Senin, November 25, 2024
24.6 C
Palangkaraya

Menjelajahi Riam Jerawi, Destinasi Wisata yang Berpotensi Jadi PLTA (2)

Berkemah di Tepi Sungai Roha, Dibangunkan Suara Satwa Uwa Uwa

Setelah melihat batu Balai Kameluh di Desa Tumbang Kanei Kecamatan Sanaman Mantikei. Rombongan kembali melanjutkan perjalanan dengan tujuan ke lokasi perkemahan sungai Roha, Desa Tumbang Tangoi Kecamatan Petak Malai.

 

JERI SP, Kasongan

 

WAKTU dari batu Balai Kamelu menuju lokasi perkemahan kurang lebih sekitar dua jam. Akses jalannya tetap melewati jalan milik perusahaan PT Dwima Grup. Semakin jauh perjalanan, pemandangan alam terlihat semakin indah. Melewati turun naik bukit. Di jalur ini masih ada ketemu dari arah berlawanan truk dengan muatan kayu log. Melewati jalur ini harus hati-hati. Sebab jalurnya tidak sama dengan jalur seperti di jalan pada umumnya. Disini ada tanda panah khusus dipinggir jalan di beberapa titik tikungan. Tanda panah ini untuk mengarahkan posisi mobil. Agar aman ketika bertemu dengan truk logging.

 

Selama perjalanan kami sempat berhenti sebentar di Dusun Jemparan. Dari Dusun itu lanjut lagi menuju camp milik perusahaan. Di camp ini kami istirahat makan siang. Sekitar 30 menit kemudian, rombongan berangkat lagi. Dari camp perusahaan menuju lokasi kemah hanya memerlukan waktu sekitar satu jam. Tidak begitu jauh. Selama di perjalanan tak banyak yang dilakukan. Untuk mengisi waktu, sekali-kali kami ngobrol dengan teman-teman, sambil memandangi alam di kiri kanan jalan. Semakin jauh masuk ke dalam, pemandangan alamnya semakin bagus.

 

Di tengah panasnya terik mata hari, pemandangan gunung di depan, kiri dan kanan jalan terlihat dengan jelas. Pohon-pohon tinggi besar, tumbuh dengan subur. Sekali-kali jalur yang kami lewati, posisinya berada pinggir tebing, dan juga jurang. Sambil melihat pemandangan, tak terasa akhirnya kami pun sampai di lokasi perkemahan sekitar pukul 15.30 wib.

 

Sesampai di lokasi saya langsung keluar dari mobil, dan melihat pemandangan sekitar. Lalu tanpa sengaja saya melihat ada anak sungai. Tak jauh dari lokasi tempat perkemahan yang telah disiapkan. Ya kira-kira jaraknya sekitar 15-20 meter turun ke bawah. Tanah di lokasi itu terlihat baru saja dibersihkan. Luasannya sekitar setengah hektare (Ha). Lokasinya dikelilingi pepohonan.

Baca Juga :  Misniati Tuntut Haknya ke PT SEM

 

Setelah mengamati lingkungan sekitar. Sambil berbincang dengan rombongan lain, saya dan teman-teman dari PWI Katingan mulai mengeluarkan barang dari dalam mobil. Lalu kami mencari titik lokasi pemasangan tenda yang dirasa nyaman. Setelah melihat lokasi dan diskusi sebentar, kami sepakat tempat pemasangan tenda persis di pinggir sungai Roha. Lokasinya terdapat hamparan batu kecil di sepanjang bibir sungai, sebagian kecil ada hamparan pasir. Airnya bersih dan sangat dingin. Sebenarnya kami sempat ditegur, agar tidak memasang tenda di pinggir sungai itu.

 

“Sebaiknya jangan di bawah. daerah itu jika hujan rawan banjir,” kata salah satu peserta.

