Rabu, Desember 25, 2024
24.3 C
Palangkaraya

Penting! Inilah Tanda-Tanda Tubuh Anda Kelebihan Gula

DI era modern ini, konsumsi gula telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pola makan sehari-hari.

Namun, tahukah Anda bahwa kelebihan konsumsi gula dapat memicu berbagai masalah kesehatan?

Banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa tubuh mereka memberikan sinyal ketika mengalami overdosis gula.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang perlu diperhatikan, disertai penjelasan lebih mendalam:

PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA (PAFI) DENPASAR

Klik Info lengkap soal Pafi Denpasar 

Alamat : Jl. Gatot Subroto Timur No. 777 Denpasar
Kota Denpasar, Bali

Email: admin.pafipckotadenpasar@gmail.com
Telp: 021-4211186
Fax: 021-4211794

 

Mudah Lapar dan Berat Badan Meningkat

Salah satu gejala paling umum dari kelebihan gula adalah rasa lapar yang terus-menerus. Gula sederhana yang banyak terkandung dalam makanan manis cepat dicerna, sehingga tubuh tidak mendapatkan rasa kenyang yang bertahan lama.

Selain itu, lonjakan kadar gula darah akibat konsumsi gula berlebih memicu peningkatan produksi insulin. Ketika insulin menurun secara drastis, tubuh merasa membutuhkan lebih banyak makanan, terutama yang manis.

Baca Juga :  Minat ke Posyandu Turun Selama Pandemi Covid-19

Jika pola makan ini terus berlangsung, kalori berlebih akan disimpan sebagai lemak, menyebabkan kenaikan berat badan dan meningkatkan risiko obesitas.

 

Perubahan Suasana Hati

Fluktuasi kadar gula darah memengaruhi stabilitas suasana hati. Lonjakan energi dari gula dapat membuat seseorang merasa penuh semangat untuk sementara waktu, tetapi begitu kadar gula turun, tubuh merasa lelah dan emosi menjadi tidak stabil.

Ini juga memengaruhi produksi hormon stres seperti kortisol, yang dapat memperburuk suasana hati. Akibatnya, seseorang menjadi mudah tersinggung, cemas, atau bahkan mengalami gejala depresi ringan.

 

Kelelahan dan Lemas

Meski gula memberikan energi instan, efek ini tidak berlangsung lama. Saat kadar gula darah turun, tubuh merasa kehabisan tenaga, menciptakan rasa lemas yang berkepanjangan.

Kondisi ini dikenal sebagai “sugar crash.” Jika dibiarkan, kelelahan kronis dapat mengganggu produktivitas dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Baca Juga :  Ciptakan Inovasi, Capai Eliminasi, Wujudkan Indonesia Bebas Malaria

 

Mengidam Makanan Manis

Konsumsi gula berlebih dapat menciptakan lingkaran kecanduan. Gula merangsang pelepasan dopamin, neurotransmitter yang terkait dengan rasa senang, di otak. Ketika kadar dopamin turun, tubuh secara alami mencari sumber lain untuk meningkatkan perasaan tersebut, yaitu makanan manis.

Ketergantungan ini bisa memperburuk asupan gula harian dan membuat tubuh semakin sulit untuk melepaskan diri dari pola makan yang tidak sehat.

 

Kulit Berjerawat dan Keriput

Proses glikasi yang disebabkan oleh konsumsi gula tinggi merusak kolagen dan elastin, dua protein utama yang menjaga kulit tetap kencang dan elastis. Akibatnya, kulit lebih cepat mengalami tanda-tanda penuaan seperti keriput.

 

Selain itu, kadar gula yang tinggi memicu peradangan, yang dapat meningkatkan produksi minyak di kulit dan menyebabkan jerawat.(jpc)

DI era modern ini, konsumsi gula telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pola makan sehari-hari.

Namun, tahukah Anda bahwa kelebihan konsumsi gula dapat memicu berbagai masalah kesehatan?

Banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa tubuh mereka memberikan sinyal ketika mengalami overdosis gula.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang perlu diperhatikan, disertai penjelasan lebih mendalam:

PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA (PAFI) DENPASAR

Klik Info lengkap soal Pafi Denpasar 

Alamat : Jl. Gatot Subroto Timur No. 777 Denpasar
Kota Denpasar, Bali

Email: admin.pafipckotadenpasar@gmail.com
Telp: 021-4211186
Fax: 021-4211794

 

Mudah Lapar dan Berat Badan Meningkat

Salah satu gejala paling umum dari kelebihan gula adalah rasa lapar yang terus-menerus. Gula sederhana yang banyak terkandung dalam makanan manis cepat dicerna, sehingga tubuh tidak mendapatkan rasa kenyang yang bertahan lama.

Selain itu, lonjakan kadar gula darah akibat konsumsi gula berlebih memicu peningkatan produksi insulin. Ketika insulin menurun secara drastis, tubuh merasa membutuhkan lebih banyak makanan, terutama yang manis.

Baca Juga :  Minat ke Posyandu Turun Selama Pandemi Covid-19

Jika pola makan ini terus berlangsung, kalori berlebih akan disimpan sebagai lemak, menyebabkan kenaikan berat badan dan meningkatkan risiko obesitas.

 

Perubahan Suasana Hati

Fluktuasi kadar gula darah memengaruhi stabilitas suasana hati. Lonjakan energi dari gula dapat membuat seseorang merasa penuh semangat untuk sementara waktu, tetapi begitu kadar gula turun, tubuh merasa lelah dan emosi menjadi tidak stabil.

Ini juga memengaruhi produksi hormon stres seperti kortisol, yang dapat memperburuk suasana hati. Akibatnya, seseorang menjadi mudah tersinggung, cemas, atau bahkan mengalami gejala depresi ringan.

 

Kelelahan dan Lemas

Meski gula memberikan energi instan, efek ini tidak berlangsung lama. Saat kadar gula darah turun, tubuh merasa kehabisan tenaga, menciptakan rasa lemas yang berkepanjangan.

Kondisi ini dikenal sebagai “sugar crash.” Jika dibiarkan, kelelahan kronis dapat mengganggu produktivitas dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Baca Juga :  Ciptakan Inovasi, Capai Eliminasi, Wujudkan Indonesia Bebas Malaria

 

Mengidam Makanan Manis

Konsumsi gula berlebih dapat menciptakan lingkaran kecanduan. Gula merangsang pelepasan dopamin, neurotransmitter yang terkait dengan rasa senang, di otak. Ketika kadar dopamin turun, tubuh secara alami mencari sumber lain untuk meningkatkan perasaan tersebut, yaitu makanan manis.

Ketergantungan ini bisa memperburuk asupan gula harian dan membuat tubuh semakin sulit untuk melepaskan diri dari pola makan yang tidak sehat.

 

Kulit Berjerawat dan Keriput

Proses glikasi yang disebabkan oleh konsumsi gula tinggi merusak kolagen dan elastin, dua protein utama yang menjaga kulit tetap kencang dan elastis. Akibatnya, kulit lebih cepat mengalami tanda-tanda penuaan seperti keriput.

 

Selain itu, kadar gula yang tinggi memicu peradangan, yang dapat meningkatkan produksi minyak di kulit dan menyebabkan jerawat.(jpc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/