Jumat, November 22, 2024
24.6 C
Palangkaraya

Mengunjungi Pondok Pesantren Manba'u Darissalam

Ada Santri dari Luar Provinsi, Jenjang Wustha dan Ulya Wajib Mukim

Pusat pendidikan Islam terus berkembang di Kota Palangka Raya. Salah satunya yakni Pondok Pesantren (Ponpes) Manba’u Darissalam. Ponpes ini terletak di Jalan Mendawai, Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya.  

IRPAN JURAYZ, Palangka Raya

PONPES Manba’u Darissalam didirikan oleh Muhammad Arsyad. Ia termotivasi mendirikan pesantren karena melihat keterbatasan akses anak-anak keluarga tak mampu dalam mengenyam pendidikan. Pusat pendidikan Islam ini resmi didirikan pada 2017.

Arsyad menuturkan bahwa ponpes yang dipimpinnya itu mengadopsi kurikulum Ponpes Darussalam Martapura di Kalimantan Selatan (Kalsel). Meski demikian, ada perbedaan pada sistem yang dijalankan. Secara pembelajaran, ponpes ini menggunakan sistem semimodern.

“Perbedaannya itu apabila sistem pondok yang menganut sistem salafiyah, metode pembelajaran terbagi, pagi sampai siang pembelajaran pondok seperti kitab kuning, fiqih, hadiz, dan nahu, sedangkan siang baru memasuki pembelajaran umum, kalau yang modern dijadikan satu mata pelajaran, baik itu mata pelajaran yang ada di ponpes maupun mata pelajaran umum,” ucapnya, Rabu (26/10).

Karena mengadopsi kurikulum Ponpes Darussalam Martapura, tak heran jika ada banyak ustaz dan ustazah yang merupakan alumni ponpes ini. Pembina Ponpes Manba’u Darissalam ini adalah (alm) KH Fadlan Ansyari, yang baru saja wafat di Tanah Suci saat menunaikan ibadah umrah. Almarhum juga merupakan salah satu pengelola Ponpes Darussalam Martapura.

Di Ponpes Manba’u Darissalam ini ada beberapa jenjang yang dikelola. Yakni jenjang Wustha yang setara dengan SMP/MTs atau Paket B, jenjang Ulya yang setara dengan SMA Madrasah Aliyah atau Paket C, dan Madrasah Diniyah yang merupakan lembaga pendidikan yang keseluruhan mata pelajarannya adalah mata pelajaran agama Islam. Pada jenjang ini para murid didominasi oleh murid yang bersekolah umum di luar ponpes, tapi mulai dari pukul 14.00 WIB mengikuti pembelajaran ponpes hingga selesai salat Ashar. Selepas itu, para murid dipersilakan pulang.

Baca Juga :  Panglima Batur Ditangkap saat Berunding dengan Belanda

Dijelaskan Arsyad, pada tingkat Madrasah Diniyah tidak ada ijasah resmi. Jenjang ini untuk memberi pembelajaran kepada para santri sebelum masuk ke ponpes. Ada juga Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), yang waktu belajarnya sore hari setelah Salat Ashar hingga menjelang Magrib. Selain itu ada pula Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) atau panti asuhan.

“Pada jenjang Wustha dan Ulya diharuskan untuk mukim di sini, karena kami menginginkan para santri bisa fasih membaca kitab kuning,” sebut Arsyad.

Para santri bangun pagi sebelum salat Subuh. Setelah membersihkan diri, para santri melaksanakan salat Tahajud, lalu dilanjutkan dengan salat subuh. Selepas salat Subuh, mereka melakukan selawat. Berganti-ganti tiap harinya. Pukul 05.00 WIB, para santri mempersiapkan diri, sebelum mengikuti pembelajaran yang dimulai pukul 06.20 WIB.

Dikatakan Arsyad, saat salat Zuhur, para santri melaksanakan salat berjemaah. Dilanjutkan makan siang. Pada pukul 12.30 WIB, para santri masuk lagi ke kelas untuk mengikuti pembelajaran hingga pukul 14.00 WIB. Pada salat Ashar, para santri kembali melaksanakan salat, dan dilanjutkan dengan pembacaan talkin. Selanjutnya dari pukul 15.00 WIB hingga 16.00 WIB, para santri dibolehkan melakukan aktivitas lain, seperti olahraga, menyuci pakaian, dan lainnya.