 

Namun karena mempertimbangkan lokasi itu dekat dengan air, agar memudahkan bagi kami memasak, membersihkan peralatan, mandi dan lainnya. Sehingga tetap memilih memasang tenda di tempat itu. Sementara rombongan lain, memasang tenda di bagian atas. Setelah istirahat sejenak. Kami pun langsung gotong-royong membangun tenda dapur dan menyiapkan peralatan masak. Lalu memasang tenda tempat tidur masing-masing.

 

Semakin sore, suasana alamnya semakin nyaman. Begitu semua peralatan logistik bahan makanan dikeluarkan. Kegiatan selanjutnya memasak dan makan. Malam itu tidak banyak yang dilakukan. Sambil menikmati suasana malam, dan minum secangkir kopi di tengah hutan. Sesekali kami diskusi santai bersama teman-teman. Malam itu harinya sangat cerah, bintang pun sangat banyak terlihat menghiasi langit di sekitar lokasi. Tak lama kemudian sebagian dari teman-teman memilih istirahat dan tidur. Termasuk saya. Malam itu saya sempat lihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB.

 

Setelah beberapa jam tidur, tiba-tiba sekitar pukul 02.00 WIB hujan turun. Setelah mengamati air. Ternyata benar, air sungai dengan cepat naik, dan mendekati tenda kami. Tanpa menunggu waktu, kami kembali mengemasi semua barang, termasuk tenda. Satu per satu di tengah guyuran hujan lebat, barang kami pindahkan ke atas. Tepat pukul 03.00 WIB semua peralatan hingga tenda, posisinya sudah pindah di lokasi perkemahan bagian atas. Setelah itu tidur lagi. Sekitar pukul 06.00 WIB, saya bangun. Namun posisi masih tidur-tiduran di dalam tenda.

Baca Juga :  Perdie Gencarkan Pemerataan Pembangunan

 

Dari dalam saya mendengar jelas. Banyak suara satwa liar jenis Uwa-uwa di sekitar tempat kami berkemah. Suaranya saling bersahut-sahutan. Termasuk juga suara burung. Ini benar-benar membuat saya penasaran. Saya pun keluar dari tenda. Namun saya tidak melihat satwa langka endemik di Bumi Tambun Bungai tersebut terkecuali suaranya, karena tertutup dadaunan di sekitar pohon-pohon besar.

 

“Gimana? Ini benar suara alami yang bisa kita dengar, dan kita nikmati secara langsung. Sangat jarang bisa kita dengar alami seperti ini. Makanya tadi saya minta jangan ada rombongan yang menghidupkan musik. Lebih baik kita nikmati suara alam,” kata Kepala Dinas PUPR Kabupaten Katingan Christian Rain kepada penulis.

 

Semakin lama, dan hari mulai panas. Suara hewan itu semakin menjauh dan menghilang dengan sendirinya. Sementara kami yang sebelumnya pindah ke atas, kembali mengemasi barang lagi dan kami bawa lagi turun ke pinggir sungai. Peristiwa banjir yang terjadi di pinggir sungai Roha sebelumnya, tidak mengurungkan niat kami untuk kembali masang tenda di bawah. Kami pun turun lagi.

 

“Masih tetap bertahan dibawah kah PWI,” ujar Christian Rain.

 

Setelah dia selesai mandi tak jauh dari tenda kami. Di hari ke dua pada hari Rabu tanggal 14 Juni 2023, tidak ada aktivitas yang dilakukan. Waktu saya isi hanya dengan jalan-jalan di sekitar lokasi. Sambil melihat bebatuan. Bahkan sesekali main air di pinggir sungai. Begitu juga dengan teman-teman yang lain. Karena kegiatan ke Riam Jerawi, terjadwal pada hari Kamis, tanggal 15 Juni 2023. Sambil menunggu kedatangan rombongan Bupati Katingan Sakariyas dari Kasongan. Waktu kami isi untuk istirahat. Sambil mempersiapkan fisik dan tenaga untuk menuju ke lokasi riam. Sesekali saya tanya-tanya dengan orang lain, mengenai jarak hingga keadaan lokasi riam sebagai gambaran awal bagi saja. Termasuk medan yang harus dilewati. (bersambung/ala)

Setelah melihat batu Balai Kameluh di Desa Tumbang Kanei Kecamatan Sanaman Mantikei. Rombongan kembali melanjutkan perjalanan dengan tujuan ke lokasi perkemahan sungai Roha, Desa Tumbang Tangoi Kecamatan Petak Malai.

