Selasa, April 22, 2025
28.3 C
Palangkaraya

Warna-Warni Nusantara Meriahkan Hari Kartini di SDN 6 Palangka Raya

PALANGKA RAYA-Pagi itu, halaman Sekolah Dasar Negeri (SDN) 6 Palangka tampak berbeda. Jika umumnya deretan murid mengenakan seragam merah putih, Senin pagi (21/4/2025) mereka hadir dalam balutan kebaya, batik, dan pakaian adat dari berbagai daerah.

Suasana berubah meriah, penuh warna, dan diselimuti semangat nan hangat. Bukan semata karena sinar matahari, melainkan karena antusiasme anak-anak yang memperingati Hari Kartini dengan cara yang istimewa. Berlokasi di Jalan Tjilik Riwut Km 1, Palangka Raya, sekolah ini menggelar upacara bendera seperti biasa.

Namun, kali ini tak ada barisan seragam. Yang tampak justru deretan siswi dalam balutan kebaya anggun dan sanggul kecil di kepala, serta siswa yang mengenakan batik dan pakaian adat khas daerah masing-masing.

Para guru, staf sekolah, hingga kepala sekolah pun turut serta mengenakan busana tradisional, menambah keindahan dan kekayaan suasana. “Hari ini kami ingin anak-anak merasakan langsung makna keberagaman dan semangat perjuangan Kartini.

Bukan sekadar mengenakan baju adat, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga akan budaya dan peran perempuan dalam masyarakat,” ucap salah satu guru dengan senyum bangga. Semangat Raden Ajeng (RA) Kartini, sosok pelopor emansipasi perempuan Indonesia, dihidupkan kembali lewat langkah kecil yang bermakna ini.

Warisannya tak hanya dikenang, tetapi juga diteruskan melalui generasi muda, yang diajarkan sejak dini untuk mencintai budaya dan menghormati kesetaraan. Tawa anak-anak, kain tradisional yang berkibar tertiup angin, serta semangat para guru menciptakan pagi yang bukan hanya berwarna, tetapi juga penuh harapan.

Di antara barisan siswa, tampak anak-anak perempuan dengan rambut yang disanggul rapi, wajah ceria dihiasi senyum malu-malu. Anak-anak laki-laki tidak kalah antusias, mengenakan batik dan pakaian adat yang mencerminkan kekayaan budaya bangsa. Terdengar suara tawa dan langkah kaki kecil yang berderap penuh semangat.

Baca Juga :  FBIM 2024, Walau Hujan Mengguyur Semangat Pemain Sepak Sawut Tak Luntur

Dalam balutan busana tradisional, mereka mengikuti jalannya upacara dengan khidmat dan semangat. Kepala sekolah, para guru, dan staf sekolah pun turut mengenakan pakaian adat, menjadikan halaman sekolah seolah menjadi panggung kecil keberagaman nusantara.

Kepala SDN 6 Palangka, Bayer, mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk penghormatan atas semangat perjuangan R.A Kartini, sekaligus menjadi ajang pembelajaran nilai-nilai kesetaraan dan keberagaman bagi siswa-siswi sejak dini.

“Kartini adalah simbol perjuangan perempuan. Hari ini kami ingin anak-anak tidak hanya mengenalnya lewat buku pelajaran, tetapi juga merasakan makna perjuangannya lewat pengalaman langsung.

Mereka belajar menghargai budaya, belajar percaya diri, dan yang paling penting adalah belajar bahwa perempuan juga bisa menjadi apa pun seperti yang mereka cita-citakan,” ucap Bayer.

Bayer menjelaskan, mengenakan pakaian adat pada hari itu bukanlah instruksi resmi dari dinas pendidikan, melainkan murni inisiatif sekolah yang telah rutin dilaksanakan tiap tahun.

Menurutnya, tradisi ini juga dilaksanakan oleh beberapa sekolah lain di Kota Palangka Raya. “Kami ingin menanamkan semangat Bhinneka Tunggal Ika di lingkungan sekolah. Saat mereka mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah, mereka tidak hanya tampil cantik dan gagah, tetapi juga belajar bahwa Indonesia sangat kaya dan kita harus saling menghormati satu sama lain,” tambahnya.

