Jumat, November 22, 2024
25.1 C
Palangkaraya

Kalteng Masih Berpotensi Terjadi Gempa Lagi

SAMPIT-Gempa menguncang Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Senin (30/10). Getaran itu dirasakan warga sekitar pukul 01.21 WIB. Getaran yang setara dengan truk besar melintas itu paling kuat dirasakan warga di Kecamatan Baamang, dan Mentawa Baru Ketapang. Tak hanya itu, warga Palangka Raya juga merasakan getaran, meski skalanya sangat kecil.

Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, gempa bermagnitudo M4,5 tak berpotensi tsunami. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter dengan magnitudo M4,5. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 2.31 LS, 113.02 BT, atau tepatnya di darat  pada jarak 25 km timur laut Sampit, pada kedalaman 13 km. Gempa itu berjenis kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan oleh Badan BMKG.

Dari beberapa rekaman CCTV dan video amatir milik warga, getaran gempa mampu membuat barang dagangan jatuh dari rak etalase. Bahkan masjid di Desa Sungai Paring, Kecamatan Cempaga dinding keramik jatuh akibat guncangan.

Kepala Desa Sungai Paring, M Yusup menyebut, akibat getaran gempa sejumlah keramik pada bagian tiang Masjid Haqul Yakin terlepas hingga kipas angin yang menempel di dinding juga terjatuh. “Gempa tadi malam sangat terasa dirasakan getarannya di Desa Sungai Paring ini,”ujarnya.

Baca Juga :  Manfaatkan Layanan 112

Bupati Kotim H Halikinnor meminta masyarakat agar tidak panik dalam menghadapi situasi ini. Meski baru pertama kali gempa terjadi di Kabupaten Kotim, namun hal itu diperkirakan sangat jarang terjadi. Fenomena tersebut bisa dibilang langka, karena sejauh ini Kalimantan termasuk daerah yang aman dari gempa.

Gempa yang pertama kali terjadi di Kabupaten Kotim itu cukup membuat heboh masyarakat Kalteng. Pasalnya Pulau Kalimantan dikenal dengan wilayah yang kecil kemungkinan terjadi gempa. Sebab wilayah ini tidak dilalui oleh ring of fire (cincin api) seperti sebagian besar pulau Jawa.

Wilayah yang dilalui ring of fire ini terdapat banyak aktivitas seismik dan mejadi derah pertemuan lempeng-lempeng tektonik sehingga berpotensi memicu gempa bumi terjadi.

Wilayah yang masuk ke dalam ring of fire ini hampir meliputi seluruh pulau di Indonesia kecuali pulau Kalimantan. Namun, perlu diketahui, wilayah Kalimantan masih memiliki beberapa sesar atau patahan bumi.

“Untuk wilayah kalimantan memang memiliki beberapa sesar seperti sesar meratus, sesar mangkhalihat, sesar tarakan, sesar maratua, sesar sampurna dan sesar paternosfer yang dapat berpotensi memicu gempa,”ungkap prakirawan BMKG Kotim, Alfa Centauri  kepada Kalteng Pos.

Baca Juga :  Dilarang Mengumpul Massa saat HUT RI

Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Balikpapan, Rasmid menjelaskan bahwa gempa yang terjadi diakibatkan adanya patahan pada kulit bumi. Kejadian tersebut normal terjadi karena Kalimantan diapit oleh sebelah timur Sulawesi. Ketika energi di bagian timur sudah habis, maka akan dilepaskan ke Kalimantan bagian timur.

Bahkan, fenomena tersebut juga disebabkan akibat adanya gempa bumi berdorongan besar (megathrust) di pulau Jawa ke bagian utara. Sehingga, ketika adanya energi yang lewat ke pulau Jawa, maka akan terakumulasikan ke Kalimantan. Apabila semakin lama energi itu terakumulasi dan batuan tidak kuat menahan lagi, maka pecahlah batuan tersebut sehingga menyebabkan getaran yang dinamakan gempa bumi.

Sebenarnya, lanjut dia, Kalimantan tidak murni terbebas gempa. Gempa itu prosesnya lama. Jadi ketika di kiri, kanan, bawah Sumatera dan Jawa menekan Kalimantan, itu energinya akan diakumulasi, sampai suatu saat batuan di Kalimantan tidak bisa menahan lagi. Maka dilepaskan dalam bentuk getaran gempa bumi.

