Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Perkuat Personel dan Sarpras Antisipasi Karhutla

PALANGKA RAYA-Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berpotensi terjadi di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng), seiring kondisi cuaca dalam beberapa pekan terakhir mulai memanas. Kondisi ini mendorong stakeholder terkait menyiapkan sarana prasarana (sarpras) mengantisipasi bencana karhutla dan menyiagakan personel selama 24 jam.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng melalui Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng telah memantau secara intens beberapa lokasi yang disinyalir berpotensi besar terjadi karhutla. Pihaknya juga mulai mempersiapkan sarpras dalam rangka mengantisipasi karhutla. Memasuki musim kemarau, pemprov juga telah memperkuat sinergi bersama pemerintah kabupaten/kota dalam rangka melakukan pencegahan karhutla.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPB-PK Kalteng Ahmad Thoyib mengatakan, dalam rangka menghadapi potensi karhutla tahun ini, secara umum pihaknya telah menyiagakan personel dan sarpras. Lebih teknis, terkait dengan kesiapsiagaan, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam upaya membentuk dan mengevaluasi kesiapan Kalteng mengatasi potensi karhutla.

“Melihat dari situasi dan kondisi cuaca di beberapa daerah, terutama yang berpotensi atau menjadi daerah langganan karhutla, kami terus stand by memantau potensi-potensi itu, saat ini kami masih menunggu arahan dari pimpinan untuk kesiapan lebih lanjut,” ungkap Thoyib kepada Kalteng Pos, Rabu (26/4).

Thoyib menjelaskan, sejak awal tahun 2023, pihaknya sudah menyiapkan pusat pengendalian operasi (pusdalops) di Jalan Tjilik Riwut Km 3, Palangka Raya untuk memantau perkembangan terkini potensi karhutla. Tempat itu akan menjadi pusat koordinasi dari posko-posko karhutla yang tersebar se-Kalteng.

”Di situ (pusdalops, red), kami sudah menyiapkan berbagai peralatan yang sifatnya teknis pencegahan dan penanganan karhutla, di-back up juga dengan instansi lain yang berada dalam garis koordinasi kami, seperti dinas kehutanan, TNI, Polri, kemudian sejumlah relawan yang sudah kami siapkan dan kami jalin komunikasi,” bebernya.

Ia mengungkapkan, sejak Januari hingga saat ini pihaknya secara intens memantau daerah-daerah di Kalteng yang rawan terjadi karhutla. “Di pusdalops, kami punya tim yang bekerja selama 24 jam dalam satu minggu, mereka terus bekerja secara bergantian dalam tiga shif, jadi kami terus memantau di tiap kabupaten/kota terkait berapa saja titik api yang muncul, kami pantau per harinya,” beber Thoyib.

Baca Juga :  Kemarau Melanda Kapuas dan Pulpis Lebih Awal

Terkait pemantauan daerah-daerah yang berpotensi terjadi karhutla, mengacu dari satelit yang dikelola Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Thoyib menyebut terpantau titik-titik api yang muncul di wilayah seluruh Kalteng, dari tingkat kabupaten hingga kecamatan.

“Setiap hari, lewat website dari BNPB dan BMKG, dari situ kami dapat mengetahui lokasi-lokasi titik api hingga tingkat kecamatan dari kabupaten/kota se-Kalteng, kami terus pantau dari situ sejak Januari 2023, tiap hari laporan masuk ke kami berdasarkan hasil pengamatan itu,” tambahnya.

Sejak awal tahun hingga saat ini, lanjut Thoyib, kejadian karhutla di Kalteng cukup banyak, meski hanya dalam skala kecil. Sejak 1 Januari hingga 25 April, tercatat ada 58 kali kejadian kebakaran lahan di beberapa daerah. Dengan rincian 4 kejadian kebakaran lahan di Barito Selatan, 15 kasus kebakaran lahan di Barito Utara, 6 kasus kebakaran lahan di Katingan, 4 kasus di Palangka Raya, 7 kasus di Kotawaringin Barat, 11 kasus di Kotawaringin Timur, 1 kasus di Lamandau, 1 kasus di Murung Raya, dan 8 kasus di Sukamara.

“Data sebaran hotspot mulai 1 Januari hingga 25 April 2023 sebanyak 195 hotspot, itu tersebar se-Kalteng, sebagian hotspot terdeteksi dari kenaikan suhu pada tanah, bahkan ada juga yang sampai menyebabkan terjadinya kebakaran lahan, tapi syukurlah tidak menyebar, sudah ditindaklanjuti dan diselesaikan oleh pusdalops di kabupaten,” jelasnya.

Thoyib mengatakan untuk saat ini pihaknya terus menggalakkan patroli ke seluruh pusdalops se-Kalteng, bekerja sama dengan instansi terkait lain untuk memberi imbauan secara langsung saat patroli, maupun secara tidak langsung dengan memasang spanduk-spanduk sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat.

