Rabu, Oktober 2, 2024
29.3 C
Palangkaraya

Cerita Tim Call Center 112 Menangani ODGJ

Sangat Kuat saat Kambuh, Harus Pintar Cari Kelemahan

Sejak diluncurkan 2021 lalu, manfaat dari Call Center 112 milik Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya benar-benar dirasakan masyarakat. Berbagai keluhan dan permintaan bantuan ditangani dengan cepat dan cekat.

RIDANI, Palangka Raya

SEPANJANG tahun 2022, petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Palangka Raya yang bertanggung jawab melayani panggilan darurat masyarakat, menerima berbagai permintaan unik, aneh, dan penuh tantangan. Bahkan sesekali menghadapi kondisi menegangkan. Hal yang selalu membekas dalam ingatan adalah saat menangani orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Kepala Seksi Rencana Aksi Penyelamatan DPKP Kota Palangka Raya Sucipto menerangkan, ada satu cerita menegangkan saat pihaknya menangani OGDJ. Kejadian tersebut bermula kala keluarga OGDJ menghubungi Call Center Darurat 112 meminta bantuan penanganan. Tim pun bergegas mendatangi lokasi sebelum terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Suasana di lokasi saat itu menegangkan dan penuh risiko, karena di dekat ODGJ itu terdapat sekitar 10 bilah senjata tajam. Apalagi dalam kondisi gelap kerena lampu tidak berfungsi.

“Tim harus ekstra hati-hati, mesti ada keahlian dalam menangani, beruntung bisa diatasi,” ujar Sucipto.

Menurutnya penanganan terhadap ODGJ tidaklah gampang. Pria kelahiran Kuala Kapuas itu menyebut, sebenarnya banyak OGDJ yang ada di wilayah Kota Palangka Raya. Tak sedikit yang berkeliaran di jalanan lantaran tidak diurus oleh pihak keluarga. Ada yang sehat, tapi harus mengonsumsi obat tiap hari. Jika tidak, maka akan kambuh dan bisa saja mengganggu orang lain, bahkan mencelakai bunuh diri sendiri. Oleh karena itu, tim rescue damkar selalu membenahi diri menyikapi hal-hal seperti demikian dengan kehati-hatian dan menambah keahlian.

Baca Juga :  Ada Keluarga Memilih Bertahan, Sebagian Mengungsi karena Kehabisan Susu

“Penanganan OGDJ ini banyak sekali, tahun 2022 ada 30 lebih kasus yang ditangani,” bebernya kepada Kalteng Pos, beberapa waktu lalu.

 

Sucipto menyebut, jika ditemukan ada OGDJ, pihak kelurahan semestinya menghubungi damkar, bhabinkantibmas, maupun pihaknya untuk menangani. Bisa saja dibawa ke rumah sakit jiwa untuk dirawat. Pada waktunya nanti akan dikembalikan pihak keluarag jika telah sembuh.

“Biasanya ada pemberitahuan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei bahwa yang bersangkutan sudah sembuh normal. Namun dengan catatan tidak boleh lepas dari obat-obat untuk si pasien, jika pemberian obat diabaikan, bisa saja akan balik seperti semula,” jelas pria yang pada April nanti genap berusia 55 tahun.

 

Dari pengalamannya menangani ODGJ bersama 14 anak bawahan, menurutnya kekuatan OGDJ berlipat-libat dari manusia normal. “Lebih kuat dari pada kita ini,” ucapnya.

Namun itu bisa diatasi jika kita mengetahui kelemahan. Kelemahan ODGJ ada pada kaki dan tangan. Perihal ini, petugas yang mengamankan harusnya paham. “Kalau bisa tiarapkan dia, mainkan saja di perlipatan kaki dan tangan, lalu ikat menggunakan pengikat yang sudah disiapkan seperti borgol kriket,” terangnya.

Jika berhadapan dengan ODGJ yang kekuatannya cukup besar, borgol kriket pun bisa dengan dilepaskan. Untuk mengatasi itu, harus ditambah tali. “Kalau OGDJ seperti itu bisanya paling lama ngurusnya dibandingkan kasus-kasus lain,” terang Sucipto.