Baca Juga :  Para Penghuni Panti Diajak Berkebun hingga Bermain Musik

“Pukul 16.30 WIB dilanjutkan dengan taklim. Kemudian setelah salat Magrib mereka melaksanakan tadarus hingga waktu salat Isya tiba. Selepas salat dilanjutkan dengan mukradat atau mengulang pembelajaran siang hari dan diwajibkan menghafal 10 kosa kata bahasa Arab dan Inggris. Selepas itu para santri makan malam dan diakhiri dengan tidur malam,” jelasnya.

Rutinitas itu dijalani para santri tiap hari. Di ponpes ini, waktu turun sekolah mulai Sabtu hingga Kamis. Sementara hari Jumat para santri libur. Saat ini tercatat ada 500 lebih santri yang dibina di Ponpen Manba’u Darissalam ini. Dari semua tingkatan. Sebagian besar santri berasal dari Kota Palangka Raya. Namun ada juga yang datang dari kabupaten lain. Bahkan ada yang berasal dari Provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat. Arsyad menyebut bahwa pada penerimaan peserta didik baru ada 600 pendaftar. Namun yang diterima hanya 160 santri. Terdiri dari 100 santri laki-laki dan 60 santri perempuan.

“Banyak yang kami tolak karena menyesuaikan kondisi pondok. Pada sisi lain, dengan tingginya antusiasme para calon santri yang mendaftar, menjadi semangat bagi kami untuk terus membesarkan pondok ini,” ucap Arsyad.

Arsyad menambahkan, tiap kali ada event perlombaan, ponpes yang dipimpinnya itu hampir tidak pernah berpartisipasi. Pihaknya punya alasan tersendiri. Yakni mengikuti budaya yang ada di Ponpes Darussalam Martapura yang tidak mengejar hal-hal duniawi. Bahwa orientasi pondok hanya pada hal-hal spiritual. “Hampir tidak pernah kami ikut event-event, karena kami mengikuti proses pembinaan yang ada di Ponpes Darussalam,” pungkasnya. (*/ce/ala)

Pusat pendidikan Islam terus berkembang di Kota Palangka Raya. Salah satunya yakni Pondok Pesantren (Ponpes) Manba’u Darissalam. Ponpes ini terletak di Jalan Mendawai, Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya.  

IRPAN JURAYZ, Palangka Raya

PONPES Manba’u Darissalam didirikan oleh Muhammad Arsyad. Ia termotivasi mendirikan pesantren karena melihat keterbatasan akses anak-anak keluarga tak mampu dalam mengenyam pendidikan. Pusat pendidikan Islam ini resmi didirikan pada 2017.

Arsyad menuturkan bahwa ponpes yang dipimpinnya itu mengadopsi kurikulum Ponpes Darussalam Martapura di Kalimantan Selatan (Kalsel). Meski demikian, ada perbedaan pada sistem yang dijalankan. Secara pembelajaran, ponpes ini menggunakan sistem semimodern.

“Perbedaannya itu apabila sistem pondok yang menganut sistem salafiyah, metode pembelajaran terbagi, pagi sampai siang pembelajaran pondok seperti kitab kuning, fiqih, hadiz, dan nahu, sedangkan siang baru memasuki pembelajaran umum, kalau yang modern dijadikan satu mata pelajaran, baik itu mata pelajaran yang ada di ponpes maupun mata pelajaran umum,” ucapnya, Rabu (26/10).

Karena mengadopsi kurikulum Ponpes Darussalam Martapura, tak heran jika ada banyak ustaz dan ustazah yang merupakan alumni ponpes ini. Pembina Ponpes Manba’u Darissalam ini adalah (alm) KH Fadlan Ansyari, yang baru saja wafat di Tanah Suci saat menunaikan ibadah umrah. Almarhum juga merupakan salah satu pengelola Ponpes Darussalam Martapura.

