Dua Target Puasa Ramadan

456

Oleh: Ahmad Dakhoir (Guru Besar IAIN Palangka Raya)

MENURUT syariat, puasa berarti menahan. Penjelasan puasa ini banyak yang mengartikan dengan menahan makan, minum dan tidak boleh melakukan hubungan suami istri mulai subuh hingga magrib. Pengertian ini tentu saja bukanlah makna yang sesungguhnya, jika di tinjau dari sisi hakikat puasa.

Junjungan kita Nabi yang Agung, Baginda Nabi Muhammad saw, pernah bersabda yaitu “Kam min shoimin laisalahu min siyamihi illal ju’i wal athas” jika di terjemah bebas artinya betapa banyak orang yang puasa namun tidak memperoleh pahala puasanya, kecuali hanya lapar dan dahaga.

Menyimak sabda itu, jika bukan menahan makan minum dan nafsu seksual, lalu apa sebetulnya target puasa? KH Mushoddiq Fikri (Gus Fikri) menjelaskan, ternyata ada dua target berpuasa Ramadan.

Yang pertama, adalah target minimal. Target minimal puasa yaitu beriman. Puasa merupakan pembuktian bahwa kita adalah hamba yang beriman.

Kedua adalah target maksimal, yaitu menjadi manusia yang taqwa. Menurut Gus Fikri yang tidak lain merupakan cicit KH Wahab Chasbullah, menjelaskan, target puasa adalah mengembalikan standar ruhani manusia menjadi manusia yang kokoh dalam malaksanakan perintah Allah, dan sanggup menjauhi larangan Allah. Puasa harus bisa menahan dan mengikis bisikan hawa nafsu setan.

Paling tidak ada 4 penyakit dasar yang mengganggu kesehatan ruhani umat manusia. Menurut Prof Dr Imam Suprayogo, 4 penyakit itu adalah tidak mau kelintasan, tidak suka kerendahan, benci dengan kekurangan, dan tidak mau kalah.

Manusia itu biasanya tidak mau kelintasan, artinya ingin selalu di depan tidak mau di dahului. Manusia juga tidak ingin kerendahan, artinya pengen selalu di taruh yang tinggi-tinggi. Manusia juga tidak suka dengan kekurangan, pengennya selalu lebih dan selalu banyak terus, tidak mau sedikit. Dan manusia tidak ingin kalah, artinya ingin selalu menang tidak mau mengalah dalam semua hal. Bahkan dengan menempuh beragam cara agar bisa menang.

Baca Juga :  Menafsirkan Kata ”Cawe-Cawe” Presiden Jokowi

Target maksimum puasa sebetulnya adalah mengajak puasa 4 penyakit Itu. Penyakit itu yang harus dipuasa-kan. Jika 4 penyakit  ini hidup semua, maka akan lahir 10 jenis penyakit baru dalam diri manusia. Ujub, riya, sum’ah, iri, dengki, hasut, fitnah, tamak, luba (di atas rakus), dan takabur. Takabur adalah sifat iblis yang sombong karena tidak mau di perintah Allah untuk menghormati Adam.

Jika 10 penyakit ini ditambah 4 berarti menjadi 14 penyakit. Kalau 14 itu hidup semua, maka akan berkembang biak menjadi 3 penyakit baru yaitu  penyakit dendam, suka permusuhan, dan perusak. Jika di total, 4 di tambah 10 di tambah 3 maka menjadi 17 penyakit. 17 inilah yang selalu menhganggu kehidupan umat berbangsa saat ini.

Karena 17 penyakit itu, maka tepat jika manusia kemudian di suruh sholat. Sebab shalat ada 17 rakaat l, yaitu saat solat 5 waktu. Harapannya dengan 17 rakaat itu, manusia dapat diselamatkan ruhaninya dari 17 penyakit dalam diri manusia.

Namun biasanya karena sholatnya juga belum bisa optimal, maka shalat pun belum bisa mengikis semua. Karena dikhawatirkan tidak tuntas dan tidak menang melawan 17 sifat buruk denga sholat, makan manusia di masukan ke dalam satu bulan penuh untuk berpuasa.

Melawan 17 sifat buruk itulah yang merupakan jihad yang sesungguhnya. Mempuasakan 17 penyakit adalah perang besar dan maha berat. Dan untuk melawannya hendaknya dilakukan pada bulan puasa ini.

Jika 17 sifat di puasakan benar-benar, maka ruhani kita bisa menjadi sehat seperti sedia kala. Jika semua pemimpin, pejabat, ulama, umara’, para guru, dosen, pendidik, rakyat, termasuk orang tua semua sehat, maka generasi selanjutnya juga ikut menjadi sehat. Kesehatan ruhani inilah yang menjadi ciri kemenangan. Menang lahir dan batin, menang dalam dua target, yakni target minimal dan menang pada target maksimal. Ini lah yg di sebut dengan la’allakum tattaqun (supaya kalian bertaqwa) itu.

Baca Juga :  Jelang Ramadan, TPID Pastikan Stok Bapok Aman

Saya kira, kunci jika kita ingin semua keluarga, warga, masyarakat, ummat, bahkan bangsa ini dapat mengalami perubahan besar, tentu tidak cukup hanya dengan puasa lahir, tapi puasa dengan menata ruhani agar sukses memenangkan jihad besar mengendalikan 17 hawa nafsu itu tadi. Puasa seperti itulah yang bisa membawa perubahan besar dalam kehidupan umat manusia.

Lalu bagaimana upaya dalam mewujudkan puasa seperti di atas? KH Anang Ramli Bati-Bati yang tidak lain adalah sahabat seperjuangan Gus Dur mengungkapkan, pertama, ketika seseorang berani memutuskan berpuasa, lahir batin, berarti orang itu sedang memilih kehendak Allah untuk berpuasa terhadap orang tersebut. Maka bersyukurlah jika memiliki kehendak/keinginan yang simetris dengan kehendak Allah swt. Kedua, ketika seseorang berani memutuskan puasa lahir batin, jasmani ruhani, berarti orang itu sedang di pilih dan diberi jalan untuk menjadi hamba yang suka berpuasa. Ketiga, ketika seseorang berani memutuskan puasa lahir batin, jasmani ruhani, berarti ia sedang dipilihkan dan di jalankan Allah menuju jalan taqwa. Untuk yang level ketiga, hamba tampaknya sudah sangat akrab dengan Allah.

Mudahan-mudahan puasa Ramadan tahun ini betul-betul membawa kebaikan bagi lingkungan kita, termasuk membawa perubahan terhadap karakter bangsa kita. Amin.(*)