Jumat, November 22, 2024
24.6 C
Palangkaraya

Ketika Pedagang Meraup Berkah saat Pembukaan MTQ Korpri Nasional

Acara Makin Meriah, Omzet Bertambah

BANYAK pedagang kaki lima (PKL) berjejer di sekitar halaman Kantor Gubernur Kalteng. Memenuhi kanan-kiri jalan dengan berbagai stan yang menjajakan makanan dan mainan. Salah satunya adalah Nurul Fita Sari. Perempuan yang akrab disapa Mama Ayu itu sehari-hari berjualan di Bundaran Seth Adji atau Bundaran Sampah. Sebagai penjual minuman dan sosis, ia dan pedagang lainnya menganggap tiap acara besar sebagai kesempatan emas untuk meningkatkan penghasilan.

Para pedagang ini tidak memiliki platform besar untuk mempromosikan dagangan. Mereka mengandalkan informasi dari akun Instagram seperti @Infoplk, grup WhatsApp khusus pedagang, dan unggahan di story WhatsApp dari rekan-rekan.

Grup WhatsApp ini umumnya dibagi berdasarkan lokasi jualan, seperti Bundaran Seth Adji, pasar malam, atau area KONI. Namun anggotanya seringkali bercampur, sehingga informasi tentang acara atau lokasi jualan cepat tersebar.

“Kami biasanya dapat info dari Instagram, lalu ada yang membagikannya ke grup. Kalau ada acara besar, pamfletnya juga dibagikan, jadi kami tahu,” ucap Mama Ayu saat diwawancarai Kalteng Pos, Senin malam (4/11/2024). Dengan sistem ini, para pedagang bisa bersiap lebih awal, membawa stok lebih banyak, atau mencari lokasi strategis yang diharapkan meningkatkan penghasilan.

Baca Juga :  Peran Pengawas Pemilu Sangat Penting

Mama Ayu mengatakan, acara besar seperti pembukaan MTQ Korpri Nasional atau acara besar lainnya yang digelar di Bundaran Besar umumnya disertai lonjakan pengunjung, yang berdampak pada peningkatan penghasilan.

“Alhamdulillah, kalau ada acara besar, pendapatan meningkat. Banyak masyarakat yang datang, jadi hasilnya terasa,” tuturnya.

Keuntungan lain adalah kebebasan berjualan di sekitar lokasi acara tanpa biaya tambahan, kecuali biaya listrik. “Kami tidak dipungut biaya jualan, paling hanya bayar sewa lampu,” tambahnya.

Selain informasi dari media sosial, para PKL juga saling terhubung melalui grup WhatsApp yang beranggota pedagang dengan lokasi jualan yang sama. Grup ini dikelola sendiri oleh para pedagang yang bertanggung jawab untuk berbagi info acara atau peluang berjualan. Berkat grup ini, komunikasi menjadi lebih mudah, dan mereka bisa langsung bersiap saat ada acara.

“Selagi ada informasi dan tempat untuk berjualan, kami datang,” ujar Mama Ayu. Kebebasan lokasi acara yang tidak dibatasi, memungkinkan mereka berjualan selama ada tempat kosong.

Mama Ayu dan pedagang lainnya berharap ke depan pemerintah dapat menyediakan lokasi yang lebih tertata bagi PKL di Palangka Raya. Mereka ingin lokasi seperti Pelabuhan Rambang tertata rapi dan nyaman bagi pedagang maupun pengunjung.

Baca Juga :  Bentuk Solidaritas ke Sesama, Astra Agro Gelar Aksi Donor Darah

“Semoga ke depannya ada tempat yang lebih bagus dan lebih tertata, seperti di Bundaran Besar,” harapnya. Penambahan fasilitas dan lokasi khusus akan memberikan kenyamanan bagi pedagang sekaligus menjaga keindahan kota.

Bambang, pedagang lain yang sering berjualan di acara-acara besar, memiliki harapan sederhana: penghasilan tambahan.

“Kalau ada acara dan boleh jualan, kami ikut saja. Semoga ke depan penghasilan bisa bertambah,” ungkapnya.

Berbeda dengan Mama Ayu, Bambang tidak bergabung dalam grup WhatsApp. Ia mendapat informasi secara lisan dari rekan sesama pedagang di SDN 1 Menteng.

“Tidak ada aturan harus masuk grup WhatsApp, jadi saya tidak bergabung. Namun kalau teman beri tahu, saya datang. Selama ada tempat dan diizinkan berjualan, saya langsung buka lapak,” jelasnya.

