Senin, November 25, 2024
24.6 C
Palangkaraya

Mengenang Kiai Gede di Kotawaringin Lama

Dihadiri Ribuan Jemaah, Bisa Diteladani Kiprahnya di Kalteng

Minggu (28/1), puluhan ribu jemaah dari berbagai wilayah di Kalimantan Tengah, bahkan dari luar Kalteng, akan mengikuti haul Kiai Gede di Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat.

 

DHEA & SONI IMAN, Palangka Raya & Pangkalan Bun

 

BERBAGAI persiapan terus dilakukan panitia acara haul Kiai Gede di Kecamatan Kotawaringin Lama. Kegiatan itu diperkirakan akan dihadiri sekitar 20 ribu jemaah. Bahkan bisa lebih banyak lagi. Kondisi jalan yang sudah sangat bagus memudahkan masyarakat yang berniat hadir. Persiapan panitia pun sudah mencapai lebih 90 persen. Hal itu disampaikan sekretaris I, Dwi Harno saat dibincangi wartawan Kalteng Pos, beberapa waktu lalu.

Menurut Dwi Harno, pihaknya sudah melakukan berbagai langkah yang nantinya dapat memberikan kemudahan bagi para jemaah yang hadir. Mengingat pelaksanaan haul tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Apalagi dalam situasi tahun politik yang mengharuskan masyarakat memastikan kegiatan apa pun dilaksanakan dengan aman dan kondusif. “Paling terpenting adalah memberikan kemudahan, kenyamanan, dan keamanan bagi jemaah. Apalagi ada dukungan dan support cukup baik dari pemerintah daerah dan para pengusaha di Kobar yang juga ikut menyumbang untuk kelancaran haul kali ini,” ungkapnya.

Selain para pejabat dan ribuan jemaah, akan hadir penceramah Al Habib Zein Muhsin Al Hinduan SAG. “Beliau yang akan memberikan ceramah saat acara haul Kiai Gede. Sejauh ini kami panitia masih terus bekerja dan mempersiapkan acara,” ujarnya.

Dwi Harno menambahkan, untuk mengantisipasi membeludaknya jemaah yang hadir, berbagai langkah sudah dilakukan. Panitia akan menyiagakan 242 orang untuk kelancaran kegiatan. Mulai dari sektor keamanan dengan  melibatkan kepolisian dan TNI, juga para relawan dari ormas yang berjumlah sekitar 588 orang. Selain itu, akan ada tim kesehatan yang disiapkan, terdiri dari 4 dokter dan 17 perawat, serta ambulans puskesmas dan rumah sakit sebanyak 3 unit. Ambulans juga disiagakan dari masing-masing desa 10 unit.

Baca Juga :  “Dengan Menjadi Seorang Dokter, Saya Bisa Menolong Sesama”

“Kami benar-benar mempersiapkan demi mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Kami juga siapkan konsumsi sebanyak 18 ribu bungkus dari donasi masyarakat yang diperkirakan akan terus bertambah,” akuinya.

Sekadar diketahui, Kiai Gede merupakan sosok yang cukup familiar di Kalteng. Kiai Gede yang memiliki nama asli Abdul Qadir Assegaf itu merupakan sosok yang berasal dari Kerajaan Demak. Menurut cerita, atas utusan dari sang raja, Kiai Gede bertolak ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sesampai di Banjarmasin, ia diutus lagi oleh Sultan Mustainbillah yang saat itu merupakan Raja Kerajaan Banjar, dengan tugas menyiarkan agama Islam ke wilayah Kotawaringin.

Menurut penuturan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Tengah Prof Khairil Anwar, ketika bertolak ke Kotawaringin saat itu, Kiai Gede menempuh perjalanan jalur laut. “Kemudian masuk ke Sungai Arut dan tibalah di Kotawaringin Lama,” ujarnya, Jumat (26/1).

Di situ Kiai Gede membangun sebuah masjid yang eksis hingga saat ini dan dikenal dengan sebutan Masjid Kiai Gede.

Kisah tentang kedatangan Kiai Gede ke Kotawaringin, tutur Khairil Anwar, berdasarkan informasi beberapa sumber, punya banyak versi. “Ada yang mengatakan, kedatangan Kiai Gede lebih dulu daripada Raja Antakusuma. Ada pula yang menyebut jika kedatangan mereka berbarengan. Ada juga yang memperkirakan kedatangannya sekitar tahun 1625,” jelasnya.

