PALANGKA RAYA-Potensi hujan lebat yang melanda wilayah DAS Barito dalam beberapa hari ke depan perlu diwaspadai.
Berdasarkan rilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang, diperkirakan terjadi pada periode waktu 1-3 Mei 2025 di wilayah tersebut.
Kondisi ini dinilai meningkatkan risiko terjadinya genangan air hingga bencana banjir.
Prakirawan BMKG, Renianata, mengatakan tekanan udara di wilayah Indonesia masih stabil di kisaran 1007–1013 hPa. Namun, adanya belokan angin dan daerah konvergensi di Kalteng, termasuk Barito Selatan, menjadi faktor utama potensi pertumbuhan awan hujan.
“Belokan angin memperbesar potensi awan hujan, sehingga wilayah seperti Barito Selatan berisiko mengalami hujan lebat yang dapat memicu banjir,” ungkap Renianata, Senin (28/4/2025).
Kondisi atmosfer yang dinamis ini juga diperkuat oleh tingginya kelembaban udara yang mencapai 100 persen di beberapa wilayah, termasuk Barito Selatan.
Dengan suhu udara berkisar antara 23°C hingga 33°C serta kecepatan angin 5–15 km/jam dari arah selatan ke utara, BMKG menilai potensi pembentukan hujan sangat tinggi.
Renianata menyebut, meski indeks ENSO dan DMI berada dalam kondisi normal, faktor lokal seperti suhu permukaan laut (SST) yang positif turut memperkuat penguapan dan pembentukan awan hujan.
Selain itu, BMKG juga mencatat adanya gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial yang melintasi wilayah Kalteng.
Gelombang ini turut mendukung pertumbuhan awan konvektif, seperti awan kumulonimbus, yang kerap menjadi pemicu hujan deras dalam waktu singkat.
“Awan-awan ini berpotensi menimbulkan hujan deras disertai angin kencang yang bisa memperparah kondisi banjir di daerah dataran rendah seperti Barito Selatan,” kata Renianata.
Oleh karena itu, masyarakat Barito Selatan (Barsel) diimbau meningkatkan kewaspadaan, terutama di daerah rawan genangan air dan bantaran sungai.
BMKG memperingatkan, selain bencana banjir, yang juga perlu diantisipasi adalah potensi terjadinya tanah longsor dan pohon tumbang.
“Kami imbau masyarakat untuk tidak berteduh di bawah pohon saat turun hujan lebat dan selalu mengikuti perkembangan informasi cuaca dari BMKG,” pesannya.
Adapun gelombang laut di perairan selatan Kalteng diperkirakan dalam kategori rendah, dengan ketinggian antara 0,5 hingga 1,0 meter. Namun, pertumbuhan awan kumulonimbus juga dapat meningkatkan tinggi gelombang secara lokal.
Meski risiko utama di Barito Selatan lebih pada daratan, masyarakat yang beraktivitas di sungai dan perairan juga diingatkan untuk tetap berhati-hati. BMKG menegaskan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi dampak cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan.
“Kami ingatkan masyarakat untuk mempersiapkan diri, menghindari area rawan banjir, serta memastikan jalur evakuasi tetap terbuka,” pungkasnya. (*afa/ham/ce/ala)