Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Melihat Strategi Pj Bupati Batara Drs Muhlis Membangun Daerah

Garap Sektor Pertanian, Infrastruktur hingga Jaringan Listrik Menjadi Perhatian

 Resmi menjabat sebagai Penjabat (Pj) Bupati Kabupaten Barito Utara (Batara) pada 25 September 2023, Drs Muhlis langsung bergerak cepat membangun daerah. Berbagai strategi dan program langsung dijalankan. Hal itu ia ungkapkan saat berbincang di Podcast Ruang Redaksi, Kalteng Pos, Senin (27/5). Perbincangan ini ditayangkan juga di kanal YouTube Kalteng Pos.

 

ILHAM ROMADHONA, Palangka Raya

 

PAGI sekitar pukul 10.00 WIB, Podcast Ruang Redaksi kedatangan tamu istimewa. Sosok tersebut adalah Pj Bupati Batara Muhlis, Senin (27/5). Ia berbincang lama dengan membahas berbagai hal, di antaranya seputar pekerjaan rumah (PR)  seluruh Pj dari pemerintahan pusat yang merupakan program nasional. Inflasi, stunting, dan kemiskinan ekstrim. Juga hal yang paling menarik dibahas yakni perihal Kabupaten Batara menjadi barometer DAS Barito di waktu kepemimpinannya yang singkat.

 

Pria yang lahir di Desa Bangkuang, Barito Selatan ini mengaku sudah mempersiapkan berbagai strategi untuk membuat Batara menjadi barometer DAS Barito. Itu dimulai ketika penyusunan anggaran tahun 2024. Dengan berupaya untuk memenuhi program kegiatan yang dulunya sempat terhambat karena kondisi Covid‐19.

 

“Kita tahu saat Covid‐19 berlangsung. Semua akses terbatas. Termasuk infrastruktur dan pemberdayaan ekonomi menjadi terhambat. Maka dari itu saya bertekad di tahun 2024 akan memenuhi aspek yang terhambat tersebut,” ucapnya di ruang redaksi Kalteng Pos.

 

Termasuk hal‐hal yang menunjang ekonomi Kabupaten Batara. Yaitu komoditi jagung. Perlu diketahui, Muara Teweh merupakan daerah produksi jagung terbesar di Kalimantan Tengah. Ini ditandai dengan sebesar 60% produksi jagung di Kalteng. Bahkan tempo lalu, di Kabupaten Batara mempunyai areal jagung seluas 17.000 hektare.

 

“Dari 17.000 hektare itu, ada support dari Provinsi, Kementrian, dan Pemda setempat. Jadi itu membuat masyarakat kita lebih bergairah melaksanakan kegiatan usaha jagung,” bebernya.

Baca Juga :  Oknum ASN Dishut Kalteng Terjerat Dugaan Korupsi

 

Areal jagung sempat mengalami penurunan signifikan. Terakhir di angka 7.000 hektar. Itu dikarenakan semakin berkurangnya bantuan dari pusat imbas dari mulainya musim Covid‐19. Di tahun 2023, sudah mulai digenjot kembali. Areal jagung kembali naik diangka 8.800 hektar. Dan dikelola oleh masyarakat setempat.

 

“Alhamdulillahnya tahun ini, ada bantuan dari pusat. Ada sekitar 4.000 hektar bibit yang dibagikan, Pemerintah Kabupaten Batara juga memberikan bantuan sebanyak 4.000 hektar. Mungkin sebanyak 12.000 hektar jagung akan dikembangkan lagi. Sehingga kita bisa mempertahankan komoditi jagung menjadi komiditi andalan Batara,” jelasnya dengan penuh semangat.

 

Tentu untuk mewujudkan Barito Utara menjadi barometer DAS Barito memiliki berbagai tantangan. Tantangan yang dimaksud ialah penanganan banjir, beberapa daerah belum dialiri listrik, dan telekomunikasi.

 

Untuk banjir sendiri, sesuai dengan yang dikatakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) bahwasanya apabila hujan turun selama enam jam lamanya, itu sama dengan curah hujan selama satu bulan penuh.

 

“Jadi, selokan atau saluran air itu tidak akan mampu menampung. Dibiarkan selama 1‐2 jam pasti akan surut. Kami juga sudah memperbaiki saluran air dan kanal‐kanal. Supaya hal yang demikian tidak terjadi lagi,” tegasnya.

 

Tentu, banjir yang melanda merupakan salah satu pr. Dan upaya yang dilakukan ialah selalu menjaga lingkungan dengan terus membersihkan daerah permukaan air. Edukasi kepada masyarakat terus digenjot. Dan membuat pembuangan akhir di beberapa titik kecamatan.