Setelah tiba di wilayah Kotawaringin, Kiai Gede mulai melakukan dakwah. “Syiar Islam Kiai Gede rahmatan lil alamin, sehingga tidak ada paksaan untuk siapa pun,” ujarnya. Tak heran jika pada masa itu masyarakat hidup aman tenteram. Tidak ditemukan perselisihan antarumat beragama. “Kita di sini merupakan dampak dari pengajian di Kotawaringin,” ungkapnya.

Baca Juga :  Jemaah Antusias, Rindu Sosok Ulama Kharismatik

Menurutnya, tak heran jika masyarakat Kotawaringin cenderung lebih kuat Islamnya. Banyak muslim di Kotawaringin, menyebar hingga ke daerah-daerah lain.

“Oleh karena itu, jasa-jasa beliau (Kiai Gede) dalam mengembangkan Islam di Kotawaringin begitu besar. Patutlah sosoknya disamakan dengan Syekh Arsyad Al-Banjari yang menyebarkan Islam di Kalimantan Selatan,” tuturnya.

Selain itu, lanjutnya, Kiai Gede juga menjabat sebagai Perdana Menteri Raja Antakusuma. Ia memiliki peranan penting di kerajaan. Menurutnya, jarang ada ulama yang merangkap perdana menteri. Mengingat perdana menteri merupakan seorang pejabat pemerintahan. “Beliau sangat berperan dalam menyebarkan Islam, baik itu di kerajaan maupun di tengah masyarakat,” ucapnya.

Khairil menambahkan, haulan kali ini tidak disebutkan yang keberapa. Begitu pula dengan wafatnya. “Namun jika diperkirakan dengan tanggal haulan saat ini, mungkin sekitar 17 rajab,” sebutnya.

Ia berharap masyarakat dapat meneladani sikap dan ajaran dari Kiai Gede. “Itulah mengapa kita patut bersyukur atas kehadiran beliau di Kotawaringin Lama, karena merupakan kerajaan satu-satunya dan memengaruhi nuansa Islam di Kalteng. Oleh karena kehadiran beliau, kita menjadi pemeluk Islam yang baik,” tandasnya.

Kepada masyarakat, Khairil mengimbau agar menghargai jasa-jasa Kiai Gede. “Bisa dengan mengirimkan alfatihah atau menghadiri haul sembari mendengarkan biografi dan manaqib beliau saat haulan beliau,” tutupnya. (*zia/son/ce/ens)

 

 

Minggu (28/1), puluhan ribu jemaah dari berbagai wilayah di Kalimantan Tengah, bahkan dari luar Kalteng, akan mengikuti haul Kiai Gede di Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat.

 

DHEA & SONI IMAN, Palangka Raya & Pangkalan Bun

 

BERBAGAI persiapan terus dilakukan panitia acara haul Kiai Gede di Kecamatan Kotawaringin Lama. Kegiatan itu diperkirakan akan dihadiri sekitar 20 ribu jemaah. Bahkan bisa lebih banyak lagi. Kondisi jalan yang sudah sangat bagus memudahkan masyarakat yang berniat hadir. Persiapan panitia pun sudah mencapai lebih 90 persen. Hal itu disampaikan sekretaris I, Dwi Harno saat dibincangi wartawan Kalteng Pos, beberapa waktu lalu.

Menurut Dwi Harno, pihaknya sudah melakukan berbagai langkah yang nantinya dapat memberikan kemudahan bagi para jemaah yang hadir. Mengingat pelaksanaan haul tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Apalagi dalam situasi tahun politik yang mengharuskan masyarakat memastikan kegiatan apa pun dilaksanakan dengan aman dan kondusif. “Paling terpenting adalah memberikan kemudahan, kenyamanan, dan keamanan bagi jemaah. Apalagi ada dukungan dan support cukup baik dari pemerintah daerah dan para pengusaha di Kobar yang juga ikut menyumbang untuk kelancaran haul kali ini,” ungkapnya.

Selain para pejabat dan ribuan jemaah, akan hadir penceramah Al Habib Zein Muhsin Al Hinduan SAG. “Beliau yang akan memberikan ceramah saat acara haul Kiai Gede. Sejauh ini kami panitia masih terus bekerja dan mempersiapkan acara,” ujarnya.

Dwi Harno menambahkan, untuk mengantisipasi membeludaknya jemaah yang hadir, berbagai langkah sudah dilakukan. Panitia akan menyiagakan 242 orang untuk kelancaran kegiatan. Mulai dari sektor keamanan dengan  melibatkan kepolisian dan TNI, juga para relawan dari ormas yang berjumlah sekitar 588 orang. Selain itu, akan ada tim kesehatan yang disiapkan, terdiri dari 4 dokter dan 17 perawat, serta ambulans puskesmas dan rumah sakit sebanyak 3 unit. Ambulans juga disiagakan dari masing-masing desa 10 unit.