Baca Juga :  Makam Keramat Mangkomot, Bukti Masuknya Islam hingga Pedalaman

 

Sucipto mengaku tak jarang saat akan tidur teringat teringat kembali akan kekerasan yang dilakukan saat bertugas menangani OGDJ. “Yang pasti saat bertugas tidak pernah berpikir kalau itu berisiko, yang dipikirkan adalah langkah kami, seandainya ada terkaman, bagaimana kami mengambil posisi, kawan-kawan menyergapnya dari mana, misalnya ada empat orang, maka keempatnya ini harus pintar dalam menempati posisi, pergerakan pun harus cepat untuk mengamankan OGDJ,” tuturnya.

Meski demikian, Sucipto juga mengaku bahwa ada juga ODGJ yang berkelakuan baik. Nurut saat diajak dan malah senang dirawat. Ada pula ODGJ yang berparas cantik dan bahkan berusia belasan tahun.

Sucipto tidak habis pikir, wanita secantik itu bisa mengalami gangguan jiwa. Kadang ia berpikir apakah karena ingin sesuatu yang tidak mampu capai, ataukah memang dia pernah terlibat dengan hal-hal yang merusak organ tubuhnya.

“Kasihan sih, masih panjang masa depannya. Jadi kalau dapat kasus seperti itu, biasanya kami bawa serta keluarga atau saksi. Kami tidak mau ada tudingan-tudingan terhadap petugas dalam menjankan tugas. Kami harus berjiwa sosial, tidak berpikir yang tak benar,” ucapnya.

 

Dikatakan Sucipto, pada era wali kota sebelumnya, ia sering mendapat penghargaan. Begitu pula pada era kepemimpinan Fairid Naparin.

“Saya memegang sertifikat sebagai instruktur. Saya disekolahkan lagi di Jakarta menjadi inspektur muda, mendapat predikat terbaik, 19 tahun saya membenahi diri, melatih diri di Palangka Raya dengan berbagai risiko yang dihadapi. (ce/ram)

 

Sejak diluncurkan 2021 lalu, manfaat dari Call Center 112 milik Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya benar-benar dirasakan masyarakat. Berbagai keluhan dan permintaan bantuan ditangani dengan cepat dan cekat.

RIDANI, Palangka Raya

SEPANJANG tahun 2022, petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Palangka Raya yang bertanggung jawab melayani panggilan darurat masyarakat, menerima berbagai permintaan unik, aneh, dan penuh tantangan. Bahkan sesekali menghadapi kondisi menegangkan. Hal yang selalu membekas dalam ingatan adalah saat menangani orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Kepala Seksi Rencana Aksi Penyelamatan DPKP Kota Palangka Raya Sucipto menerangkan, ada satu cerita menegangkan saat pihaknya menangani OGDJ. Kejadian tersebut bermula kala keluarga OGDJ menghubungi Call Center Darurat 112 meminta bantuan penanganan. Tim pun bergegas mendatangi lokasi sebelum terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Suasana di lokasi saat itu menegangkan dan penuh risiko, karena di dekat ODGJ itu terdapat sekitar 10 bilah senjata tajam. Apalagi dalam kondisi gelap kerena lampu tidak berfungsi.

“Tim harus ekstra hati-hati, mesti ada keahlian dalam menangani, beruntung bisa diatasi,” ujar Sucipto.

Menurutnya penanganan terhadap ODGJ tidaklah gampang. Pria kelahiran Kuala Kapuas itu menyebut, sebenarnya banyak OGDJ yang ada di wilayah Kota Palangka Raya. Tak sedikit yang berkeliaran di jalanan lantaran tidak diurus oleh pihak keluarga. Ada yang sehat, tapi harus mengonsumsi obat tiap hari. Jika tidak, maka akan kambuh dan bisa saja mengganggu orang lain, bahkan mencelakai bunuh diri sendiri. Oleh karena itu, tim rescue damkar selalu membenahi diri menyikapi hal-hal seperti demikian dengan kehati-hatian dan menambah keahlian.

