Sabtu, September 28, 2024
35.6 C
Palangkaraya

Bersama Kementan Luncurkan Model Pertanian Terpadu

PLN Terus Kembangkan Bahan Co-Firing Biomassa

TASIKMALAYA – PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Energi Primer Indonesia (PLN
EPI) meresmikan program pengembangan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan dan pertanian terpadu di lahan kritis seluas 100 hektare di Desa Bojongkapol, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Kamis (26/9).

Program yang melibatkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan biomassa untuk co-fi ring Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak hanya akan meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) saja, tetapi juga akan meningkatkan perekonomian masyarakat.

Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, yang turut hadir meresmikan program pengembangan ekosistem biomassa menyambut baik inisiatif PLN dalam memberdayakan masyarakat untuk mengembangkan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan. Pihaknya pun siap bersinergi dengan PLN untuk memastikan keberhasilan program seperti memberikan pembinaan, menghadirkan penyuluh sehingga program betul-betul diterima oleh masyarakat.

”Kami dari Kementerian Pertanian siap bersinergi, siap mendorong, siap membantu,
siap menempatkan orang. Apapun yang baik buat rakyat, kita siap jiwa raga untuk rakyat,” kata Sudaryono dalam sambutannya.

Sudaryono juga mengapresiasi upaya PLN yang tidak hanya berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

“Ini inisiasi yang sangat baik. Tentu saja selain terkait urusan renewable energy, ini mengandung nilai ekonomi, Di situ ada bisnis, di situ ada perputaran uang, di situ ada
yang tadinya tidak punya penghasilan, tiba-tiba punya penghasilan. Ini artinya apa?
Artinya manfaatnya besar sekali bagi rakyat sekitar,” imbuh Sudaryono.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, PLN terus berupaya
menggenjot pemanfaatan EBT sebagai bagian dari upaya dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan di Indonesia. Upaya ini searah dengan target pemerintah untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) di tahun 2060. Di sisi lain juga membawa dampak positif langsung untuk masyarakat.

“Dulu ketersedian pasokan biomassa untuk co-fi ring menjadi tantangan bagi kami. Sekarang, dengan kolaborasi dari berbagai pihak, program ini tidak hanya mampu memanfaatkan lahan kritis dan tidak produktif, tapi juga mampu menghadirkan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan daerah, dan menggerakkan ekonomi kerakyatan sirkuler,” ujar Darmawan.

Darmawan memaparkan, guna memastikan kecukupan bahan baku biomassa, dibutuhkan upaya terintegrasi. Untuk itu, PLN mengembangkan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu. Program ini melibatkan masyarakat untuk mengolah lahan kritis menjadi produktif.

“Dengan kekuatan kolaborasi ini, Kementerian Pertanian dan PLN tidak hanya sukses, tetapi juga membawa kesejahteraan dan berkah.

Kesuksesan ini akan diduplikasikan di lokasi lainnya, sehingga akan membawa manfaat yang lebih masif lagi,” lanjut Darmawan. Sebelum di Tasikmalaya, program ini telah sukses diimplementasikan di Cilacap dengan luas lahan 106 hektare, dan di Gunungkidul dengan luas 30 hektare.

Sementara itu, Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara, mengungkapkan bahwa biomassa yang digunakan PLN EPI untuk memenuhi kebutuhan cofi ring sebagian besar berasal dari limbah pertanian dan perkebunan. Karena kebutuhannya terus meningkat, pihaknya mengajak masyarakat Kabupaten Tasikmalaya untuk memanfaatkan peluang ini mendulang pendapatan ekonomi.

“Program pengembangan ekosistem biomassa di Tasikmalaya ini, dilakukan dengan penanaman tanaman indigofera sebanyak 100 ribu buah. PLN EPI juga akan menyerahkan 205 ekor domba untuk dibudidayakan. Sebelumnya juga telah dilakukan pelatihan budi daya, sehingga masyarakat dapat memanfaatkannya,” ungkapnya.

Iwan juga menyampaikan bahwa penanaman tanaman energi ini dilakukan dengan sistem tumpang sari berupa cabai, tomat, dan timun. Sehingga selain dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak dan bahan baku biomassa, juga dapat digunakan untuk penghasilan tambahan masyarakat.

“Dengan adanya program ini, PLN berharap dapat membangun ekosistem biomassa yang berkelanjutan, di mana batang dan ranting tanaman energi dimanfaatkan untuk bahan baku biomassa. Sedangkan daunnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, serta cabai, tomat, dan timunnya dapat dijual sebagai tambahan penghasilan,” imbuh Iwan.

