Senin, Februari 3, 2025
30.8 C
Palangkaraya

Harga TBS Tetap Tinggi, Petani Sawit Lokal Kalteng Diuntungkan  

PALANGKA RAYA-Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kalimantan Tengah (Kalteng) terus menunjukkan tren positif.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (Lohsar) Achmad Sugianor mengungkapkan, harga TBS di Kalteng saat ini masih lebih tinggi dibandingkan dua provinsi penghasil kelapa sawit lainnya di Kalimantan, yakni Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

“TBS Kalteng masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan harga TBS di Kalbar dan Kaltim. Ini menjadi kabar baik bagi pekebun mitra di wilayah kita,” ujarnya.

 

Berdasarkan data realisasi kontrak penjualan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) hingga 15 November 2025, harga CPO ditetapkan sebesar Rp14.154,91 per kilogram, sementara PK berada di angka Rp11.017,52 per kilogram dengan indeks K sebesar 91,58 persen.

“Harga TBS pekebun mitra untuk periode I Januari 2025 pun bervariasi, tergantung umur tanaman,” sebutnya.

 

Untuk tanaman berumur tiga tahun, harga TBS ditetapkan Rp2.458,42 per kilogram, sementara untuk tanaman berumur 10-20 tahun, harga mencapai Rp3.362,36 per kilogram.

Baca Juga :  Catat! PT BMB Tak Pernah Berkhianat kepada Cornelis

Sugianor menegaskan bahwa harga ini telah dihitung secara wajar dan diharapkan dapat diterima oleh pekebun mitra.

 

Kepala BPS Provinsi Kalimantan Tengah, Agnes Widiastuti, menyoroti pentingnya sektor perkebunan sebagai penopang ekonomi Kalteng.

Pada 2023, subsektor perkebunan menyumbang 14,66 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi, sementara sektor industri pengolahan, yang didominasi industri kelapa sawit, berkontribusi sebesar 15,56 persen.

 

“Kelapa sawit memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi, baik dalam menciptakan lapangan kerja, menyumbang devisa, maupun mendukung mitigasi perubahan iklim. Data statistik yang dikumpulkan oleh Dinas Perkebunan sangat membantu BPS dalam memotret perkembangan subsektor ini,” jelasnya.

 

Agnes juga menekankan pentingnya kolaborasi antara BPS dan Dinas Perkebunan dalam pengumpulan data sektoral, seperti publikasi data produksi dan harga TBS serta CPO, yang menjadi pendukung utama survei Industri Besar dan Sedang (IBS).

 

“Kami berharap kolaborasi ini terus berjalan, dan dukungan dari Dinas Perkebunan semakin kuat untuk mengimbau perusahaan perkebunan dan pabrik kelapa sawit (PKS) agar berkontribusi dalam survei BPS,” tambahnya.

Baca Juga :  Tempat Baru untuk Bersantai dan Bersilaturahmi

 

Plt. Sekretaris Dinas Perkebunan, Muhamad Rusan, menegaskan bahwa Kalimantan Tengah memiliki potensi besar dalam subsektor perkebunan, terutama kelapa sawit. Dengan luas lahan kelapa sawit terbesar ketiga di Indonesia, setelah Riau dan Kalimantan Barat, Kalteng menjadi salah satu penopang utama ekonomi nasional.

 

“Kelapa sawit berperan penting dalam pembangunan ekonomi kita. Tidak hanya menyumbang devisa, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan membantu upaya mitigasi perubahan iklim,” katanya.

 

Selain kelapa sawit, Rusan juga menyebutkan potensi komoditas perkebunan lainnya di Kalteng, seperti karet, kelapa dalam, kakao, dan kopi. Ia optimis subsektor perkebunan akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya permintaan global terhadap produk-produk perkebunan.

