Jumat, Mei 2, 2025
28.2 C
Palangkaraya

Hardiknas 2025, Keterbatasan Guru & Tantangan Pemerataan Pendidikan di Kalteng

PALANGKA RAYA-Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati tiap 2 Mei menjadi momen refleksi bagi para pendidik di seluruh Indonesia.

Di balik gemerlap upacara dan seremoni, tersimpan kisah nyata perjuangan para guru yang tanpa lelah mengabdi demi masa depan bangsa, meski kerap dihadapkan pada berbagai keterbatasan.

Salah satu kisah datang dari Cindy Fatimah, guru mata pelajaran pendidikan agama Islam yang telah lebih dari satu tahun mengajar di salah satu sekolah menengah pertama (SMP).

Selain harus menghadapi karakter siswa yang beragam, ia pun harus menerima kenyataan bahwa sekolah tempatnya mengabdi masih kekurangan tenaga pengajar.

“Saya sering mengajar mata pelajaran yang bukan bidang saya. Jadi sebelum masuk kelas, saya pelajari dahulu materinya agar tidak salah saat mengajar,” katanya kepada Kalteng Pos, Rabu (30/4/2025).

Menurutnya, perbedaan pola asuh di rumah membuat karakter tiap siswa berbeda. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam proses pembelajaran. Terlebih lagi, jumlah guru yang terbatas menyebabkan beberapa guru harus merangkap dua hingga tiga mata pelajaran.

Saat ditanya tentang pendidikan profesi guru (PPG), Cindy mengaku belum mengikuti. Namun, ia sedang mempersiapkan diri untuk itu. Karena berlatar belakang pendidikan agama Islam, ia berencana mengikuti PPG jalur Kementerian Agama.

“Saya sudah siapkan akun Emis dan Siaga, tinggal menunggu kesempatan,” ungkapnya.

Selama mengajar, Cindy merasa mendapatkan dukungan dari pemerintah, khususnya dinas pendidikan. Ia pernah mengikuti berbagai pelatihan, seperti literasi baca-tulis, pelatihan pembina Pramuka, hingga pelatihan pengelolaan aplikasi kinerja guru.

“Namun, menurut saya pelatihan seperti ini masih belum merata. Di daerah terpencil, belum tentu semua guru punya kesempatan yang sama,” tambahnya.

Cindy juga menyoroti ketimpangan jumlah guru mata pelajaran yang masih terjadi di sekolah tempatnya mengabdi. Kekurangan guru membuat distribusi tugas menjadi tidak ideal.

“Kadang satu guru harus mengajar mata pelajaran berbeda-beda. Ini cukup berat, karena kami harus belajar lagi dari awal,” katanya.

Terkait peran pemerintah, ia mengakui sudah ada upaya untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru. Namun, ia berharap perhatian tersebut merata, terutama di daerah-daerah pelosok.

Baca Juga :  Semasa Hidup Dikenal Pemurah, Haulan Dihadiri Ribuan Jemaah

“Semoga perhatian terhadap guru tidak hanya terpusat di kota. Sekolah di pelosok juga membutuhkan fasilitas yang memadai, lingkungan belajar yang nyaman, serta penyelesaian masalah kepegawaian,” tegasnya.

Terpisah, Ana Fitrijayanti, salah satu guru di SMA Negeri 1 Palangka Raya, membagikan pengalamannya dalam menjalankan tugas sebagai pendidik sekaligus pembelajar sepanjang hayat.

“Tantangan terbesar adalah keberagaman karakter dan kemampuan siswa. Mereka datang dari latar belakang berbeda, dengan kemampuan yang beragam. Ini menuntut pendekatan mengajar yang bervariasi dan penuh kesabaran,” ungkapnya.

Meski begitu, ia bersyukur karena kebutuhan guru di sekolahnya, khususnya guru mata pelajaran matematika, telah terpenuhi. Hal ini mendukung pembagian tugas dan kelancaran proses belajar mengajar.

Ana juga menceritakan pengalamannya mengikuti program PPG pada masa pandemi. Proses pembelajaran dilakukan secara daring dengan sistem perkuliahan. Pengalaman tersebut memperkaya pengetahuannya di bidang pendidikan.

“Melalui PPG, saya menjadi lebih memahami model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Siswa menjadi lebih aktif, tidak hanya mendengarkan,” jelasnya.

Namun, ia mengakui bahwa gangguan teknis seperti jaringan internet yang tidak stabil, menjadi tantangan tersendiri selama pembelajaran daring.

Meski dihadapkan pada berbagai tantangan, Ana mengapresiasi dukungan pemerintah, terutama dari Kemendikbud dan Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah. Program pelatihan dan pembinaan terus digulirkan untuk meningkatkan kompetensi guru.

Terkait distribusi guru, Ana menyebut di sekolahnya tidak terjadi ketimpangan. Semua guru sudah ditempatkan sesuai keahlian dan kebutuhan sekolah.

Sebagai guru yang juga pernah mengajar di sekolah luar biasa (SLB), Ana berharap pemerintah terus meningkatkan dukungan terhadap para guru, tidak hanya dalam bentuk insentif, tetapi juga pelatihan berkelanjutan.

“Semoga ada lebih banyak pelatihan atau pendampingan untuk meningkatkan kualitas guru. Dunia pendidikan terus berkembang, dan kami pun harus terus belajar,” tuturnya.

Kota Masih Terjadi Kekurangan Guru

Sementara itu, Pemerintah Kota Palangka Raya melalui dinas pendidikan terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dasar hingga menengah, dengan memberikan perhatian khusus terhadap ketersediaan dan pemerataan tenaga pendidik.