Baca Juga :  Ikan Haruan, Dari Meja Makan ke Meja Kontes

“Kami juga akan melaksanakan apel kesiapsiagaan menghadapi bencana karhutla dengan mengumpulkan seluruh personel dari masing-masing daerah, saat ini masih kami koordinasikan dan menunggu arahan dari pimpinan, kalau pimpinan meminta dilaksanakan dalam waktu dekat, kami siap laksanakan,” ujarnya.

Saat ini suhu udara di Kalteng secara umum meningkat drastis. Di beberapa daerah, panas matahari terasa sangat menyengat kulit. Terkait apakah suhu udara yang panas itu meningkatkan terjadinya karhutla, Thoyib menyebut, berdasarkan pantauan satelit BMKG dan BNPB, tidak terdapat lonjakan kasus kebakaran hutan dan lahan yang signifikan.

“Mungkin se-Kalteng itu tiap harinya tidak sampai 10 titik hotspot, biasanya daerah langganan banyak titik api yakni di Kotim dan Seruyan, tapi sejauh ini total dalam satu hari tidak sampai 10 titik, kalau dari seluruh kabupaten, per harinya tidak sampai 15 titik api, jadi tidak ada peningkatan signifikan,” imbuhnya.

Dibeberkan Thoyib, daerah-daerah di Kalteng yang berpotensi besar terjadi karhutla adalah daerah di wilayah bagian barat. “Kalau melihat dari potensi hotspot atau titik api, kebanyakan sih di wilayah barat, seperti Kotim, Seruyan, dan Kobar, karena banyak titik api,” sebutnya.

Karakteristik lahan di Kalteng yang berupa gambut menyebabkan potensi kebakaran hutan dan lahan cukup tinggi. Dibutuhkan kesiapsiagaan segenap pihak, terutama pemerintah kabupaten/kota sebagai garda terdepan yang mengelola secara langsung wilayah masing-masing. Thoyib menyebut, pihaknya dapat menetapkan status darurat karhutla di Kalteng jika sudah terdapat dua daerah yang sudah berstatus darurat karhutla. Setelah menetapkan status darurat karhutla, maka pihak pemprov dapat turun tangan. Karena itu pihaknya mengajak pemerintah kabupaten/kota untuk mulai membentuk kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana karhutla.

“Pemerintah pusat sudah beri peringatan kepada kita terkait potensi karhutla, karena itu kami mengajak teman-teman petugas dari masing-masing daerah untuk terus berpartoli dan memantau potensi karhutla secara bersama-sama dengan instansi lain,” tandasnya.

 

PALANGKA RAYA-Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berpotensi terjadi di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng), seiring kondisi cuaca dalam beberapa pekan terakhir mulai memanas. Kondisi ini mendorong stakeholder terkait menyiapkan sarana prasarana (sarpras) mengantisipasi bencana karhutla dan menyiagakan personel selama 24 jam.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng melalui Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng telah memantau secara intens beberapa lokasi yang disinyalir berpotensi besar terjadi karhutla. Pihaknya juga mulai mempersiapkan sarpras dalam rangka mengantisipasi karhutla. Memasuki musim kemarau, pemprov juga telah memperkuat sinergi bersama pemerintah kabupaten/kota dalam rangka melakukan pencegahan karhutla.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPB-PK Kalteng Ahmad Thoyib mengatakan, dalam rangka menghadapi potensi karhutla tahun ini, secara umum pihaknya telah menyiagakan personel dan sarpras. Lebih teknis, terkait dengan kesiapsiagaan, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam upaya membentuk dan mengevaluasi kesiapan Kalteng mengatasi potensi karhutla.

“Melihat dari situasi dan kondisi cuaca di beberapa daerah, terutama yang berpotensi atau menjadi daerah langganan karhutla, kami terus stand by memantau potensi-potensi itu, saat ini kami masih menunggu arahan dari pimpinan untuk kesiapan lebih lanjut,” ungkap Thoyib kepada Kalteng Pos, Rabu (26/4).

Thoyib menjelaskan, sejak awal tahun 2023, pihaknya sudah menyiapkan pusat pengendalian operasi (pusdalops) di Jalan Tjilik Riwut Km 3, Palangka Raya untuk memantau perkembangan terkini potensi karhutla. Tempat itu akan menjadi pusat koordinasi dari posko-posko karhutla yang tersebar se-Kalteng.

”Di situ (pusdalops, red), kami sudah menyiapkan berbagai peralatan yang sifatnya teknis pencegahan dan penanganan karhutla, di-back up juga dengan instansi lain yang berada dalam garis koordinasi kami, seperti dinas kehutanan, TNI, Polri, kemudian sejumlah relawan yang sudah kami siapkan dan kami jalin komunikasi,” bebernya.

Ia mengungkapkan, sejak Januari hingga saat ini pihaknya secara intens memantau daerah-daerah di Kalteng yang rawan terjadi karhutla. “Di pusdalops, kami punya tim yang bekerja selama 24 jam dalam satu minggu, mereka terus bekerja secara bergantian dalam tiga shif, jadi kami terus memantau di tiap kabupaten/kota terkait berapa saja titik api yang muncul, kami pantau per harinya,” beber Thoyib.