Dalam suasana acara besar di Palangka Raya, para PKL terus mencari peluang untuk mengais rezeki. Dengan informasi yang mudah diakses dan lokasi yang lebih tertata, mereka berharap bisa terus mendukung perekonomian lokal dan memeriahkan tiap acara besar yang digelar. (*/ce/ala)

BANYAK pedagang kaki lima (PKL) berjejer di sekitar halaman Kantor Gubernur Kalteng. Memenuhi kanan-kiri jalan dengan berbagai stan yang menjajakan makanan dan mainan. Salah satunya adalah Nurul Fita Sari. Perempuan yang akrab disapa Mama Ayu itu sehari-hari berjualan di Bundaran Seth Adji atau Bundaran Sampah. Sebagai penjual minuman dan sosis, ia dan pedagang lainnya menganggap tiap acara besar sebagai kesempatan emas untuk meningkatkan penghasilan.

Para pedagang ini tidak memiliki platform besar untuk mempromosikan dagangan. Mereka mengandalkan informasi dari akun Instagram seperti @Infoplk, grup WhatsApp khusus pedagang, dan unggahan di story WhatsApp dari rekan-rekan.

Grup WhatsApp ini umumnya dibagi berdasarkan lokasi jualan, seperti Bundaran Seth Adji, pasar malam, atau area KONI. Namun anggotanya seringkali bercampur, sehingga informasi tentang acara atau lokasi jualan cepat tersebar.

“Kami biasanya dapat info dari Instagram, lalu ada yang membagikannya ke grup. Kalau ada acara besar, pamfletnya juga dibagikan, jadi kami tahu,” ucap Mama Ayu saat diwawancarai Kalteng Pos, Senin malam (4/11/2024). Dengan sistem ini, para pedagang bisa bersiap lebih awal, membawa stok lebih banyak, atau mencari lokasi strategis yang diharapkan meningkatkan penghasilan.

Baca Juga :  Peran Pengawas Pemilu Sangat Penting

Mama Ayu mengatakan, acara besar seperti pembukaan MTQ Korpri Nasional atau acara besar lainnya yang digelar di Bundaran Besar umumnya disertai lonjakan pengunjung, yang berdampak pada peningkatan penghasilan.

“Alhamdulillah, kalau ada acara besar, pendapatan meningkat. Banyak masyarakat yang datang, jadi hasilnya terasa,” tuturnya.

Keuntungan lain adalah kebebasan berjualan di sekitar lokasi acara tanpa biaya tambahan, kecuali biaya listrik. “Kami tidak dipungut biaya jualan, paling hanya bayar sewa lampu,” tambahnya.

Selain informasi dari media sosial, para PKL juga saling terhubung melalui grup WhatsApp yang beranggota pedagang dengan lokasi jualan yang sama. Grup ini dikelola sendiri oleh para pedagang yang bertanggung jawab untuk berbagi info acara atau peluang berjualan. Berkat grup ini, komunikasi menjadi lebih mudah, dan mereka bisa langsung bersiap saat ada acara.

“Selagi ada informasi dan tempat untuk berjualan, kami datang,” ujar Mama Ayu. Kebebasan lokasi acara yang tidak dibatasi, memungkinkan mereka berjualan selama ada tempat kosong.

Mama Ayu dan pedagang lainnya berharap ke depan pemerintah dapat menyediakan lokasi yang lebih tertata bagi PKL di Palangka Raya. Mereka ingin lokasi seperti Pelabuhan Rambang tertata rapi dan nyaman bagi pedagang maupun pengunjung.

Baca Juga :  Bentuk Solidaritas ke Sesama, Astra Agro Gelar Aksi Donor Darah

“Semoga ke depannya ada tempat yang lebih bagus dan lebih tertata, seperti di Bundaran Besar,” harapnya. Penambahan fasilitas dan lokasi khusus akan memberikan kenyamanan bagi pedagang sekaligus menjaga keindahan kota.

Bambang, pedagang lain yang sering berjualan di acara-acara besar, memiliki harapan sederhana: penghasilan tambahan.

“Kalau ada acara dan boleh jualan, kami ikut saja. Semoga ke depan penghasilan bisa bertambah,” ungkapnya.

Berbeda dengan Mama Ayu, Bambang tidak bergabung dalam grup WhatsApp. Ia mendapat informasi secara lisan dari rekan sesama pedagang di SDN 1 Menteng.

“Tidak ada aturan harus masuk grup WhatsApp, jadi saya tidak bergabung. Namun kalau teman beri tahu, saya datang. Selama ada tempat dan diizinkan berjualan, saya langsung buka lapak,” jelasnya.

Dalam suasana acara besar di Palangka Raya, para PKL terus mencari peluang untuk mengais rezeki. Dengan informasi yang mudah diakses dan lokasi yang lebih tertata, mereka berharap bisa terus mendukung perekonomian lokal dan memeriahkan tiap acara besar yang digelar. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/