Sampai dengan triwulan III 2024, PLN EPI telah berhasil memanfaatkan biomassa untuk co-fi ring di 46 PLTU sebesar 3 juta ton. Jumlah ini, kata Iwan, bakal ditingkatkan menjadi 10 juta ton di tahun 2025 guna memenuhi kebutuhan biomassa di 52 PLTU milik PLN. (kls/uyi/b15/ens)

TASIKMALAYA – PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Energi Primer Indonesia (PLN
EPI) meresmikan program pengembangan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan dan pertanian terpadu di lahan kritis seluas 100 hektare di Desa Bojongkapol, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Kamis (26/9).

Program yang melibatkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan biomassa untuk co-fi ring Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak hanya akan meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) saja, tetapi juga akan meningkatkan perekonomian masyarakat.

Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, yang turut hadir meresmikan program pengembangan ekosistem biomassa menyambut baik inisiatif PLN dalam memberdayakan masyarakat untuk mengembangkan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan. Pihaknya pun siap bersinergi dengan PLN untuk memastikan keberhasilan program seperti memberikan pembinaan, menghadirkan penyuluh sehingga program betul-betul diterima oleh masyarakat.

”Kami dari Kementerian Pertanian siap bersinergi, siap mendorong, siap membantu,
siap menempatkan orang. Apapun yang baik buat rakyat, kita siap jiwa raga untuk rakyat,” kata Sudaryono dalam sambutannya.

Sudaryono juga mengapresiasi upaya PLN yang tidak hanya berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

“Ini inisiasi yang sangat baik. Tentu saja selain terkait urusan renewable energy, ini mengandung nilai ekonomi, Di situ ada bisnis, di situ ada perputaran uang, di situ ada
yang tadinya tidak punya penghasilan, tiba-tiba punya penghasilan. Ini artinya apa?
Artinya manfaatnya besar sekali bagi rakyat sekitar,” imbuh Sudaryono.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, PLN terus berupaya
menggenjot pemanfaatan EBT sebagai bagian dari upaya dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan di Indonesia. Upaya ini searah dengan target pemerintah untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) di tahun 2060. Di sisi lain juga membawa dampak positif langsung untuk masyarakat.

“Dulu ketersedian pasokan biomassa untuk co-fi ring menjadi tantangan bagi kami. Sekarang, dengan kolaborasi dari berbagai pihak, program ini tidak hanya mampu memanfaatkan lahan kritis dan tidak produktif, tapi juga mampu menghadirkan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan daerah, dan menggerakkan ekonomi kerakyatan sirkuler,” ujar Darmawan.

Darmawan memaparkan, guna memastikan kecukupan bahan baku biomassa, dibutuhkan upaya terintegrasi. Untuk itu, PLN mengembangkan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu. Program ini melibatkan masyarakat untuk mengolah lahan kritis menjadi produktif.

“Dengan kekuatan kolaborasi ini, Kementerian Pertanian dan PLN tidak hanya sukses, tetapi juga membawa kesejahteraan dan berkah.

Kesuksesan ini akan diduplikasikan di lokasi lainnya, sehingga akan membawa manfaat yang lebih masif lagi,” lanjut Darmawan. Sebelum di Tasikmalaya, program ini telah sukses diimplementasikan di Cilacap dengan luas lahan 106 hektare, dan di Gunungkidul dengan luas 30 hektare.

Sementara itu, Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara, mengungkapkan bahwa biomassa yang digunakan PLN EPI untuk memenuhi kebutuhan cofi ring sebagian besar berasal dari limbah pertanian dan perkebunan. Karena kebutuhannya terus meningkat, pihaknya mengajak masyarakat Kabupaten Tasikmalaya untuk memanfaatkan peluang ini mendulang pendapatan ekonomi.

“Program pengembangan ekosistem biomassa di Tasikmalaya ini, dilakukan dengan penanaman tanaman indigofera sebanyak 100 ribu buah. PLN EPI juga akan menyerahkan 205 ekor domba untuk dibudidayakan. Sebelumnya juga telah dilakukan pelatihan budi daya, sehingga masyarakat dapat memanfaatkannya,” ungkapnya.

Iwan juga menyampaikan bahwa penanaman tanaman energi ini dilakukan dengan sistem tumpang sari berupa cabai, tomat, dan timun. Sehingga selain dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak dan bahan baku biomassa, juga dapat digunakan untuk penghasilan tambahan masyarakat.

“Dengan adanya program ini, PLN berharap dapat membangun ekosistem biomassa yang berkelanjutan, di mana batang dan ranting tanaman energi dimanfaatkan untuk bahan baku biomassa. Sedangkan daunnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, serta cabai, tomat, dan timunnya dapat dijual sebagai tambahan penghasilan,” imbuh Iwan.

Sampai dengan triwulan III 2024, PLN EPI telah berhasil memanfaatkan biomassa untuk co-fi ring di 46 PLTU sebesar 3 juta ton. Jumlah ini, kata Iwan, bakal ditingkatkan menjadi 10 juta ton di tahun 2025 guna memenuhi kebutuhan biomassa di 52 PLTU milik PLN. (kls/uyi/b15/ens)

Artikel Terkait