Oleh; Agus Pramono
TOLONG. Terima kasih. Maaf. Tiga kata itu menjadi kunci dalam komunikasi. Secara tak langsung menunjukkan kepada lawan bicara kalau kita punya adab dalam bersosialisasi. Tiga kata itu tak boleh diabaikan. Baik saat komunikasi di lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun ketikan di WA. Kita sering lupa mengucapkan itu. Kita juga tanpa sadar mengabaikannya.
Padahal, tiga kata itu bisa membawa efek positif dalam sisi psikologis lawan bicara. Yang awalnya enggak mau, jadi mau. Yang awalnya kesal, jadi luluh. Yang awalnya benci malah makin dapat hati. Anak saya, sudah saya ajarkan itu sedari masuk taman kanak-kanak. Kalau saya, paling sering mengucapkan kata tolong kepada anak. Acap kali, saya diingatkan jikalau lupa ucap terima kasih usai anak saya tuntas menjalankan tugasnya.
Nah, kata ketiga menjadi kata yang sangat sulit diucapkan. Padahal, sudah menjadi kewajiban semua orang jika melakukan kesalahan mengucapkan kata maaf. Nyatanya, masih ada yang mencari pembenaran atas kesalahannya. Kita dipaksa memaklumi. Karena manusia memiliki tingkatan ego yang tinggi. Kalau istilah anak muda sekarang gengsi.
Ngomong-ngomong soal maaf, saya jadi teringat dengan ucapan Kapolres Bogor AKBP Rio Wahyu Anggoro. Selain ganteng, dia sosok pimpinan yang bertanggung jawab atas institusi kepolisian. Gentleman. Saat itu, dia merespons soal video viral yang menyudutkan dua anggota Polsek Parung Panjang karena dianggap menolak laporan kasus kekerasan dalam rumah tangga.
Dalam jumpa pers di hadapan media, Rio pertama-tama menjelaskan kronologi. Mengakui kesalahan yang dilakukan anggotanya. Mengucapkan terima kasih kepada penyebar video atau pelapor. Meminta maaf kepada pelapor. Sebagai penutup, Rio berkomitmen memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Dua anggota itu pun disanksi mutasi.
Kata terima kasih dan maaf yang keluar dari mulut Rio diapresiasi. Kolom komentar di media sosial banyak pujian. Memang sih, itu hanya perkara pelayanan. Bukan perkara anggota yang menghilangkan nyawa seseorang.
Sejatinya, begitulah seharusnya seorang pimpinan. Jika ada kesalahan yang dilakukan anak buah, jangan menghindar. Kucing-kucingan. Kasihan wartawan. Pagi, siang sampai sore mengejar komentar. Wartawan pasti senang banget kalau sudah ketemu. Tapi, kembali kecewa karena narasumber hanya terdiam. No comment.(*)
Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kalteng Pos