Minggu, November 24, 2024
23.8 C
Palangkaraya

Lebih Dekat dengan Diansi Risandy, Pelukis Perempuan Palangka Raya (4) 

Jika Sudah Pegang Pensil, Jari Tak Mau Berhenti Melukis

Kalau sudah hobi, sesibuk apa pun akan selalau ada waktu untuk menyalurkannya. Bahkan hobi bisa menjadi alat untuk melepas penat di tengah kesibukan dan rutinitas sehari-hari.

 

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

 

KESIBUKAN sebagai seorang abdi negara tidak mengendurkan semangat Diansi Risandy untuk terus berkarya. Hobi melukis yang telah dipupuk sejak kecil terus disalurkan. Dalam sepekan tidak pernah terlewatkan jari-jarinya memainkan pensil warna.

Perempuan yang akrab dipanggil Sissy itu sehari-hari disibukkan dengan tugas pengabdiannya sebagai seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) Kabupaten Katingan sejak 2010 lalu. Di tengah kesibukannya itu, ia selalu meluangkan waktu untuk menyalurkan hobi dan mengasah kemampuannya sebagai seorang perupa.

Tak sekadar berkarya. Ia juga aktif dalam berbagai pameran maupun kegiatan komunitas yang diikutinya, yakni Perupa Kalimantan Tengah (PEKAT). Baru-baru ini ia terlibat dalam pameran seni rupa dan fotografi yang dilaksanakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun (HUT) ke-66 Provinsi Kalteng, 24-26 Mei lalu.

Pada pameran itu, lima orang perupa perempuan menampilkan karya masing-masing. Termasuk Sissy. Ia turut menampilkan tiga sketsa, lima akrilik, dan empat sculpture.

“Karya yang saya ciptakan lebih kepada lukisan sektsa atau lukisan realistis, seperti melukis wajah seseorang dan karya patung-patung dari kertas,” ungkap Sissy kepada Kalteng Pos, belum lama ini.

Baca Juga :  Komisi I DPRD Kalteng Kunjungi Kesbangpol Mura

Perempuan yang lahir 9 Desember 1986 lalu itu mengaku sudah punya ratusan karya lukis dan puluhan karya patung. Namun dari sekian banyak karyanya itu, hanya ada beberapa yang masih tersimpan. Sebagian besar karya tangannya sudah dibeli.

“Kalau lukisan ada ratusan karya, sedangkan untuk karya patung masih puluhan, sebagian besar sudah dibeli orang, hanya ada beberapa yang masih tersimpan,” tuturnya.

Sissy suka membagikan proses pembuatan karyanya melalui media sosial miliknya. Tak jarang pencinta seni justru memesan karya yang sedang digarapnya.

“Saya suka membagikan postingan proses saya membuat karya, misal saja saat saya sedang melukis atau membuat patung. Biasanya teman-teman di media sosial mau membeli karya yang tengah saya bikin itu,” ucap perempuan berusia 37 tahun ini.

Ada beberapa karya yang berkesan menurutnya. Salah satunya saat ia melukis Guru Sekumpul dengan jenis lukisan sketsa. Saat itu ia baru membuat konsep mata. Saat ia mem-posting proses melukis, seorang pencinta seni justru langsung membeli lukisan yang masih tahap awal pengerjaan itu. Tak disangka, dua gambar langsung dihargai Rp10 juta.

“Ada pula satu barang yang saya buat, menara Eifel, dibeli orang dengan harga Rp13 juta,” ucap anak bungsu dari tiga bersaudara ini.

Sissy tak pernah mematok harga untuk karya-karyanya. Namun ia hanya mau menjual karya tangannya jika ada pembeli yang serius menawari. Itu pun pembeli yang menentukan harga. Ia tidak pernah mempromosikan secara khusus karyanya untuk dijual. Hanya diunggah pada story media sosial saja.

Baca Juga :  BRI Serahkan Bantuan Senilai Rp20 Juta

“Saya tidak pernah pasang harga untuk tiap karya saya, hanya saja seberapa serius orang dengan karya saya itu. Jika menurut mereka karya saya itu layak dibeli dengan harga tinggi, berarti memang karya saya layak dihargai seperti itu,” ucap perempuan yang lahir di Barito Selatan (Barsel) ini.

Hasil karya yang pernah dibeli dengan harga termahal adalah lukisan menara Eifel, yang diboyong pembeli dengan harga Rp13 juta. Sementara karya termurah berupa patung dengan harga Rp200 ribu. Untuk sketsa wajah manusia rata-rata dibeli Rp500 ribu per karya.

“Kalau untuk lukisan secara umum Rp500 ribu, biasanya lukisan sketsa wajah orang atau binatang,” sebutnya.

Untuk pemesanan karyanya, lanjut Sissy, banyak dari teman-teman media sosial maupun melalui teman ke teman. Sebagian besar karyanya dibeli oleh orang dari luar Kalteng, bahkan dari mancanegara.

Sissy mampu menghasilkan lima sketsa wajah orang dalam semalam. Itulah kemampuannya. Jika sudah memegang pensil, jari-jemarinya seakan tak bisa berhenti.

