafal Al-Qur’an adalah selepas salat Subuh, karena saat itu otak masih fresh, belum banyak yang dipikirkan,” pungkasnya. (ce/ram/ko)

Artikel Terkait