 

JERI SP, Kasongan

 

WAKTU dari batu Balai Kamelu menuju lokasi perkemahan kurang lebih sekitar dua jam. Akses jalannya tetap melewati jalan milik perusahaan PT Dwima Grup. Semakin jauh perjalanan, pemandangan alam terlihat semakin indah. Melewati turun naik bukit. Di jalur ini masih ada ketemu dari arah berlawanan truk dengan muatan kayu log. Melewati jalur ini harus hati-hati. Sebab jalurnya tidak sama dengan jalur seperti di jalan pada umumnya. Disini ada tanda panah khusus dipinggir jalan di beberapa titik tikungan. Tanda panah ini untuk mengarahkan posisi mobil. Agar aman ketika bertemu dengan truk logging.

 

Selama perjalanan kami sempat berhenti sebentar di Dusun Jemparan. Dari Dusun itu lanjut lagi menuju camp milik perusahaan. Di camp ini kami istirahat makan siang. Sekitar 30 menit kemudian, rombongan berangkat lagi. Dari camp perusahaan menuju lokasi kemah hanya memerlukan waktu sekitar satu jam. Tidak begitu jauh. Selama di perjalanan tak banyak yang dilakukan. Untuk mengisi waktu, sekali-kali kami ngobrol dengan teman-teman, sambil memandangi alam di kiri kanan jalan. Semakin jauh masuk ke dalam, pemandangan alamnya semakin bagus.

 

Di tengah panasnya terik mata hari, pemandangan gunung di depan, kiri dan kanan jalan terlihat dengan jelas. Pohon-pohon tinggi besar, tumbuh dengan subur. Sekali-kali jalur yang kami lewati, posisinya berada pinggir tebing, dan juga jurang. Sambil melihat pemandangan, tak terasa akhirnya kami pun sampai di lokasi perkemahan sekitar pukul 15.30 wib.

 

Sesampai di lokasi saya langsung keluar dari mobil, dan melihat pemandangan sekitar. Lalu tanpa sengaja saya melihat ada anak sungai. Tak jauh dari lokasi tempat perkemahan yang telah disiapkan. Ya kira-kira jaraknya sekitar 15-20 meter turun ke bawah. Tanah di lokasi itu terlihat baru saja dibersihkan. Luasannya sekitar setengah hektare (Ha). Lokasinya dikelilingi pepohonan.

Baca Juga :  Misniati Tuntut Haknya ke PT SEM

 

Setelah mengamati lingkungan sekitar. Sambil berbincang dengan rombongan lain, saya dan teman-teman dari PWI Katingan mulai mengeluarkan barang dari dalam mobil. Lalu kami mencari titik lokasi pemasangan tenda yang dirasa nyaman. Setelah melihat lokasi dan diskusi sebentar, kami sepakat tempat pemasangan tenda persis di pinggir sungai Roha. Lokasinya terdapat hamparan batu kecil di sepanjang bibir sungai, sebagian kecil ada hamparan pasir. Airnya bersih dan sangat dingin. Sebenarnya kami sempat ditegur, agar tidak memasang tenda di pinggir sungai itu.

 

“Sebaiknya jangan di bawah. daerah itu jika hujan rawan banjir,” kata salah satu peserta.

 

Namun karena mempertimbangkan lokasi itu dekat dengan air, agar memudahkan bagi kami memasak, membersihkan peralatan, mandi dan lainnya. Sehingga tetap memilih memasang tenda di tempat itu. Sementara rombongan lain, memasang tenda di bagian atas. Setelah istirahat sejenak. Kami pun langsung gotong-royong membangun tenda dapur dan menyiapkan peralatan masak. Lalu memasang tenda tempat tidur masing-masing.

