DUDUK santai di studionya, Eko Yes mengenang perjalanan panjangnya yang dimulai sejak awal tahun 90-an. Rasa ingin tahunya yang besar terhadap kekayaan alam Kalimantan Tengah mendorongnya untuk menelusuri setiap sudut wilayah ini. Pada masa itu, infrastruktur jalan masih sangat terbatas, sehingga satu-satunya cara untuk mencapai daerah pelosok adalah melalui transportasi air.
“Dulu belum ada jalan seperti sekarang. Jadi ya, kelilingnya pakai perahu kecil,” ujarnya, mengenang masa-masa itu.
Dari perjalanan tersebut, Eko menemukan keindahan unik, tidak hanya dari alam, tetapi juga dari kekayaan budaya lokal. Keingintahuannya akan budaya Kalimantan membuatnya mendalami berbagai tarian tradisional, yang kemudian menjadi inspirasi dalam karyanya. “Dari situ, saya mulai melukis secara realis, mengabadikan apa yang saya temukan dengan detail,” jelasnya.
Tak hanya berfokus di Kalimantan Tengah, Eko juga pernah membawa karya-karyanya ke tingkat nasional. Pada tahun 1996, ia berkesempatan mengikuti pameran seni di Papua, memperkenalkan budaya Kalimantan Tengah melalui lukisan-lukisannya.
“Waktu itu karya saya menarik perhatian. Orang di Papua melihat bahwa Kalimantan Tengah juga punya kekayaan budaya yang luar biasa,” ungkapnya bangga.
Pengalaman tersebut memperluas wawasannya mengenai keberagaman Indonesia dan memperkuat semangatnya untuk terus berkarya demi melestarikan budaya lokal.
Ketika ditanya mengenai proses penciptaan karyanya, Eko menjelaskan bahwa lukisan realisnya dahulu membutuhkan waktu riset yang cukup lama. Setiap detail diperhitungkan, mulai dari warna hingga objek yang dilukis.
“Kalau lukisan lama, bisa selesai dalam satu minggu,” katanya sambil menunjuk sebuah karya lama yang masih diminati banyak orang.
“Namun, karya-karya terbaru saya sekarang lebih ekspresif dan spontan,” lanjutnya. Kini, ia lebih sering menggunakan cat akrilik karena fleksibilitasnya dan lebih sesuai dengan gaya ekspresif yang ia kembangkan belakangan ini.
Pria kelahiran tahun 1955 ini pun tidak ragu bereksperimen dalam proses berkarya. Beberapa karya terbarunya bahkan mengikuti perkembangan zaman.
“Anak-anak zaman sekarang kan suka berfoto, jadi di galeri seni ini saya juga menyediakan spot-spot foto yang menarik. Saya membuat lukisan dengan cat yang menyala dalam gelap atau glow in the dark, sehingga ketika terkena cahaya, lukisannya akan bersinar,” terangnya sambil menunjukkan salah satu karyanya.
Dalam perjalanan artistiknya yang telah berlangsung puluhan tahun, Eko mengaku bahwa Kalimantan Tengah selalu menjadi sumber inspirasinya. Meski berasal dari Jawa, kecintaannya terhadap Kalimantan tumbuh seiring waktu, dan ia berharap karya-karyanya dapat memberi dampak positif bagi masyarakat setempat.
“Saya ingin masyarakat lebih mengenal alam dan budaya mereka sendiri, agar kita bisa lebih menghargai apa yang kita miliki,” ujarnya penuh harap.
Eko juga memperhatikan teknik dan kualitas bahan dalam setiap karyanya. Ia menggunakan cat minyak agar lukisan-lukisannya lebih tahan lama. “Kalau pakai cat minyak, lukisan bisa bertahan puluhan tahun, asal dirawat dengan baik agar tidak berjamur,” jelasnya.
Baginya, prinsip keawetan ini penting karena ia ingin karyanya bisa diwariskan dan dinikmati generasi mendatang.
Eko Yes, dengan karya-karyanya yang merefleksikan alam dan budaya Kalimantan Tengah, menjadi bukti nyata bahwa seni bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini. Semangatnya yang tak pernah padam untuk terus berkarya dan menggali budaya lokal menjadikannya sosok inspiratif, terutama bagi generasi muda yang ingin lebih dekat mengenal identitas budaya mereka. (*/ala)