 

Diketahui, capaian kelistrikan di Batara juga masih berada di angka 85%. Artinya masih ada sekitar 15% daerah yang belum menikmati listrik. Sehingga pria yang lahir pada 30 Desember 1968 membenarkan isu tersebut. 85% merupakan angka yang dicatat oleh PLN dan sudah dialiri listrik.

Baca Juga :  Jemaah asal Batara Meninggal di Madinah

 

“Namun, banyak juga masyarakat yang menggunakan listrik non PLN. Sehingga untuk saat ini, capaian kelistrikan di Batara 90% lebih,” katanya.

 

Pria yang diangkat menjadi Pj Kabupaten Batara pada 25 September 2023 tersebut juga menyadari, ada beberapa wilayah yang sulit tembus program karena keterbatasan infrastruktur. Karena itu, dibeberapa kesempatan kedepan pihaknya akan memprioritaskan daerah. Utamanya daerah yang wajib dialiri jaringan listrik.

 

“Karena kondisi di lapangan yang kurang memadai, infrastrukturnya masih kurang, itu menjadi kendala yang harus dihadapi bersama,” tuturnya.

 

Kendala ketiga yang masih terus menghantui adalah telekomunikasi perihal blankspot di 65 desa. Hal tersebut sudah disadari sejak tahun 2023. Karena target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2023, blankspot sudah harus diangka 0%. Hanya saja, upaya yang pihaknya lakukan itu lebih banyak kepada koordinatif. Berkoordinasi dengan beberapa penyedia vendor. Termasuk berkoordinasi dengan kementerian kominfo.

 

“Tentu dengan anggaran yang ada, kami bisa support sesuai dengan keuangan. Terkait dengan penyediaan sarana telekomunikasi,” tegasnya.

 

Dalam melayani masyarakat, memang dituntut untuk menggunakan aplikasi demi memudahkan pelayanan masyarakat. Di Batara sendiri, pelayanan masyarakat sudah hadir menggunakan pemindai wajah.

 

Penggunaan aplikasi di era sekarang menjadi sangat penting. Walaupun terdapat daerah yang belum terjangkau oleh listrik, hal tersebut seharusnya tidak menjadi hambatan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

 

“Melakukan pelayanan secara manual bisa dilakukan. Ada beberapa daerah yang kami perkenankan laporannya manual,” pungkasnya. (*/ala)

 Resmi menjabat sebagai Penjabat (Pj) Bupati Kabupaten Barito Utara (Batara) pada 25 September 2023, Drs Muhlis langsung bergerak cepat membangun daerah. Berbagai strategi dan program langsung dijalankan. Hal itu ia ungkapkan saat berbincang di Podcast Ruang Redaksi, Kalteng Pos, Senin (27/5). Perbincangan ini ditayangkan juga di kanal YouTube Kalteng Pos.

 

ILHAM ROMADHONA, Palangka Raya

 

PAGI sekitar pukul 10.00 WIB, Podcast Ruang Redaksi kedatangan tamu istimewa. Sosok tersebut adalah Pj Bupati Batara Muhlis, Senin (27/5). Ia berbincang lama dengan membahas berbagai hal, di antaranya seputar pekerjaan rumah (PR)  seluruh Pj dari pemerintahan pusat yang merupakan program nasional. Inflasi, stunting, dan kemiskinan ekstrim. Juga hal yang paling menarik dibahas yakni perihal Kabupaten Batara menjadi barometer DAS Barito di waktu kepemimpinannya yang singkat.

 

Pria yang lahir di Desa Bangkuang, Barito Selatan ini mengaku sudah mempersiapkan berbagai strategi untuk membuat Batara menjadi barometer DAS Barito. Itu dimulai ketika penyusunan anggaran tahun 2024. Dengan berupaya untuk memenuhi program kegiatan yang dulunya sempat terhambat karena kondisi Covid‐19.

 

“Kita tahu saat Covid‐19 berlangsung. Semua akses terbatas. Termasuk infrastruktur dan pemberdayaan ekonomi menjadi terhambat. Maka dari itu saya bertekad di tahun 2024 akan memenuhi aspek yang terhambat tersebut,” ucapnya di ruang redaksi Kalteng Pos.

 

Termasuk hal‐hal yang menunjang ekonomi Kabupaten Batara. Yaitu komoditi jagung. Perlu diketahui, Muara Teweh merupakan daerah produksi jagung terbesar di Kalimantan Tengah. Ini ditandai dengan sebesar 60% produksi jagung di Kalteng. Bahkan tempo lalu, di Kabupaten Batara mempunyai areal jagung seluas 17.000 hektare.