Bayer juga memberikan pesan kepada seluruh siswa, baik perempuan maupun laki-laki. Ia menekankan pentingnya belajar, berani bermimpi, serta menghormati satu sama lain. “Kalian adalah Kartini-Kartini muda, penerus bangsa. Jangan takut bermimpi besar.

Baca Juga :  Pergi Memancing, Seorang Nenek di Luwuk Kanan Menghilang Misterius

Belajarlah dengan sungguh-sungguh, jadilah perempuan yang mandiri, kuat, dan bisa menjadi pemimpin. Dan untuk anak-anak laki-laki, kalian harus belajar menghargai perempuan, karena kita semua setara,” pungkasnya. Setelah upacara bendera, dilanjutkan dengan kegiatan lain.

Suasana makin meriah dengan digelarnya berbagai lomba seperti fashion show busana adat, estafet sarung, dan lomba melukis bertema Kartini. Anak-anak tampak antusias, bertepuk tangan dan menyemangati satu sama lain. Tak ada persaingan yang tajam, hanya kegembiraan dan kebersamaan yang terpancar dari wajah mereka. Zulfa, siswi kelas 6, tampak percaya diri mengenakan kebaya.

Ia mengaku sangat menikmati momen itu. “Rasanya sekali bisa pakai kebaya hari ini, istimewa. Aku ingin jadi dokter nanti, supaya bisa menolong orang sakit. Itu juga bentuk perjuangan seperti Kartini, menolong orang lain,” ucapnya sambil tersenyum malu-malu. Sementara itu, Putri, teman sekelas Zulfa, tak kalah bangga mengenakan kebaya.

Dengan suara mantap, ia bercerita tentang cita-citanya dan sosok Kartini yang menginspirasinya. “Aku ingin jadi polwan. Kartini itu perempuan yang berani, semangat, dan pantang menyerah.

Aku ingin seperti itu, bisa melindungi orang lain dan tetap kuat meski sebagai perempuan,” ungkapnya penuh keyakinan. Hari itu, anak-anak bukan hanya merayakan Hari Kartini dengan pakaian indah berbagai perlombaan.

Lebih dari itu, ada pembelajaran benih-benih kesetaraan, toleransi, dan semangat juang kepada generasi muda, agar kelak mereka tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, menghargai keberagaman, dan terus membawa obor perjuangan Kartini dalam kehidupan. (ovi/ce/ram)

PALANGKA RAYA-Pagi itu, halaman Sekolah Dasar Negeri (SDN) 6 Palangka tampak berbeda. Jika umumnya deretan murid mengenakan seragam merah putih, Senin pagi (21/4/2025) mereka hadir dalam balutan kebaya, batik, dan pakaian adat dari berbagai daerah.

Suasana berubah meriah, penuh warna, dan diselimuti semangat nan hangat. Bukan semata karena sinar matahari, melainkan karena antusiasme anak-anak yang memperingati Hari Kartini dengan cara yang istimewa. Berlokasi di Jalan Tjilik Riwut Km 1, Palangka Raya, sekolah ini menggelar upacara bendera seperti biasa.

Namun, kali ini tak ada barisan seragam. Yang tampak justru deretan siswi dalam balutan kebaya anggun dan sanggul kecil di kepala, serta siswa yang mengenakan batik dan pakaian adat khas daerah masing-masing.

Para guru, staf sekolah, hingga kepala sekolah pun turut serta mengenakan busana tradisional, menambah keindahan dan kekayaan suasana. “Hari ini kami ingin anak-anak merasakan langsung makna keberagaman dan semangat perjuangan Kartini.

Bukan sekadar mengenakan baju adat, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga akan budaya dan peran perempuan dalam masyarakat,” ucap salah satu guru dengan senyum bangga. Semangat Raden Ajeng (RA) Kartini, sosok pelopor emansipasi perempuan Indonesia, dihidupkan kembali lewat langkah kecil yang bermakna ini.

Warisannya tak hanya dikenang, tetapi juga diteruskan melalui generasi muda, yang diajarkan sejak dini untuk mencintai budaya dan menghormati kesetaraan. Tawa anak-anak, kain tradisional yang berkibar tertiup angin, serta semangat para guru menciptakan pagi yang bukan hanya berwarna, tetapi juga penuh harapan.

