PALANGKA RAYA-Bulan ini Kalimantan Tengah (Kalteng) diprediksi memasuki musim kemarau. Ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menghantui daerah-daerah yang memiliki lahan gambut luas. Antisipasi sejak dini pun dilakukan. Pemerintah bergerak cepat menggelar operasi modifikasi cuaca (OMC). Operasi itu dimulai 6 Juli hingga 16 Juli mendatang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI AU, Airnav Indonesia, Angkasa Pura II, dan Pemprov Kalteng bekerja sama untuk melakukan OMC pada daerah-daerah rawan karhutla di Bumi Tambun Bungai. Senin (8/7) dilaksanakan peresmian kegiatan OMC yang dihadiri oleh perwakilan pimpinan masing-masing instansi di Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut dan apron lama Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Thomas Nifinluri mengungkapkan, berdasarkan pantauan BMKG, bulan Juli ini wilayah Kalteng telah memasuki musim kemarau. Perlu kesiapsiagaan untuk pengendalian karhutla secara intens.
“Beberapa titik lokasi di Kalteng terpantau telah terjadi karhutla. Berdasarkan hasil perhitungan luasan perhitungan karhutla tiap bulan sejak 1 Januari hingga Juni, ada penambahan luas kebakaran,” ungkap Thomas saat menyampaikan sambutan dalam pembukaan OMC dalam rangka operasi pembasahan lahan gambut di Kalteng tahun 2024, di Aula Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut, Senin (8/7) pagi.
Pihaknya mencatat, sampai dengan Mei 2024 dilaporkan ada 206 hektare (ha) lahan terbakar di Kalteng. Daerah dengan luas karhutla tertinggi adalah Kabupaten Katingan, Seruyan, dan Kapuas. Tiga kabupaten itu menempati luas karhutla tertinggi di Kalteng sepanjang tahun ini.
“Berbagai upaya pengendalian karhutla sudah kami lakukan, baik melalui peringatan-peringatan dan deteksi dini karhutla maupun pemantauan hotspot. Kami juga melakukan patroli pencegahan, patroli terpadu, dan patroli udara di wilayah rawan maupun penyadartahuan kepada masyarakat,” jelasnya.
Thomas berharap OMC yang dilakukan dapat membantu menekan potensi terjadinya karhutla melalui peningkatan curah hujan dan mampu meningkatkan kebasahan lahan gambut. Begitu pula dengan kanal-kanal yang tersedia.
“Peluang pertumbuhan awan hujan yang signifikan seperti sekarang ini menjadi keberhasilan OMC sejak 6 Juli hingga beberapa hari ke depan,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Kepala Sub Kelompok Kerja Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Kalteng, David Purwodesrantau mengungkapkan, sejauh ini lahan gambut di Kalteng masih dalam kondisi lembab karena curah hujan yang cukup tinggi. Meski demikian, upaya modifikasi cuaca penting dilakukan dengan tujuan menambah tingkat tinggi muka air lahan gambut, sehingga kelembaban lahan gambut dipertahankan.
“Karena di Kalteng ini kalau sudah terjadi kebakaran hutan dan lahan, penanganannya sulit, karena kebanyakan terjadi di lahan gambut yang ketebalannya lebih dari 3 meter, seperti di Taman Nasional Sebangau,” bebernya kepada wartawan.
David menjelaskan, ketika lahan gambut kering, maka potensi kebakaran akan makin besar. Sebab, kebakaran rentan terjadi karena ada api, oksigen, dan bahan bakar. Jika diantisipasi melalui pembasahan lahan gambut, maka dapat memperkecil potensi terjadinya karhutla.
“Tinggi muka air lahan gambut sesuai dengan aturan harus di angka 0,4 meter, kondisi saat ini sementara relatif aman, karena gambut di Kalteng rata-rata masih di atas 0,4 meter, tetapi untuk menambah tinggi muka air dan stok air yang ada, OMC perlu dilakukan, itu untuk menekan potensi bencana karhutla saat musim kemarau,” sebutnya.
Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng mencatat, sejak 1 Januari hingga 7 Juli 2024, selama Kalteng berada dalam kondisi cuaca musim hujan dan transisi musim dari hujan ke kemarau, luas karhutla di Kalteng sudah mencapai 84,80 ha.
“Karhutla di Kalteng sudah terjadi selama 61 kali dalam rentang waktu itu, tetapi berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ada 200 hektare yang sudah terbakar,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBPK Kalteng Indra Wiratama, Senin (8/7).
Indra mengatakan, karhutla itu terjadi itu beberapa kabupaten. Salah satunya Kotawaringin Timur (Kotim) yang saat ini sudah menetapkan status siaga bencana karhutla sejak 5 Juli sampai 2 Oktober 2024. Selain itu, KLHK mencatat karhutla juga sering terjadi di Katingan, Seruyan, dan Kapuas. Karena itu, ujar Indra, sejak Senin (8/7) pihaknya menetapkan puluhan pantauan pos lapangan (poslap) dan pos pembantu karhutla di seluruh kabupaten.
“Dari pos-pos itu akan kami laksanakan operasi darat untuk pencegahan dan penanganan karhutla, nanti pada tanggal 11 Juli akan dilakukan pengaktifan pos-pos tersebut, kami dari BPBPK Kalteng menyediakan sekitar 60-an poslap, belum termasuk poslap dari KLHK, BRGM, dan lain-lain,” bebernya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi wilayah Kalteng akan memasuki musim kemarau pada Juli dan Agustus 2024. Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut, Agung Sudiono Abadi menambahkan, OMC dilakukan selama sebelas hari (6-16 Juli), mempertimbangkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Kalteng yang masih tinggi.
“Perlu diwaspadai bahwa Kalteng menghadapi potensi karhutla pada musim kemarau yang diprediksi puncaknya bulan Agustus saat puncak kemarau. Kami sudah siapkan OMC di bulan Juni, karena pertumbuhan awan mulai banyak, makanya kami semai pada bulan ini,” tambahnya.
Saat diwawancarai awak media di sela-sela meninjau persiapan penerbangan pesawat OMC di landasan udara lama Bandara Tjilik Riwut, Koordinator Operasi Modifikasi Cuaca BMKG Pusat Budi Harsoyo menjelaskan, hampir tiap tahun OMC diterapkan di Kalteng dan provinsi lain yang juga rawan karhutla.
“Apa yang kami lakukan ini menambah kondensasi ke dalam awan, sehingga proses terjadinya hujan bisa lebih cepat dan hujannya bisa turun di area-area yang kita inginkan,” jelasnya.
Adapun wilayah yang menjadi prioritas terjadinya hujan adalah pada wilayah gambut, sesuai dengan program BRGM untuk pembasahan lahan gambut. Berdasarkan informasi KLHK RI, daerah di Kalteng dengan tingkat kebakaran tinggi tahun ini adalah Kabupaten Katingan, Seruyan, dan Kapuas. Pihaknya berupaya agar air tanah dapat meningkat sehingga potensi kebakaran pada lahan gambut bisa ditekan.
“Dalam beberapa tahun terakhir, penerapan OMC cukup memberikan hasil yang optimal, sehingga pola itu kami lanjutkan tiap tahun, rencananya OMC akan dilaksanakan selama sebelas hari kegiatan hingga 16 Juli mendatang,” sebutnya. (dan/ce/ala)