 

“Dari 17.000 hektare itu, ada support dari Provinsi, Kementrian, dan Pemda setempat. Jadi itu membuat masyarakat kita lebih bergairah melaksanakan kegiatan usaha jagung,” bebernya.

Baca Juga :  Oknum ASN Dishut Kalteng Terjerat Dugaan Korupsi

 

Areal jagung sempat mengalami penurunan signifikan. Terakhir di angka 7.000 hektar. Itu dikarenakan semakin berkurangnya bantuan dari pusat imbas dari mulainya musim Covid‐19. Di tahun 2023, sudah mulai digenjot kembali. Areal jagung kembali naik diangka 8.800 hektar. Dan dikelola oleh masyarakat setempat.

 

“Alhamdulillahnya tahun ini, ada bantuan dari pusat. Ada sekitar 4.000 hektar bibit yang dibagikan, Pemerintah Kabupaten Batara juga memberikan bantuan sebanyak 4.000 hektar. Mungkin sebanyak 12.000 hektar jagung akan dikembangkan lagi. Sehingga kita bisa mempertahankan komoditi jagung menjadi komiditi andalan Batara,” jelasnya dengan penuh semangat.

 

Tentu untuk mewujudkan Barito Utara menjadi barometer DAS Barito memiliki berbagai tantangan. Tantangan yang dimaksud ialah penanganan banjir, beberapa daerah belum dialiri listrik, dan telekomunikasi.

 

Untuk banjir sendiri, sesuai dengan yang dikatakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) bahwasanya apabila hujan turun selama enam jam lamanya, itu sama dengan curah hujan selama satu bulan penuh.

 

“Jadi, selokan atau saluran air itu tidak akan mampu menampung. Dibiarkan selama 1‐2 jam pasti akan surut. Kami juga sudah memperbaiki saluran air dan kanal‐kanal. Supaya hal yang demikian tidak terjadi lagi,” tegasnya.

 

Tentu, banjir yang melanda merupakan salah satu pr. Dan upaya yang dilakukan ialah selalu menjaga lingkungan dengan terus membersihkan daerah permukaan air. Edukasi kepada masyarakat terus digenjot. Dan membuat pembuangan akhir di beberapa titik kecamatan.

 

Diketahui, capaian kelistrikan di Batara juga masih berada di angka 85%. Artinya masih ada sekitar 15% daerah yang belum menikmati listrik. Sehingga pria yang lahir pada 30 Desember 1968 membenarkan isu tersebut. 85% merupakan angka yang dicatat oleh PLN dan sudah dialiri listrik.

Baca Juga :  Jemaah asal Batara Meninggal di Madinah

 

“Namun, banyak juga masyarakat yang menggunakan listrik non PLN. Sehingga untuk saat ini, capaian kelistrikan di Batara 90% lebih,” katanya.

 

Pria yang diangkat menjadi Pj Kabupaten Batara pada 25 September 2023 tersebut juga menyadari, ada beberapa wilayah yang sulit tembus program karena keterbatasan infrastruktur. Karena itu, dibeberapa kesempatan kedepan pihaknya akan memprioritaskan daerah. Utamanya daerah yang wajib dialiri jaringan listrik.

 

“Karena kondisi di lapangan yang kurang memadai, infrastrukturnya masih kurang, itu menjadi kendala yang harus dihadapi bersama,” tuturnya.

 

Kendala ketiga yang masih terus menghantui adalah telekomunikasi perihal blankspot di 65 desa. Hal tersebut sudah disadari sejak tahun 2023. Karena target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2023, blankspot sudah harus diangka 0%. Hanya saja, upaya yang pihaknya lakukan itu lebih banyak kepada koordinatif. Berkoordinasi dengan beberapa penyedia vendor. Termasuk berkoordinasi dengan kementerian kominfo.

 

“Tentu dengan anggaran yang ada, kami bisa support sesuai dengan keuangan. Terkait dengan penyediaan sarana telekomunikasi,” tegasnya.

 

Dalam melayani masyarakat, memang dituntut untuk menggunakan aplikasi demi memudahkan pelayanan masyarakat. Di Batara sendiri, pelayanan masyarakat sudah hadir menggunakan pemindai wajah.

 

Penggunaan aplikasi di era sekarang menjadi sangat penting. Walaupun terdapat daerah yang belum terjangkau oleh listrik, hal tersebut seharusnya tidak menjadi hambatan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

 

“Melakukan pelayanan secara manual bisa dilakukan. Ada beberapa daerah yang kami perkenankan laporannya manual,” pungkasnya. (*/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/