Jumat, Mei 9, 2025
24.9 C
Palangkaraya

Upaya Peningkatan Kapasitas Manajemen

Dinkes Kalteng Gelar Workshop SKDR

PALANGKA RAYA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng menggelar Workshop Manajemen dan Analisis Data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) serta Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang Kekarantinaan Kesehatan, Selasa (6/5). Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas pengelolaan data SKDR dalam merespons Kejadian Luar Biasa (KLB) wabah di wilayah Kalteng.

Workshop tersebut diikuti 78 peserta, dengan menghadirkan narasumber dari berbagai institusi terkemuka, seperti Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), BBPK Ciloto, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Universitas Gadjah Mada, hingga Risk Communication and Community Engagement (RCCE) Indonesia. Sementara itu, acara ini dibuka secara resmi oleh Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Dr Sumarjaya SKM MM MFP CFA melalui zoom.

Dalam sambutannya, Sumarjaya menjelaskan, surveilans kesehatan merupakan salah satu instrumen penting dalam mencegah KLB/wabah penyakit dan melakukan respons segera ketika kemungkinan KLB/wabah penyakit tersebut terjadi. Selain itu, kegiatan surveilans juga dapat memberikan informasi tentang kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB/wabah berserta dampaknya.

Baca Juga :  Presiden Arahkan Daerah Dapat Tekan Inflasi

“Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kapasitas manajemen dan analisa data penyakit bagi petugas surveilans di Dinkes Kabupaten/Kota dan Provinsi serta UPT Bidang Kekarantinaan Kesehatan, maka Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan menginisiasi workshop ini yang merupakan tindak lanjut dari pertemuan Advokasi Manajemen Analisa Data untuk 22 provinsi di Pulau Kalimantan, Bali, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua yang dilaksanakan di Makassar pada tanggal 31 oktober sampai dengan 1 november tahun 2024,” katanya.

“Harapannya melalui kegiatan yang dimulai hingga 4 hari kedepan ini mampu meningkatkan kapasitas manajemen dan analisa data,” imbuhnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng, Rainer Donny Paluan Mamahit SKM MKM, mewakili Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Dr dr Suyuti Syamsul MPPM, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan ini.

Baca Juga :  Gubernur: Pemerintah Tak Boleh Terlambat Tangani Banjir

Menurut Rainer, workshop ini memiliki peran strategis dalam memperkuat sistem surveilans kesehatan, terutama dalam menghadapi dinamika penyakit menular yang semakin kompleks, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

“SKDR merupakan pilar utama dalam sistem surveilans epidemiologi. Dengan sistem ini, kita bisa mendeteksi potensi wabah secara dini dan merespons dengan cepat serta tepat sasaran,” terangnya.

Namun, efektivitas sistem ini, lanjutnya, sangat tergantung pada tiga hal utama, yaitu kualitas dan ketepatan data, kemampuan dalam mengelola dan menganalisis data berbagai tingkatan, serta pemanfaatan data secara optimal sebagai dasar pengambilan keputusan berbasis bukti.

Rainer juga menyoroti pentingnya penanganan malaria, yang masih menjadi salah satu penyakit yang dilaporkan dalam SKDR. Dalam momentum Hari Malaria Sedunia (HMS) pada 25 April 2025 yang mengusung tema ‘Aksi Bersama untuk Indonesia Bebas Malaria’, ia mengajak seluruh elemen untuk memperkuat kolaborasi dan komitmen.(kom/uut/ktk/aza)

PALANGKA RAYA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng menggelar Workshop Manajemen dan Analisis Data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) serta Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang Kekarantinaan Kesehatan, Selasa (6/5). Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas pengelolaan data SKDR dalam merespons Kejadian Luar Biasa (KLB) wabah di wilayah Kalteng.

Workshop tersebut diikuti 78 peserta, dengan menghadirkan narasumber dari berbagai institusi terkemuka, seperti Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), BBPK Ciloto, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Universitas Gadjah Mada, hingga Risk Communication and Community Engagement (RCCE) Indonesia. Sementara itu, acara ini dibuka secara resmi oleh Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Dr Sumarjaya SKM MM MFP CFA melalui zoom.

Dalam sambutannya, Sumarjaya menjelaskan, surveilans kesehatan merupakan salah satu instrumen penting dalam mencegah KLB/wabah penyakit dan melakukan respons segera ketika kemungkinan KLB/wabah penyakit tersebut terjadi. Selain itu, kegiatan surveilans juga dapat memberikan informasi tentang kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB/wabah berserta dampaknya.

Baca Juga :  Presiden Arahkan Daerah Dapat Tekan Inflasi

“Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kapasitas manajemen dan analisa data penyakit bagi petugas surveilans di Dinkes Kabupaten/Kota dan Provinsi serta UPT Bidang Kekarantinaan Kesehatan, maka Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan menginisiasi workshop ini yang merupakan tindak lanjut dari pertemuan Advokasi Manajemen Analisa Data untuk 22 provinsi di Pulau Kalimantan, Bali, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua yang dilaksanakan di Makassar pada tanggal 31 oktober sampai dengan 1 november tahun 2024,” katanya.

“Harapannya melalui kegiatan yang dimulai hingga 4 hari kedepan ini mampu meningkatkan kapasitas manajemen dan analisa data,” imbuhnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng, Rainer Donny Paluan Mamahit SKM MKM, mewakili Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Dr dr Suyuti Syamsul MPPM, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan ini.

Baca Juga :  Gubernur: Pemerintah Tak Boleh Terlambat Tangani Banjir

Menurut Rainer, workshop ini memiliki peran strategis dalam memperkuat sistem surveilans kesehatan, terutama dalam menghadapi dinamika penyakit menular yang semakin kompleks, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

“SKDR merupakan pilar utama dalam sistem surveilans epidemiologi. Dengan sistem ini, kita bisa mendeteksi potensi wabah secara dini dan merespons dengan cepat serta tepat sasaran,” terangnya.

Namun, efektivitas sistem ini, lanjutnya, sangat tergantung pada tiga hal utama, yaitu kualitas dan ketepatan data, kemampuan dalam mengelola dan menganalisis data berbagai tingkatan, serta pemanfaatan data secara optimal sebagai dasar pengambilan keputusan berbasis bukti.

Rainer juga menyoroti pentingnya penanganan malaria, yang masih menjadi salah satu penyakit yang dilaporkan dalam SKDR. Dalam momentum Hari Malaria Sedunia (HMS) pada 25 April 2025 yang mengusung tema ‘Aksi Bersama untuk Indonesia Bebas Malaria’, ia mengajak seluruh elemen untuk memperkuat kolaborasi dan komitmen.(kom/uut/ktk/aza)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/