Di Perpustakaan Daerah Kalimantan Tengah (Kalteng), ilmu pengetahuan tak sekadar tersimpan di rak-rak buku, tetapi menanti untuk dijelajahi siapa saja yang haus akan cerita, informasi, ataupun sekadar menyepi dan menjauh sejenak dari riuhnya dunia luar.
FITRI SHAFA KAMILA, Palangka Raya
KEBERADAAN perempuan, entah di mana pun kakinya berpijak, harus selalu ada ilmu yang membersamainya. Demikian pula dengan tiap tempat yang menjadi wadah untuk mendapatkan segala bentuk informasi. Salah satunya, melalui perpustakaan yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan dari beragam sumber.
Banyak pilihan buku bacaan yang dapat diakses dan dikaji oleh para pengunjung. Mulai dari buku-buku sosial, hukum, kesehatan, keagamaan, atau sekedar bacaan ringan seperti novel, dongeng, hingga buku-buku fiksi kesukaan anak-anak.
Sama halnya dengan Perpustakaan Daerah Kalteng yang menyediakan beragam buku bacaan bagi penjelajah wawasan. Siapa pun bebas berkunjung dan membaca buku yang telah tersusun rapi di rak-rak dengan kategori masing-masing.Menariknya, berdasarkan data Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Kalteng, secara keseluruhan jumlah pengunjung perpustakaan didominasi pengunjung perempuan.
Data tahun 2010 hingga 2024, jumlah pengunjung perpustakaan mencapai 38.408 orang dan terdaftar sebagai anggota perpustakaan. Pengunjung perempuan mencapai 18.068 orang, sedangkan pengunjung laki-laki hanya berjumlah 8.764 orang.
Perbedaan jumlah yang cukup mencolok itu bukan tanpa sebab. Peningkatan jumlah pembaca perempuan dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Di antaranya fasilitas perpustakaan dan kenyamanan pembaca.
Koordinator Teknologi Informasi (TI) Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispursip) Provinsi Kalteng, Febrianto Amadeus Boediman, menyebut data terkait dominasi pengunjung perempuan dibanding laki-laki baru ia temukan saat peringatan Hari Kartini tahun ini.
Awalnya ia ingin mengetahui seberapa banyak penjunjung perempuan. Setelah mengecek data base, tidak disangka gender perempuan justru mendominasi kunjungan dalam beberapa tahun belakangan.“Saya cukup kaget sekaligus bangga atas minat baca tinggi di perpustakaan lahir dari golongan perempuan,” ucapnya kepada Kalteng Pos, Selasa (22/4/2025).
Menurut Febrianto, para pengunjung perpustakaan yang datang memiliki beragam latar belakang, mulai dari murid sekolah dasar hingga orang dewasa yang telah bekerja. Namun secara umum didominasi kaum pelajar yang masih menempuh pendidikan formal.
Alasan terkuat adalah kebutuhan menyelesaikan tugas sekolah. Sebagian lagi dipengaruhi oleh kebiasaan membaca. Buku yang dipinjam pembaca kalangan perempuan pun beragam, sesuai kategori usia mereka yang berbeda-beda.
Jika melihat dari proporsi bacaan pemustaka terbaik ada sepuluh orang pada tahun lalu yang mendapat penghargaan sebagai pemustaka dari Dinas Perpustakaan Provinsi Kalteng. Setidaknya dari sepuluh orang itu, tujuh di antarnya merupakan perempuan dengan kalangan dan umur yang berbeda.
“Bacaan mereka bervariatif, seperti buku tentang tata cara bercocok tanam, buku tentang ilmu sosial, dan novel,” pungkasnya.Pertumbuhan minat baca yang tinggi di kalangan perempuan mendapat perhatian khusus dinas perpustakaan melalui penyediaan koleksi buku. Kategori buku-buku yang digemari pembaca akan diperbanyak.
Melalui buku yang berinisiasi tentang perempuan dan pemberdayaan perempuan. Ditambah fasilitas yang menunjang kenyamanan bagi para anggota maupun nonanggota yang terdaftar, bisa merasakan keyamanan saat berada dalam perpustakaan.
Upaya penyetaraan fasilitas tidak hanya diperuntukkan bagi kaum hawa. Minat baca laki-laki yang masih minim turut menjadi perhatian para pegawai perpustakaan. Mereka akan berbenah dan mencari tahu alasan kaum laki-laki di Kalteng kurang berminat untuk datang dan membaca buku di perpustakaan.
Menurut Febrianto, sekian lama dirinya bekerja di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Kalteng, judul buku bukanlah satu-satunya alasan laki-laki enggan berkunjung ke perpustakaan untuk membaca.
Padahal, koleksi buku dan kategori yang tertera pada papan tulisan koleksi buku cukup banyak yang bisa dipilih untuk dibaca. Pada dasarnya minat membaca laki-laki cukup tinggi. Hanya saja, polanya berbeda dengan perempuan.
Suasana di ruang baca perpustakaan begitu hening dan kaku, meski spot untuk membaca cukup banyak. Sofa berwarna hijau menambah kesan hangat dan teduh bagi pengunjung yang ingin duduk membaca di ruangan itu.
Di sebelahnya terdapat beberapa meja baca yang berjejer rapi dan berhadap-hadapan. Beberapa meja lain mengarah ke luar gedung yang dibatasi kaca bening. Ruangan ber-AC makin membuat nyaman pengunjung.
Akan tetapi, situasi kaku dan formal ini justru kurang disukai pengunjung dari kalangan laki-laki. Mereka lebih suka membaca buku sembari berkegiatan lain agar terasa rilek dan nyaman. Kebanyakan mereka merupakan pekerja dan perokok aktif. Ruangan tertutup dianggap kurang tepat untuk mereka.
Karena itu, ada terobosan baru yang dibuat, yakni menyediakan ruang terbuka ala kafe yang dibangun tepat di belakang gedung perpustakaan dan pendopo di luar gedung perpustakaan. Targetnya adalah kaum adam.
“Di belakang gedung ini sedang dibangun kafe, itu untuk perpustakaan ruang terbuka,” ucap mantan jurnalis Kalteng Pos ini.Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Kalteng Nunu Andriani, turut berbangga atas tingginya minat baca kaum perempuan Kalteng, yang mencapai 71 persen dari total pengunjung perpustakaan.
“Dengan adanya data ini, tentu kami akan memikirkan langkah-langkah untuk melayani anggota dari kaum mayoritas ini,” kata Nunu.Ia berharap upayanya bersama tim membangun minat baca masyarakat Kalteng bisa lebih maksimal tanpa membedakan gender.
”Tahun ini kami bangun kafe, semoga bisa segera operasional, ini akan menambah area baca dan kerja di perpustakaan dengan nuansa outdoor,” terangnya.Nunu juga menanggapi soal jomplangnya pengunjung perempuan dan laki-laki, yang mungkin saja disebabkan oleh lingkungan perpustakaan yang kurang nyaman bagi kaum adam.
“Dengan mengetahui fakta bahwa pengunjung perpustakaan di Kalteng lebih banyak dari kaum perempuan, ini menjadi pembangkit semangat untuk pemberdayaan perempuan yang makin berdikari dan kemampuan literasi yang terpelihara,” ungkapnya. (ce/ram)