Baca Juga :  Ada Keluarga Memilih Bertahan, Sebagian Mengungsi karena Kehabisan Susu

“Penanganan OGDJ ini banyak sekali, tahun 2022 ada 30 lebih kasus yang ditangani,” bebernya kepada Kalteng Pos, beberapa waktu lalu.

 

Sucipto menyebut, jika ditemukan ada OGDJ, pihak kelurahan semestinya menghubungi damkar, bhabinkantibmas, maupun pihaknya untuk menangani. Bisa saja dibawa ke rumah sakit jiwa untuk dirawat. Pada waktunya nanti akan dikembalikan pihak keluarag jika telah sembuh.

“Biasanya ada pemberitahuan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei bahwa yang bersangkutan sudah sembuh normal. Namun dengan catatan tidak boleh lepas dari obat-obat untuk si pasien, jika pemberian obat diabaikan, bisa saja akan balik seperti semula,” jelas pria yang pada April nanti genap berusia 55 tahun.

 

Dari pengalamannya menangani ODGJ bersama 14 anak bawahan, menurutnya kekuatan OGDJ berlipat-libat dari manusia normal. “Lebih kuat dari pada kita ini,” ucapnya.

Namun itu bisa diatasi jika kita mengetahui kelemahan. Kelemahan ODGJ ada pada kaki dan tangan. Perihal ini, petugas yang mengamankan harusnya paham. “Kalau bisa tiarapkan dia, mainkan saja di perlipatan kaki dan tangan, lalu ikat menggunakan pengikat yang sudah disiapkan seperti borgol kriket,” terangnya.

Jika berhadapan dengan ODGJ yang kekuatannya cukup besar, borgol kriket pun bisa dengan dilepaskan. Untuk mengatasi itu, harus ditambah tali. “Kalau OGDJ seperti itu bisanya paling lama ngurusnya dibandingkan kasus-kasus lain,” terang Sucipto.

Baca Juga :  Makam Keramat Mangkomot, Bukti Masuknya Islam hingga Pedalaman

 

Sucipto mengaku tak jarang saat akan tidur teringat teringat kembali akan kekerasan yang dilakukan saat bertugas menangani OGDJ. “Yang pasti saat bertugas tidak pernah berpikir kalau itu berisiko, yang dipikirkan adalah langkah kami, seandainya ada terkaman, bagaimana kami mengambil posisi, kawan-kawan menyergapnya dari mana, misalnya ada empat orang, maka keempatnya ini harus pintar dalam menempati posisi, pergerakan pun harus cepat untuk mengamankan OGDJ,” tuturnya.

Meski demikian, Sucipto juga mengaku bahwa ada juga ODGJ yang berkelakuan baik. Nurut saat diajak dan malah senang dirawat. Ada pula ODGJ yang berparas cantik dan bahkan berusia belasan tahun.

Sucipto tidak habis pikir, wanita secantik itu bisa mengalami gangguan jiwa. Kadang ia berpikir apakah karena ingin sesuatu yang tidak mampu capai, ataukah memang dia pernah terlibat dengan hal-hal yang merusak organ tubuhnya.

“Kasihan sih, masih panjang masa depannya. Jadi kalau dapat kasus seperti itu, biasanya kami bawa serta keluarga atau saksi. Kami tidak mau ada tudingan-tudingan terhadap petugas dalam menjankan tugas. Kami harus berjiwa sosial, tidak berpikir yang tak benar,” ucapnya.

 

Dikatakan Sucipto, pada era wali kota sebelumnya, ia sering mendapat penghargaan. Begitu pula pada era kepemimpinan Fairid Naparin.

“Saya memegang sertifikat sebagai instruktur. Saya disekolahkan lagi di Jakarta menjadi inspektur muda, mendapat predikat terbaik, 19 tahun saya membenahi diri, melatih diri di Palangka Raya dengan berbagai risiko yang dihadapi. (ce/ram)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/