Baca Juga :  “Dengan Menjadi Seorang Dokter, Saya Bisa Menolong Sesama”

“Kami benar-benar mempersiapkan demi mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Kami juga siapkan konsumsi sebanyak 18 ribu bungkus dari donasi masyarakat yang diperkirakan akan terus bertambah,” akuinya.

Sekadar diketahui, Kiai Gede merupakan sosok yang cukup familiar di Kalteng. Kiai Gede yang memiliki nama asli Abdul Qadir Assegaf itu merupakan sosok yang berasal dari Kerajaan Demak. Menurut cerita, atas utusan dari sang raja, Kiai Gede bertolak ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sesampai di Banjarmasin, ia diutus lagi oleh Sultan Mustainbillah yang saat itu merupakan Raja Kerajaan Banjar, dengan tugas menyiarkan agama Islam ke wilayah Kotawaringin.

Menurut penuturan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Tengah Prof Khairil Anwar, ketika bertolak ke Kotawaringin saat itu, Kiai Gede menempuh perjalanan jalur laut. “Kemudian masuk ke Sungai Arut dan tibalah di Kotawaringin Lama,” ujarnya, Jumat (26/1).

Di situ Kiai Gede membangun sebuah masjid yang eksis hingga saat ini dan dikenal dengan sebutan Masjid Kiai Gede.

Kisah tentang kedatangan Kiai Gede ke Kotawaringin, tutur Khairil Anwar, berdasarkan informasi beberapa sumber, punya banyak versi. “Ada yang mengatakan, kedatangan Kiai Gede lebih dulu daripada Raja Antakusuma. Ada pula yang menyebut jika kedatangan mereka berbarengan. Ada juga yang memperkirakan kedatangannya sekitar tahun 1625,” jelasnya.

Setelah tiba di wilayah Kotawaringin, Kiai Gede mulai melakukan dakwah. “Syiar Islam Kiai Gede rahmatan lil alamin, sehingga tidak ada paksaan untuk siapa pun,” ujarnya. Tak heran jika pada masa itu masyarakat hidup aman tenteram. Tidak ditemukan perselisihan antarumat beragama. “Kita di sini merupakan dampak dari pengajian di Kotawaringin,” ungkapnya.

Baca Juga :  Jemaah Antusias, Rindu Sosok Ulama Kharismatik

Menurutnya, tak heran jika masyarakat Kotawaringin cenderung lebih kuat Islamnya. Banyak muslim di Kotawaringin, menyebar hingga ke daerah-daerah lain.

“Oleh karena itu, jasa-jasa beliau (Kiai Gede) dalam mengembangkan Islam di Kotawaringin begitu besar. Patutlah sosoknya disamakan dengan Syekh Arsyad Al-Banjari yang menyebarkan Islam di Kalimantan Selatan,” tuturnya.

Selain itu, lanjutnya, Kiai Gede juga menjabat sebagai Perdana Menteri Raja Antakusuma. Ia memiliki peranan penting di kerajaan. Menurutnya, jarang ada ulama yang merangkap perdana menteri. Mengingat perdana menteri merupakan seorang pejabat pemerintahan. “Beliau sangat berperan dalam menyebarkan Islam, baik itu di kerajaan maupun di tengah masyarakat,” ucapnya.

Khairil menambahkan, haulan kali ini tidak disebutkan yang keberapa. Begitu pula dengan wafatnya. “Namun jika diperkirakan dengan tanggal haulan saat ini, mungkin sekitar 17 rajab,” sebutnya.

Ia berharap masyarakat dapat meneladani sikap dan ajaran dari Kiai Gede. “Itulah mengapa kita patut bersyukur atas kehadiran beliau di Kotawaringin Lama, karena merupakan kerajaan satu-satunya dan memengaruhi nuansa Islam di Kalteng. Oleh karena kehadiran beliau, kita menjadi pemeluk Islam yang baik,” tandasnya.

Kepada masyarakat, Khairil mengimbau agar menghargai jasa-jasa Kiai Gede. “Bisa dengan mengirimkan alfatihah atau menghadiri haul sembari mendengarkan biografi dan manaqib beliau saat haulan beliau,” tutupnya. (*zia/son/ce/ens)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/