 

“Melalui penetapan harga yang transparan dan kolaborasi dengan berbagai pihak, kita tentu berkomitmen untuk terus mengembangkan subsektor perkebunan di Kalteng. Harga TBS yang tinggi tidak hanya memberikan keuntungan bagi pekebun, tetapi juga memperkuat ekonomi daerah secara keseluruhan,” pungkasnya. (zia/ala)

PALANGKA RAYA-Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kalimantan Tengah (Kalteng) terus menunjukkan tren positif.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (Lohsar) Achmad Sugianor mengungkapkan, harga TBS di Kalteng saat ini masih lebih tinggi dibandingkan dua provinsi penghasil kelapa sawit lainnya di Kalimantan, yakni Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

“TBS Kalteng masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan harga TBS di Kalbar dan Kaltim. Ini menjadi kabar baik bagi pekebun mitra di wilayah kita,” ujarnya.

 

Berdasarkan data realisasi kontrak penjualan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) hingga 15 November 2025, harga CPO ditetapkan sebesar Rp14.154,91 per kilogram, sementara PK berada di angka Rp11.017,52 per kilogram dengan indeks K sebesar 91,58 persen.

“Harga TBS pekebun mitra untuk periode I Januari 2025 pun bervariasi, tergantung umur tanaman,” sebutnya.

 

Untuk tanaman berumur tiga tahun, harga TBS ditetapkan Rp2.458,42 per kilogram, sementara untuk tanaman berumur 10-20 tahun, harga mencapai Rp3.362,36 per kilogram.

Baca Juga :  Catat! PT BMB Tak Pernah Berkhianat kepada Cornelis

Sugianor menegaskan bahwa harga ini telah dihitung secara wajar dan diharapkan dapat diterima oleh pekebun mitra.

 

Kepala BPS Provinsi Kalimantan Tengah, Agnes Widiastuti, menyoroti pentingnya sektor perkebunan sebagai penopang ekonomi Kalteng.

Pada 2023, subsektor perkebunan menyumbang 14,66 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi, sementara sektor industri pengolahan, yang didominasi industri kelapa sawit, berkontribusi sebesar 15,56 persen.

 

“Kelapa sawit memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi, baik dalam menciptakan lapangan kerja, menyumbang devisa, maupun mendukung mitigasi perubahan iklim. Data statistik yang dikumpulkan oleh Dinas Perkebunan sangat membantu BPS dalam memotret perkembangan subsektor ini,” jelasnya.

 

Agnes juga menekankan pentingnya kolaborasi antara BPS dan Dinas Perkebunan dalam pengumpulan data sektoral, seperti publikasi data produksi dan harga TBS serta CPO, yang menjadi pendukung utama survei Industri Besar dan Sedang (IBS).

 

“Kami berharap kolaborasi ini terus berjalan, dan dukungan dari Dinas Perkebunan semakin kuat untuk mengimbau perusahaan perkebunan dan pabrik kelapa sawit (PKS) agar berkontribusi dalam survei BPS,” tambahnya.

Baca Juga :  Tempat Baru untuk Bersantai dan Bersilaturahmi

 

Plt. Sekretaris Dinas Perkebunan, Muhamad Rusan, menegaskan bahwa Kalimantan Tengah memiliki potensi besar dalam subsektor perkebunan, terutama kelapa sawit. Dengan luas lahan kelapa sawit terbesar ketiga di Indonesia, setelah Riau dan Kalimantan Barat, Kalteng menjadi salah satu penopang utama ekonomi nasional.

 

“Kelapa sawit berperan penting dalam pembangunan ekonomi kita. Tidak hanya menyumbang devisa, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan membantu upaya mitigasi perubahan iklim,” katanya.

 

Selain kelapa sawit, Rusan juga menyebutkan potensi komoditas perkebunan lainnya di Kalteng, seperti karet, kelapa dalam, kakao, dan kopi. Ia optimis subsektor perkebunan akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya permintaan global terhadap produk-produk perkebunan.

 

“Melalui penetapan harga yang transparan dan kolaborasi dengan berbagai pihak, kita tentu berkomitmen untuk terus mengembangkan subsektor perkebunan di Kalteng. Harga TBS yang tinggi tidak hanya memberikan keuntungan bagi pekebun, tetapi juga memperkuat ekonomi daerah secara keseluruhan,” pungkasnya. (zia/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/