Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

75 Anak di Kota Cantik Menderita TBC

PALANGKA RAYA-Angka kasus penyakit Tuberkulosis (TBC) cukup tinggi di Palangka Raya. Pada tahun 2022 lalu ada 657 kasus penyakit ini. 75 kasus di antaranya dialami anak-anak. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palangka Raya Andjar Hari Purnomo melalui Kepala Sub Koordinator Penyakit Menular Dinkes Kota Palangka Raya Siska SKM MKes.

Siska menjelaskan, seorang anak bisa terkena TBC karena tertular dari orang tua atau keluarga atau bahkan penderita TBC yang sering berkontak dengan sang anak.

“Yang rentan tertular TBC adalah orang-orang yang sering kontak dengan penderita, termasuk perokok, penderita HIV, dan orang dengan gizi rendah,” beber Siska kepada Kalteng Pos via WhatsApp, Jumat (24/3).

Untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus TBC, Siska menyebut pihaknya selalu melakukan kampanye pencegahan TB tiap bulan Maret, bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli terhadap TBC, seperti PKBI dan Penabulu. Selain itu pihaknya juga aktif melakukan screening TB.

Baca Juga :  Tingkat Kelulusan Peserta UM-PTKIN Mengalami Penurunan

“Kami juga melakukan investigasi kontak TB dan screening terhadap orang-orang yang berkontak dengan penderita TB, agar segera diobati jika ada yang tertular. Kami melakukan screening TB di tempat-tempat khusus dan berisiko, seperti di rutan, lapas, panti asuhan, dan pesantren,” bebernya.

Dalam mengatasi kasus TBC di Kota Cantik ini, dinas kesehatan juga melakukan pelacakan TB mangkir atau LTF (lost to follow), karena banyak pasien yang jika sudah merasa sehat, cenderung tidak minum lagi obat, padahal mengonsumsi obat diperlukan sampai benar-benar sembuh.

“Kami juga melakukan pemberian terapi pencegahan TB (TPT) bagi orang-orang yang pernah menjadi kontak erat dengan pasien, misal yang tinggal serumah, pasien HIV juga wajib mendapatkan TPT. Layanan ini diberikan secara gratis sesuai peraturan daerah yang menggratiskan pemeriksaan bagi semua pasien TB,” jelas Siska.

Baca Juga :  Dicekoki Miras, Bunga Diperkosa Sebanyak Dua Kali

Dikatakannya, semua fasilitas layanan kesehatan bisa mengobati TB, terutama puskesmas yang terletak dekat dengan kompleks masyarakat. “Namun kalau ada penyakit penyerta, barulah dirujuk ke rumah sakit,” imbuhnya.

Demi terhindar dari TB, Siska menyarankan agar tiap pasien TB wajib menerapkan etika batuk, memakai masker walaupun berada di rumah, minum obat sampai tuntas agar tidak menularkankan penyakit ke orang-orang sekitar. Supaya tidak diserang TBC, seseorang yang sehat tidak dianjurkan untuk merokok.

“Untuk orang yang kontak TB, termasuk anak-anak agar segera mendapatkan TPT di puskesmas terdekat, jangan lupa selalu terapkan perilaku hidup bersih dan sehat, upayakan rumah punya ventilasi yang bagus, dan selalu konsumsi makanan bergizi seimbang,” tandasnya. (dan/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Angka kasus penyakit Tuberkulosis (TBC) cukup tinggi di Palangka Raya. Pada tahun 2022 lalu ada 657 kasus penyakit ini. 75 kasus di antaranya dialami anak-anak. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palangka Raya Andjar Hari Purnomo melalui Kepala Sub Koordinator Penyakit Menular Dinkes Kota Palangka Raya Siska SKM MKes.

Siska menjelaskan, seorang anak bisa terkena TBC karena tertular dari orang tua atau keluarga atau bahkan penderita TBC yang sering berkontak dengan sang anak.

“Yang rentan tertular TBC adalah orang-orang yang sering kontak dengan penderita, termasuk perokok, penderita HIV, dan orang dengan gizi rendah,” beber Siska kepada Kalteng Pos via WhatsApp, Jumat (24/3).

Untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus TBC, Siska menyebut pihaknya selalu melakukan kampanye pencegahan TB tiap bulan Maret, bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli terhadap TBC, seperti PKBI dan Penabulu. Selain itu pihaknya juga aktif melakukan screening TB.

Baca Juga :  Tingkat Kelulusan Peserta UM-PTKIN Mengalami Penurunan

“Kami juga melakukan investigasi kontak TB dan screening terhadap orang-orang yang berkontak dengan penderita TB, agar segera diobati jika ada yang tertular. Kami melakukan screening TB di tempat-tempat khusus dan berisiko, seperti di rutan, lapas, panti asuhan, dan pesantren,” bebernya.

Dalam mengatasi kasus TBC di Kota Cantik ini, dinas kesehatan juga melakukan pelacakan TB mangkir atau LTF (lost to follow), karena banyak pasien yang jika sudah merasa sehat, cenderung tidak minum lagi obat, padahal mengonsumsi obat diperlukan sampai benar-benar sembuh.

“Kami juga melakukan pemberian terapi pencegahan TB (TPT) bagi orang-orang yang pernah menjadi kontak erat dengan pasien, misal yang tinggal serumah, pasien HIV juga wajib mendapatkan TPT. Layanan ini diberikan secara gratis sesuai peraturan daerah yang menggratiskan pemeriksaan bagi semua pasien TB,” jelas Siska.

Baca Juga :  Dicekoki Miras, Bunga Diperkosa Sebanyak Dua Kali

Dikatakannya, semua fasilitas layanan kesehatan bisa mengobati TB, terutama puskesmas yang terletak dekat dengan kompleks masyarakat. “Namun kalau ada penyakit penyerta, barulah dirujuk ke rumah sakit,” imbuhnya.

Demi terhindar dari TB, Siska menyarankan agar tiap pasien TB wajib menerapkan etika batuk, memakai masker walaupun berada di rumah, minum obat sampai tuntas agar tidak menularkankan penyakit ke orang-orang sekitar. Supaya tidak diserang TBC, seseorang yang sehat tidak dianjurkan untuk merokok.

“Untuk orang yang kontak TB, termasuk anak-anak agar segera mendapatkan TPT di puskesmas terdekat, jangan lupa selalu terapkan perilaku hidup bersih dan sehat, upayakan rumah punya ventilasi yang bagus, dan selalu konsumsi makanan bergizi seimbang,” tandasnya. (dan/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/