“Harus ada yang memberhentikan jari-jari saya, jika tidak saya bisa semalaman penuh pegang pensil untuk melukis,” kata alumus Fakultas Pendidikan Universitas Palangka Raya ini. (*/bersambung/ce/ala)

Kalau sudah hobi, sesibuk apa pun akan selalau ada waktu untuk menyalurkannya. Bahkan hobi bisa menjadi alat untuk melepas penat di tengah kesibukan dan rutinitas sehari-hari.

 

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

 

KESIBUKAN sebagai seorang abdi negara tidak mengendurkan semangat Diansi Risandy untuk terus berkarya. Hobi melukis yang telah dipupuk sejak kecil terus disalurkan. Dalam sepekan tidak pernah terlewatkan jari-jarinya memainkan pensil warna.

Perempuan yang akrab dipanggil Sissy itu sehari-hari disibukkan dengan tugas pengabdiannya sebagai seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) Kabupaten Katingan sejak 2010 lalu. Di tengah kesibukannya itu, ia selalu meluangkan waktu untuk menyalurkan hobi dan mengasah kemampuannya sebagai seorang perupa.

Tak sekadar berkarya. Ia juga aktif dalam berbagai pameran maupun kegiatan komunitas yang diikutinya, yakni Perupa Kalimantan Tengah (PEKAT). Baru-baru ini ia terlibat dalam pameran seni rupa dan fotografi yang dilaksanakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun (HUT) ke-66 Provinsi Kalteng, 24-26 Mei lalu.

Pada pameran itu, lima orang perupa perempuan menampilkan karya masing-masing. Termasuk Sissy. Ia turut menampilkan tiga sketsa, lima akrilik, dan empat sculpture.

“Karya yang saya ciptakan lebih kepada lukisan sektsa atau lukisan realistis, seperti melukis wajah seseorang dan karya patung-patung dari kertas,” ungkap Sissy kepada Kalteng Pos, belum lama ini.

Baca Juga :  Komisi I DPRD Kalteng Kunjungi Kesbangpol Mura

Perempuan yang lahir 9 Desember 1986 lalu itu mengaku sudah punya ratusan karya lukis dan puluhan karya patung. Namun dari sekian banyak karyanya itu, hanya ada beberapa yang masih tersimpan. Sebagian besar karya tangannya sudah dibeli.

“Kalau lukisan ada ratusan karya, sedangkan untuk karya patung masih puluhan, sebagian besar sudah dibeli orang, hanya ada beberapa yang masih tersimpan,” tuturnya.

Sissy suka membagikan proses pembuatan karyanya melalui media sosial miliknya. Tak jarang pencinta seni justru memesan karya yang sedang digarapnya.

“Saya suka membagikan postingan proses saya membuat karya, misal saja saat saya sedang melukis atau membuat patung. Biasanya teman-teman di media sosial mau membeli karya yang tengah saya bikin itu,” ucap perempuan berusia 37 tahun ini.

Ada beberapa karya yang berkesan menurutnya. Salah satunya saat ia melukis Guru Sekumpul dengan jenis lukisan sketsa. Saat itu ia baru membuat konsep mata. Saat ia mem-posting proses melukis, seorang pencinta seni justru langsung membeli lukisan yang masih tahap awal pengerjaan itu. Tak disangka, dua gambar langsung dihargai Rp10 juta.

“Ada pula satu barang yang saya buat, menara Eifel, dibeli orang dengan harga Rp13 juta,” ucap anak bungsu dari tiga bersaudara ini.

Sissy tak pernah mematok harga untuk karya-karyanya. Namun ia hanya mau menjual karya tangannya jika ada pembeli yang serius menawari. Itu pun pembeli yang menentukan harga. Ia tidak pernah mempromosikan secara khusus karyanya untuk dijual. Hanya diunggah pada story media sosial saja.

Baca Juga :  BRI Serahkan Bantuan Senilai Rp20 Juta

“Saya tidak pernah pasang harga untuk tiap karya saya, hanya saja seberapa serius orang dengan karya saya itu. Jika menurut mereka karya saya itu layak dibeli dengan harga tinggi, berarti memang karya saya layak dihargai seperti itu,” ucap perempuan yang lahir di Barito Selatan (Barsel) ini.

Hasil karya yang pernah dibeli dengan harga termahal adalah lukisan menara Eifel, yang diboyong pembeli dengan harga Rp13 juta. Sementara karya termurah berupa patung dengan harga Rp200 ribu. Untuk sketsa wajah manusia rata-rata dibeli Rp500 ribu per karya.

“Kalau untuk lukisan secara umum Rp500 ribu, biasanya lukisan sketsa wajah orang atau binatang,” sebutnya.

Untuk pemesanan karyanya, lanjut Sissy, banyak dari teman-teman media sosial maupun melalui teman ke teman. Sebagian besar karyanya dibeli oleh orang dari luar Kalteng, bahkan dari mancanegara.

Sissy mampu menghasilkan lima sketsa wajah orang dalam semalam. Itulah kemampuannya. Jika sudah memegang pensil, jari-jemarinya seakan tak bisa berhenti.

“Harus ada yang memberhentikan jari-jari saya, jika tidak saya bisa semalaman penuh pegang pensil untuk melukis,” kata alumus Fakultas Pendidikan Universitas Palangka Raya ini. (*/bersambung/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/