Di Ponpes Manba’u Darissalam ini ada beberapa jenjang yang dikelola. Yakni jenjang Wustha yang setara dengan SMP/MTs atau Paket B, jenjang Ulya yang setara dengan SMA Madrasah Aliyah atau Paket C, dan Madrasah Diniyah yang merupakan lembaga pendidikan yang keseluruhan mata pelajarannya adalah mata pelajaran agama Islam. Pada jenjang ini para murid didominasi oleh murid yang bersekolah umum di luar ponpes, tapi mulai dari pukul 14.00 WIB mengikuti pembelajaran ponpes hingga selesai salat Ashar. Selepas itu, para murid dipersilakan pulang.

Baca Juga :  Panglima Batur Ditangkap saat Berunding dengan Belanda

Dijelaskan Arsyad, pada tingkat Madrasah Diniyah tidak ada ijasah resmi. Jenjang ini untuk memberi pembelajaran kepada para santri sebelum masuk ke ponpes. Ada juga Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), yang waktu belajarnya sore hari setelah Salat Ashar hingga menjelang Magrib. Selain itu ada pula Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) atau panti asuhan.

“Pada jenjang Wustha dan Ulya diharuskan untuk mukim di sini, karena kami menginginkan para santri bisa fasih membaca kitab kuning,” sebut Arsyad.

Para santri bangun pagi sebelum salat Subuh. Setelah membersihkan diri, para santri melaksanakan salat Tahajud, lalu dilanjutkan dengan salat subuh. Selepas salat Subuh, mereka melakukan selawat. Berganti-ganti tiap harinya. Pukul 05.00 WIB, para santri mempersiapkan diri, sebelum mengikuti pembelajaran yang dimulai pukul 06.20 WIB.

Dikatakan Arsyad, saat salat Zuhur, para santri melaksanakan salat berjemaah. Dilanjutkan makan siang. Pada pukul 12.30 WIB, para santri masuk lagi ke kelas untuk mengikuti pembelajaran hingga pukul 14.00 WIB. Pada salat Ashar, para santri kembali melaksanakan salat, dan dilanjutkan dengan pembacaan talkin. Selanjutnya dari pukul 15.00 WIB hingga 16.00 WIB, para santri dibolehkan melakukan aktivitas lain, seperti olahraga, menyuci pakaian, dan lainnya.

Baca Juga :  Para Penghuni Panti Diajak Berkebun hingga Bermain Musik

“Pukul 16.30 WIB dilanjutkan dengan taklim. Kemudian setelah salat Magrib mereka melaksanakan tadarus hingga waktu salat Isya tiba. Selepas salat dilanjutkan dengan mukradat atau mengulang pembelajaran siang hari dan diwajibkan menghafal 10 kosa kata bahasa Arab dan Inggris. Selepas itu para santri makan malam dan diakhiri dengan tidur malam,” jelasnya.

Rutinitas itu dijalani para santri tiap hari. Di ponpes ini, waktu turun sekolah mulai Sabtu hingga Kamis. Sementara hari Jumat para santri libur. Saat ini tercatat ada 500 lebih santri yang dibina di Ponpen Manba’u Darissalam ini. Dari semua tingkatan. Sebagian besar santri berasal dari Kota Palangka Raya. Namun ada juga yang datang dari kabupaten lain. Bahkan ada yang berasal dari Provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat. Arsyad menyebut bahwa pada penerimaan peserta didik baru ada 600 pendaftar. Namun yang diterima hanya 160 santri. Terdiri dari 100 santri laki-laki dan 60 santri perempuan.

“Banyak yang kami tolak karena menyesuaikan kondisi pondok. Pada sisi lain, dengan tingginya antusiasme para calon santri yang mendaftar, menjadi semangat bagi kami untuk terus membesarkan pondok ini,” ucap Arsyad.

Arsyad menambahkan, tiap kali ada event perlombaan, ponpes yang dipimpinnya itu hampir tidak pernah berpartisipasi. Pihaknya punya alasan tersendiri. Yakni mengikuti budaya yang ada di Ponpes Darussalam Martapura yang tidak mengejar hal-hal duniawi. Bahwa orientasi pondok hanya pada hal-hal spiritual. “Hampir tidak pernah kami ikut event-event, karena kami mengikuti proses pembinaan yang ada di Ponpes Darussalam,” pungkasnya. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/