PALANGKA RAYA-Wabah demam berdarah dengue (DBD) sedang menghantui masyarakat. Penyakit akibat gigitan nyamuk itu telah menelan korban jiwa. Tercatat selama Januari 2024, sudah ada tiga pasien DBD yang meninggal dunia di RSUD dr Doris Sylvanus. Dua pasien dewasa dan satu anak.
Meninggalnya tiga pasien tersebut disinyalir terjadi karena komorbid dan tingkat DBD yang termasuk kategori parah. Dengan kejadian tersebut, masyarakat diharapkan makin waspada. Pencegahan perlu dilakukan melalui upaya menjaga kesehatan diri dan lingkungan sekitar.
Plt Direktur RSUD dr Doris Sylvanus Ady Fraditha melalui Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan, Devi Novianti Santoso mengungkapkan, tiga pasien yang meninggal dunia pada Januari 2024 adalah dua pasien dewasa dengan usia 19 tahun dan 23 tahun serta anak berusia 6 tahun.
“Penyebab kematian bisa karena komorbid, bisa karena virusnya yang ganas, atau komplikasi, jadi beda-beda, bisa juga kondisi imunitas orang yang terkena DBD itu sedang rendah, sekian banyak faktor itu saling memengaruhi,” ungkap Devi kepada Kalteng Pos saat ditemui di Ruang Pelayanan Medik Dalam RSDS, Selasa (30/1).
Devi menceritakan, berdasarkan informasi yang didapatkan, sebenarnya penyakit DBD yang menyerang pasien sudah teratasi. Namun karena ada komplikasi penyakit, nyawa pasien tidak bisa tertolong. Salah satu pasien dewasa yang meninggal adalah mahasiswa kedokteran pada salah satu kampus di Palangka Raya.
“Ada satu yang komorbid, kalau yang anak-anak ini sepertinya kondisinya sedang tidak maksimal, sehingga terjadi pendarahan di mana-mana, kebetulan kondisi anaknya lemah, ganas virusnya, sehingga terjadi pendarahan hebat,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, pasien DBD yang dirawat di RSDS baru-baru ini memang cukup banyak jumlahnya, tetapi bisa tertangani dengan baik. Sementara pasien meninggal terjadi karena keganasan virus, daya tahan tubuh apakah kuat atau lemah pada saat terserang DBD, terkait ada tidaknya komorbid, serta beberapa faktor kesehatan lainnya yang juga memengaruhi.
“Kalau untuk yang dirawat di RSDS karena penyakit DBD, sejak Januari 2023 selalu ada, kalau berdasar data tiga bulan terakhir, Oktober ada 18 pasien, November ada 37 orang, dan Desember ada 45 pasien, tetapi untuk data Januari belum bisa direkap karena bulannya belum berakhir, jadi menunggu sampai tanggal 31,” tuturnya.
Dewi mengakui, sejak tiga bulan terakhir, kasus DBD terus mengalami peningkatan. Jika dibandingkan jumlah pasien DBD yang dirawat di RSDS, antara Desember 2023 kemarin dan Januari 2024 berjalan, kurang lebih sama angkanya. Namun data belum final, mengingat bulan Januari belum berakhir. Belajar dari tiga kasus ini, Devi menyarankan agar masyarakat tetap menjaga kesehatan fisik dan kebersihan lingkungan.
“Yang sedang sakit tentu daya tahan tubuhnya menurun, jadi jangan sampai capek, istirahat yang cukup, jangan terlambat makan, jaga kondisi tubuh tetap fit, kalau tubuh fit, maka virus bisa diatasi, memang kalau komorbid agak susah, karena sudah ada dalam tubuh,” tuturnya.
Penyakit DBD sendiri berasal dari virus yang dibawa oleh nyamuk. Untuk mencegah serangan virus tersebut, maka pastikan daya tahan tubuh selalu prima. Namun ketika muncul gejala tidak nyaman pada tubuh, seperti pusing, panas, demam, dan meriang, segeralah berobat ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat agar mendapat penanganan medis. Di samping itu, perlu menjaga kebersihan lingkungan.
“Kebersihan lingkungan harus diperhatikan, kalau ada tempat-tempat air yang menggenang, perkembangbiakan nyamuk DBD meningkat, virusnya kan dibawa sama nyamuk, maka dari itu hindari genangan air tempat pertumbuhan nyamuk,” pesannya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalteng, Riza Syahputra mengatakan, mengenai kasus kematian akibat DBD pada tahun 2024, pihaknya baru menerima informasi dari Kota Palangka Raya. Meski demikian, ia tetap mengingatkan kepada masyarakat agar tidak terlambat berobat ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat, jika sudah ada pertanda terserang DBD.
Ketika memasuki musim hujan dan kasus DBD meningkat, di samping itu gejala-gejala DBD juga sudah tampak terlihat, penderita harus segera mendatangi faskes terdekat. Masyarakat diimbau untuk secepatnya mendapat pengobatan di faskes terdekat, begitu menyadari demam yang dialami naik turun dan kasus DBD di daerah tempat tinggal meningkat. Jangan sampai menunda untuk datang ke faskes terdekat dan mendapatkan pelayanan medis.
“Misalnya anak kita kena demam hari ini pukul 15.30 WIB. Kalau sudah tahu ada banyak warga Palangka Raya yang terkena demam berdarah, segeralah bawa anak kita ke sarana pelayanan kesehatan terdekat, bisa ke puskesmas atau rumah sakit,” tuturnya.
Menurut Riza, kelompok yang paling rentan terserang DBD adalah anak-anak, kendati semua umur bisa terserang penyakit itu. Lantaran anak-anak memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah dibandingkan kelompok usia dewasa dan lanjut usia (lansia).
Mendapatkan segera pengobatan dari faskes terdekat merupakan langkah penanganan yang tepat terhadap penyakit DBD, agar tidak berujung pada kematian. Langkah pencegahan lebih baik daripada mengobati. Untuk mencegah penyakit tersebut, lanjut Riza, masyarakat harus memastikan bahwa lingkungan rumah, dalam maupun luar rumah, selalu bersih. Di samping itu, masyarakat juga sebaiknya tidak membiarkan pakaian bekas tertanggal tanpa segera dibersihkan, karena bisa menjadi tempat bersarangnya nyamuk.
“Di lingkungan yang kotor, nyamuk DBD bisa bersarang. Segera berantas sarang nyamuk, terutama tempat-tempat yang berair, karena memudahkan nyamuk berkembang biak dengan cepat,” tandasnya. (dan/ce/ala)