“Kalteng masih berpotensi terjadi gempa, karena berdasarkan tata geologi, wilayah Kalimantan dari Pontianak melewati Muara Teweh hingga bagian timur Kalimantan terdapat sesar adang yang sudah teridentifikasi, dan itu masih aktif,”ucapnya.(ovi/bah/ram)

SAMPIT-Gempa menguncang Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Senin (30/10). Getaran itu dirasakan warga sekitar pukul 01.21 WIB. Getaran yang setara dengan truk besar melintas itu paling kuat dirasakan warga di Kecamatan Baamang, dan Mentawa Baru Ketapang. Tak hanya itu, warga Palangka Raya juga merasakan getaran, meski skalanya sangat kecil.

Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, gempa bermagnitudo M4,5 tak berpotensi tsunami. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter dengan magnitudo M4,5. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 2.31 LS, 113.02 BT, atau tepatnya di darat  pada jarak 25 km timur laut Sampit, pada kedalaman 13 km. Gempa itu berjenis kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan oleh Badan BMKG.

Dari beberapa rekaman CCTV dan video amatir milik warga, getaran gempa mampu membuat barang dagangan jatuh dari rak etalase. Bahkan masjid di Desa Sungai Paring, Kecamatan Cempaga dinding keramik jatuh akibat guncangan.

Kepala Desa Sungai Paring, M Yusup menyebut, akibat getaran gempa sejumlah keramik pada bagian tiang Masjid Haqul Yakin terlepas hingga kipas angin yang menempel di dinding juga terjatuh. “Gempa tadi malam sangat terasa dirasakan getarannya di Desa Sungai Paring ini,”ujarnya.

Baca Juga :  Manfaatkan Layanan 112

Bupati Kotim H Halikinnor meminta masyarakat agar tidak panik dalam menghadapi situasi ini. Meski baru pertama kali gempa terjadi di Kabupaten Kotim, namun hal itu diperkirakan sangat jarang terjadi. Fenomena tersebut bisa dibilang langka, karena sejauh ini Kalimantan termasuk daerah yang aman dari gempa.

Gempa yang pertama kali terjadi di Kabupaten Kotim itu cukup membuat heboh masyarakat Kalteng. Pasalnya Pulau Kalimantan dikenal dengan wilayah yang kecil kemungkinan terjadi gempa. Sebab wilayah ini tidak dilalui oleh ring of fire (cincin api) seperti sebagian besar pulau Jawa.

Wilayah yang dilalui ring of fire ini terdapat banyak aktivitas seismik dan mejadi derah pertemuan lempeng-lempeng tektonik sehingga berpotensi memicu gempa bumi terjadi.

Wilayah yang masuk ke dalam ring of fire ini hampir meliputi seluruh pulau di Indonesia kecuali pulau Kalimantan. Namun, perlu diketahui, wilayah Kalimantan masih memiliki beberapa sesar atau patahan bumi.

“Untuk wilayah kalimantan memang memiliki beberapa sesar seperti sesar meratus, sesar mangkhalihat, sesar tarakan, sesar maratua, sesar sampurna dan sesar paternosfer yang dapat berpotensi memicu gempa,”ungkap prakirawan BMKG Kotim, Alfa Centauri  kepada Kalteng Pos.

Baca Juga :  Dilarang Mengumpul Massa saat HUT RI

Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Balikpapan, Rasmid menjelaskan bahwa gempa yang terjadi diakibatkan adanya patahan pada kulit bumi. Kejadian tersebut normal terjadi karena Kalimantan diapit oleh sebelah timur Sulawesi. Ketika energi di bagian timur sudah habis, maka akan dilepaskan ke Kalimantan bagian timur.

Bahkan, fenomena tersebut juga disebabkan akibat adanya gempa bumi berdorongan besar (megathrust) di pulau Jawa ke bagian utara. Sehingga, ketika adanya energi yang lewat ke pulau Jawa, maka akan terakumulasikan ke Kalimantan. Apabila semakin lama energi itu terakumulasi dan batuan tidak kuat menahan lagi, maka pecahlah batuan tersebut sehingga menyebabkan getaran yang dinamakan gempa bumi.

Sebenarnya, lanjut dia, Kalimantan tidak murni terbebas gempa. Gempa itu prosesnya lama. Jadi ketika di kiri, kanan, bawah Sumatera dan Jawa menekan Kalimantan, itu energinya akan diakumulasi, sampai suatu saat batuan di Kalimantan tidak bisa menahan lagi. Maka dilepaskan dalam bentuk getaran gempa bumi.

“Kalteng masih berpotensi terjadi gempa, karena berdasarkan tata geologi, wilayah Kalimantan dari Pontianak melewati Muara Teweh hingga bagian timur Kalimantan terdapat sesar adang yang sudah teridentifikasi, dan itu masih aktif,”ucapnya.(ovi/bah/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/