 

Semakin sore, suasana alamnya semakin nyaman. Begitu semua peralatan logistik bahan makanan dikeluarkan. Kegiatan selanjutnya memasak dan makan. Malam itu tidak banyak yang dilakukan. Sambil menikmati suasana malam, dan minum secangkir kopi di tengah hutan. Sesekali kami diskusi santai bersama teman-teman. Malam itu harinya sangat cerah, bintang pun sangat banyak terlihat menghiasi langit di sekitar lokasi. Tak lama kemudian sebagian dari teman-teman memilih istirahat dan tidur. Termasuk saya. Malam itu saya sempat lihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB.

 

Setelah beberapa jam tidur, tiba-tiba sekitar pukul 02.00 WIB hujan turun. Setelah mengamati air. Ternyata benar, air sungai dengan cepat naik, dan mendekati tenda kami. Tanpa menunggu waktu, kami kembali mengemasi semua barang, termasuk tenda. Satu per satu di tengah guyuran hujan lebat, barang kami pindahkan ke atas. Tepat pukul 03.00 WIB semua peralatan hingga tenda, posisinya sudah pindah di lokasi perkemahan bagian atas. Setelah itu tidur lagi. Sekitar pukul 06.00 WIB, saya bangun. Namun posisi masih tidur-tiduran di dalam tenda.

Baca Juga :  Perdie Gencarkan Pemerataan Pembangunan

 

Dari dalam saya mendengar jelas. Banyak suara satwa liar jenis Uwa-uwa di sekitar tempat kami berkemah. Suaranya saling bersahut-sahutan. Termasuk juga suara burung. Ini benar-benar membuat saya penasaran. Saya pun keluar dari tenda. Namun saya tidak melihat satwa langka endemik di Bumi Tambun Bungai tersebut terkecuali suaranya, karena tertutup dadaunan di sekitar pohon-pohon besar.

 

“Gimana? Ini benar suara alami yang bisa kita dengar, dan kita nikmati secara langsung. Sangat jarang bisa kita dengar alami seperti ini. Makanya tadi saya minta jangan ada rombongan yang menghidupkan musik. Lebih baik kita nikmati suara alam,” kata Kepala Dinas PUPR Kabupaten Katingan Christian Rain kepada penulis.

 

Semakin lama, dan hari mulai panas. Suara hewan itu semakin menjauh dan menghilang dengan sendirinya. Sementara kami yang sebelumnya pindah ke atas, kembali mengemasi barang lagi dan kami bawa lagi turun ke pinggir sungai. Peristiwa banjir yang terjadi di pinggir sungai Roha sebelumnya, tidak mengurungkan niat kami untuk kembali masang tenda di bawah. Kami pun turun lagi.

 

“Masih tetap bertahan dibawah kah PWI,” ujar Christian Rain.

 

Setelah dia selesai mandi tak jauh dari tenda kami. Di hari ke dua pada hari Rabu tanggal 14 Juni 2023, tidak ada aktivitas yang dilakukan. Waktu saya isi hanya dengan jalan-jalan di sekitar lokasi. Sambil melihat bebatuan. Bahkan sesekali main air di pinggir sungai. Begitu juga dengan teman-teman yang lain. Karena kegiatan ke Riam Jerawi, terjadwal pada hari Kamis, tanggal 15 Juni 2023. Sambil menunggu kedatangan rombongan Bupati Katingan Sakariyas dari Kasongan. Waktu kami isi untuk istirahat. Sambil mempersiapkan fisik dan tenaga untuk menuju ke lokasi riam. Sesekali saya tanya-tanya dengan orang lain, mengenai jarak hingga keadaan lokasi riam sebagai gambaran awal bagi saja. Termasuk medan yang harus dilewati. (bersambung/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/