Di antara barisan siswa, tampak anak-anak perempuan dengan rambut yang disanggul rapi, wajah ceria dihiasi senyum malu-malu. Anak-anak laki-laki tidak kalah antusias, mengenakan batik dan pakaian adat yang mencerminkan kekayaan budaya bangsa. Terdengar suara tawa dan langkah kaki kecil yang berderap penuh semangat.

Baca Juga :  FBIM 2024, Walau Hujan Mengguyur Semangat Pemain Sepak Sawut Tak Luntur

Dalam balutan busana tradisional, mereka mengikuti jalannya upacara dengan khidmat dan semangat. Kepala sekolah, para guru, dan staf sekolah pun turut mengenakan pakaian adat, menjadikan halaman sekolah seolah menjadi panggung kecil keberagaman nusantara.

Kepala SDN 6 Palangka, Bayer, mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk penghormatan atas semangat perjuangan R.A Kartini, sekaligus menjadi ajang pembelajaran nilai-nilai kesetaraan dan keberagaman bagi siswa-siswi sejak dini.

“Kartini adalah simbol perjuangan perempuan. Hari ini kami ingin anak-anak tidak hanya mengenalnya lewat buku pelajaran, tetapi juga merasakan makna perjuangannya lewat pengalaman langsung.

Mereka belajar menghargai budaya, belajar percaya diri, dan yang paling penting adalah belajar bahwa perempuan juga bisa menjadi apa pun seperti yang mereka cita-citakan,” ucap Bayer.

Bayer menjelaskan, mengenakan pakaian adat pada hari itu bukanlah instruksi resmi dari dinas pendidikan, melainkan murni inisiatif sekolah yang telah rutin dilaksanakan tiap tahun.

Menurutnya, tradisi ini juga dilaksanakan oleh beberapa sekolah lain di Kota Palangka Raya. “Kami ingin menanamkan semangat Bhinneka Tunggal Ika di lingkungan sekolah. Saat mereka mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah, mereka tidak hanya tampil cantik dan gagah, tetapi juga belajar bahwa Indonesia sangat kaya dan kita harus saling menghormati satu sama lain,” tambahnya.

Bayer juga memberikan pesan kepada seluruh siswa, baik perempuan maupun laki-laki. Ia menekankan pentingnya belajar, berani bermimpi, serta menghormati satu sama lain. “Kalian adalah Kartini-Kartini muda, penerus bangsa. Jangan takut bermimpi besar.

Baca Juga :  Pergi Memancing, Seorang Nenek di Luwuk Kanan Menghilang Misterius

Belajarlah dengan sungguh-sungguh, jadilah perempuan yang mandiri, kuat, dan bisa menjadi pemimpin. Dan untuk anak-anak laki-laki, kalian harus belajar menghargai perempuan, karena kita semua setara,” pungkasnya. Setelah upacara bendera, dilanjutkan dengan kegiatan lain.

Suasana makin meriah dengan digelarnya berbagai lomba seperti fashion show busana adat, estafet sarung, dan lomba melukis bertema Kartini. Anak-anak tampak antusias, bertepuk tangan dan menyemangati satu sama lain. Tak ada persaingan yang tajam, hanya kegembiraan dan kebersamaan yang terpancar dari wajah mereka. Zulfa, siswi kelas 6, tampak percaya diri mengenakan kebaya.

Ia mengaku sangat menikmati momen itu. “Rasanya sekali bisa pakai kebaya hari ini, istimewa. Aku ingin jadi dokter nanti, supaya bisa menolong orang sakit. Itu juga bentuk perjuangan seperti Kartini, menolong orang lain,” ucapnya sambil tersenyum malu-malu. Sementara itu, Putri, teman sekelas Zulfa, tak kalah bangga mengenakan kebaya.

Dengan suara mantap, ia bercerita tentang cita-citanya dan sosok Kartini yang menginspirasinya. “Aku ingin jadi polwan. Kartini itu perempuan yang berani, semangat, dan pantang menyerah.

Aku ingin seperti itu, bisa melindungi orang lain dan tetap kuat meski sebagai perempuan,” ungkapnya penuh keyakinan. Hari itu, anak-anak bukan hanya merayakan Hari Kartini dengan pakaian indah berbagai perlombaan.

Lebih dari itu, ada pembelajaran benih-benih kesetaraan, toleransi, dan semangat juang kepada generasi muda, agar kelak mereka tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, menghargai keberagaman, dan terus membawa obor perjuangan Kartini dalam kehidupan. (ovi/ce/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/