PALANGKA RAYA-Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya telah mencanangkan kebijakan relokasi untuk warga yang terdampak ablasi di bantaran Sungai Kahayan tempo hari. Usai memetakan secara jelas duduk perkara ablasi di lokasi bantaran sungai itu, berdiskusi dengan masyarakat, pemerintah dan masyarakat pun menyetujui rencana relokasi.
Upaya pemindahan itu tidak bisa tidak memang harus dilakukan. Terutama bagi masyarakat yang rumahnya persis berada di pinggir sungai dan notabene memang wilayah yang rawan terjadi ablasi. Pengikisan disinyalir terus meluas di wilayah bantaran sungai. Hampir semua rumah yang berada persis di pinggir sungai mengalami keretakan tanah dan berpotensi terjadi ablasi.
Menurut Ketua RT 03 Satria, dari 5 kepala keluarga (KK) yang tinggal di pinggir Sungai Kahayan dalam wilayahnya terdapat 2 KK yang rumahnya sudah tidak dapat ditempati lagi.
“Ada 2 KK yang rumahnya terdampak, parah sekali, penghuninya sudah mengungsi, 5 KK itu tanahnya di bawah sudah retak,” sebut Satria saat ditemui Kalteng Pos di lokasi kejadian, Senin sore (9/1).
Selaku ketua RT, ia terus mengimbau warga segera mengamankan diri ke lokasi pengungsian terdekat, mengingat ablasi berpotensi meluas.
“Warga di sini setuju direlokasi, mau bagaimana pun kan ini sudah sangat parah, tidak mungkin mereka tinggal lagi, pilihan mereka mau tidak mau relokasi, sudah setuju semua,” tuturnya.
Salah satu warga yang rumahnya terdampak relokasi bernama Fitri (28) mengaku setuju dengan keputusan pemerintah untuk relokasi. Ia mengaku lokasi tempat tinggalnya itu tidak aman lagi untuk ditempati. Berharap pemerintah melakukan relokasi.
“Memang mintanya seperti itu, maunya direlokasi, karena tempat yang saya tinggali ini sudah sangat tidak aman lagi,” ujarnya saat ditemui Kalteng Pos.
Fitri berharap agar nantinya lokasi yang dijadikan relokasi merupakan tempat yang aman dan strategis dan jauh dari potensi ablasi alias tidak di pinggir sungai. Perempuan yang tinggal bersama empat orang keluarganya itu mengaku trauma tinggal di pinggir sungai mengingat ablasi yang parah.
“Kalau bisa sih tempat relokasi nanti tidak di pinggir sungai lagi, soalnya trauma sudah,” tuturnya.
Sementara itu, warga bernama Alen (58) berharap pemerintah nantinya bisa diberikan tempat yang layak, aman, dan bukan di pinggir sungai. Ia meminta pemerintah membantu penuh proses relokasi, mengingat dirinya merupakan warga kurang mampu.
“Kalau perlu jangan disewa. Bagusnya langsung jadi milik pribadi ya. Karena kami ini kena musibah, bukan karena keinginan kami,” tutur pria yang tinggal bersama istri dan lima orang anak itu.
Harapan juga disampaikan Sadiah (80). Lansia yang merupakan warga RT 04 itu setuju dengan upaya pemerintah melakukan relokasi, mengingat tanah bagian belakang rumahnya sudah mengalami penurunan. Dapur hampir terpisah dengan ruang utama. Lubang tanda terpisahnya dapur dan ruang utama telah melebar seluas empat jari. Ia tinggal bersama dua anak dan dua cucu.
“Berharapnya tidak di pinggir sungai lagi, olehnya sudah mau runtuh ini bagian belakang rumah, kalau bisa tempat relokasi itu aman dan jauh dari sungai,” tuturnya penuh harap.
Menurut keterangan terbaru berdasarkan pantauan intens dari pihak kelurahan setempat, Lurah Langkai Sri Wanti menyebut ada 16 unit rumah yang terdampak ablasi di wilayah pinggir Sungai Kahayan. “Ada penambahan 2 rumah lagi. Di sini ada dua RT, yaitu RT 03 dan RT 04. Di RT 03 ada 6 rumah yang terdampak, di RT 04 ada 10 rumah,” beber Sri Wanti kepada Kalteng Pos saat diwawancarai di sela-sela tinjauan ke lokasi ablasi, Senin sore (9/1).
Sri Wanti menambahkan, ke depannya akan dilakukan relokasi oleh pihak pemko untuk warga yang rumahnya terdampak ablasi. Sejauh ini pemko masih memetakan daerah dengan risiko tinggi terjadinya ablasi.
“16 unit rumah yang terdampak ablasi itu memang masuk dalam wilayah dengan risiko tinggi ablasi, ada 4 rumah yang memang sudah sangat terdampak, otomatis mungkin 4 itu dulu yang akan direlokasi, karena memang sudah tidak bisa diapa-apakan lagi,” bebernya.
Sri Wanti menyebut pihaknya terus berupaya mengingatkan warga yang tinggal di bantaran sungai yang bagian bawah rumahnya sudah terlihat keretakan tanah, agar secepatnya membereskan barang-barang berharga untuk pindah.
“Saya barusan menyampaikan kepada warga yang rumahnya persis berada di pinggir sungai dan berpotensi terkena ablasi untuk segera membereskan barang-barang karena sangat berbahaya,” ujarnya.
Sri Wanti menyebut pihaknya sudah menyediakan posko pengungsian untuk warga yang terdampak ablasi. Untuk itu, warga yang rumahnya terdampak ablasi atau yang tanah pijakan rumahnya sudah retak diminta untuk segera mengungsi ke posko demi mencegah hal-hal yang tak diinginkan terjadi.
“Kami sudah siapkan posko untuk warga yang terdampak, diharapkan agar segera mengamankan diri, apalagi yang rumahnya persis di pinggir sungai,” tandasnya.
Sebelumnya Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin duduk bersama warga yang bermukim di pinggir Sungai Kahayan. Orang nomor satu di Palangka Raya itu menyebut akan merelokasi warga ke tempat yang lebih aman. Dari hasil diskusi itu, sebagain besar warga yang rumahnya terdampak ablasi, setuju dengan rencana relokasi yang ditawarkan pemerintah. (dan/ce/ram)