Baca Juga :  Kemarau Melanda Kapuas dan Pulpis Lebih Awal

Terkait pemantauan daerah-daerah yang berpotensi terjadi karhutla, mengacu dari satelit yang dikelola Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Thoyib menyebut terpantau titik-titik api yang muncul di wilayah seluruh Kalteng, dari tingkat kabupaten hingga kecamatan.

“Setiap hari, lewat website dari BNPB dan BMKG, dari situ kami dapat mengetahui lokasi-lokasi titik api hingga tingkat kecamatan dari kabupaten/kota se-Kalteng, kami terus pantau dari situ sejak Januari 2023, tiap hari laporan masuk ke kami berdasarkan hasil pengamatan itu,” tambahnya.

Sejak awal tahun hingga saat ini, lanjut Thoyib, kejadian karhutla di Kalteng cukup banyak, meski hanya dalam skala kecil. Sejak 1 Januari hingga 25 April, tercatat ada 58 kali kejadian kebakaran lahan di beberapa daerah. Dengan rincian 4 kejadian kebakaran lahan di Barito Selatan, 15 kasus kebakaran lahan di Barito Utara, 6 kasus kebakaran lahan di Katingan, 4 kasus di Palangka Raya, 7 kasus di Kotawaringin Barat, 11 kasus di Kotawaringin Timur, 1 kasus di Lamandau, 1 kasus di Murung Raya, dan 8 kasus di Sukamara.

“Data sebaran hotspot mulai 1 Januari hingga 25 April 2023 sebanyak 195 hotspot, itu tersebar se-Kalteng, sebagian hotspot terdeteksi dari kenaikan suhu pada tanah, bahkan ada juga yang sampai menyebabkan terjadinya kebakaran lahan, tapi syukurlah tidak menyebar, sudah ditindaklanjuti dan diselesaikan oleh pusdalops di kabupaten,” jelasnya.

Thoyib mengatakan untuk saat ini pihaknya terus menggalakkan patroli ke seluruh pusdalops se-Kalteng, bekerja sama dengan instansi terkait lain untuk memberi imbauan secara langsung saat patroli, maupun secara tidak langsung dengan memasang spanduk-spanduk sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat.

Baca Juga :  Ikan Haruan, Dari Meja Makan ke Meja Kontes

“Kami juga akan melaksanakan apel kesiapsiagaan menghadapi bencana karhutla dengan mengumpulkan seluruh personel dari masing-masing daerah, saat ini masih kami koordinasikan dan menunggu arahan dari pimpinan, kalau pimpinan meminta dilaksanakan dalam waktu dekat, kami siap laksanakan,” ujarnya.

Saat ini suhu udara di Kalteng secara umum meningkat drastis. Di beberapa daerah, panas matahari terasa sangat menyengat kulit. Terkait apakah suhu udara yang panas itu meningkatkan terjadinya karhutla, Thoyib menyebut, berdasarkan pantauan satelit BMKG dan BNPB, tidak terdapat lonjakan kasus kebakaran hutan dan lahan yang signifikan.

“Mungkin se-Kalteng itu tiap harinya tidak sampai 10 titik hotspot, biasanya daerah langganan banyak titik api yakni di Kotim dan Seruyan, tapi sejauh ini total dalam satu hari tidak sampai 10 titik, kalau dari seluruh kabupaten, per harinya tidak sampai 15 titik api, jadi tidak ada peningkatan signifikan,” imbuhnya.

Dibeberkan Thoyib, daerah-daerah di Kalteng yang berpotensi besar terjadi karhutla adalah daerah di wilayah bagian barat. “Kalau melihat dari potensi hotspot atau titik api, kebanyakan sih di wilayah barat, seperti Kotim, Seruyan, dan Kobar, karena banyak titik api,” sebutnya.

Karakteristik lahan di Kalteng yang berupa gambut menyebabkan potensi kebakaran hutan dan lahan cukup tinggi. Dibutuhkan kesiapsiagaan segenap pihak, terutama pemerintah kabupaten/kota sebagai garda terdepan yang mengelola secara langsung wilayah masing-masing. Thoyib menyebut, pihaknya dapat menetapkan status darurat karhutla di Kalteng jika sudah terdapat dua daerah yang sudah berstatus darurat karhutla. Setelah menetapkan status darurat karhutla, maka pihak pemprov dapat turun tangan. Karena itu pihaknya mengajak pemerintah kabupaten/kota untuk mulai membentuk kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana karhutla.

“Pemerintah pusat sudah beri peringatan kepada kita terkait potensi karhutla, karena itu kami mengajak teman-teman petugas dari masing-masing daerah untuk terus berpartoli dan memantau potensi karhutla secara bersama-sama dengan instansi lain,” tandasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/