Baca Juga :  Bupati Lamandau : Sukseskan Program Satu Desa, Lima Pengajar

Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya Jayani, melalui Sekretaris Dinas Vico Aprae Ranan mengungkapkan, meski jumlah guru terus diperbarui seiring ada yang pensiun dan mutasi, saat ini masih terjadi kekurangan guru kelas dan guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (PJOK), khususnya di wilayah pinggiran kota.

Data terkini mencatat, jumlah satuan pendidikan di Kota Palangka Raya meliputi 8 taman kanak-kanak (TK) negeri dan 142 TK swasta, dengan total 446 guru.

Untuk jenjang sekolah dasar (SD), terdapat 97 sekolah negeri dan 28 swasta, dengan total 1.568 guru. Sementara itu, pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP) terdapat 26 sekolah negeri dan 26 swasta, dengan jumlah guru mencapai 851 orang.

“Tiap bulan data bisa berubah, karena ada guru yang pensiun atau dimutasi, sehingga sifat data ini dinamis,” kata Vico.

Terkait sertifikasi guru, dinas pendidikan menyebut 1.272 guru masih belum memiliki sertifikat pendidik. Sementara itu, 1.593 guru dan kepala sekolah telah bersertifikasi atau telah mengikuti pendidikan profesi guru (PPG).

Vico menyebut tidak ada kendala teknis dalam proses sertifikasi. Namun, pemanggilan peserta PPG dalam jabatan sepenuhnya menunggu tahapan dari pusat melalui sistem SIMPKB.

Setelah dipanggil, guru harus melakukan lapor diri dan mengikuti orientasi di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang ditunjuk.

Dinas pendidikan juga menjalankan sejumlah program peningkatan kompetensi guru tiap tahunnya.

Pada tahun ini, beberapa pelatihan yang akan dilaksanakan meliputi pelatihan bimbingan konseling untuk guru SD dan SMP, serta pemilihan guru berprestasi untuk jenjang TK, SD, dan SMP.

Adapun strategi untuk mengatasi kekurangan guru, terutama di wilayah terpencil dan pinggiran kota, meliputi pembangunan infrastruktur pendidikan, penempatan ASN dan PPPK, pelatihan khusus bagi guru daerah, hingga pemberian insentif bagi guru yang bersedia mengajar di daerah terpencil.

“Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya memiliki kebijakan untuk memastikan bahwa guru yang tersedia didistribusikan secara merata ke seluruh sekolah di wilayah Kota Palangka Raya, sesuai hasil analisis jabatan,” pungkas Vico. (zia/mut/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati tiap 2 Mei menjadi momen refleksi bagi para pendidik di seluruh Indonesia.

Di balik gemerlap upacara dan seremoni, tersimpan kisah nyata perjuangan para guru yang tanpa lelah mengabdi demi masa depan bangsa, meski kerap dihadapkan pada berbagai keterbatasan.

Salah satu kisah datang dari Cindy Fatimah, guru mata pelajaran pendidikan agama Islam yang telah lebih dari satu tahun mengajar di salah satu sekolah menengah pertama (SMP).

Selain harus menghadapi karakter siswa yang beragam, ia pun harus menerima kenyataan bahwa sekolah tempatnya mengabdi masih kekurangan tenaga pengajar.

“Saya sering mengajar mata pelajaran yang bukan bidang saya. Jadi sebelum masuk kelas, saya pelajari dahulu materinya agar tidak salah saat mengajar,” katanya kepada Kalteng Pos, Rabu (30/4/2025).

Menurutnya, perbedaan pola asuh di rumah membuat karakter tiap siswa berbeda. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam proses pembelajaran. Terlebih lagi, jumlah guru yang terbatas menyebabkan beberapa guru harus merangkap dua hingga tiga mata pelajaran.

Saat ditanya tentang pendidikan profesi guru (PPG), Cindy mengaku belum mengikuti. Namun, ia sedang mempersiapkan diri untuk itu. Karena berlatar belakang pendidikan agama Islam, ia berencana mengikuti PPG jalur Kementerian Agama.

“Saya sudah siapkan akun Emis dan Siaga, tinggal menunggu kesempatan,” ungkapnya.

Selama mengajar, Cindy merasa mendapatkan dukungan dari pemerintah, khususnya dinas pendidikan. Ia pernah mengikuti berbagai pelatihan, seperti literasi baca-tulis, pelatihan pembina Pramuka, hingga pelatihan pengelolaan aplikasi kinerja guru.

“Namun, menurut saya pelatihan seperti ini masih belum merata. Di daerah terpencil, belum tentu semua guru punya kesempatan yang sama,” tambahnya.

Cindy juga menyoroti ketimpangan jumlah guru mata pelajaran yang masih terjadi di sekolah tempatnya mengabdi. Kekurangan guru membuat distribusi tugas menjadi tidak ideal.

“Kadang satu guru harus mengajar mata pelajaran berbeda-beda. Ini cukup berat, karena kami harus belajar lagi dari awal,” katanya.

Terkait peran pemerintah, ia mengakui sudah ada upaya untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru. Namun, ia berharap perhatian tersebut merata, terutama di daerah-daerah pelosok.

Baca Juga :  Semasa Hidup Dikenal Pemurah, Haulan Dihadiri Ribuan Jemaah

“Semoga perhatian terhadap guru tidak hanya terpusat di kota. Sekolah di pelosok juga membutuhkan fasilitas yang memadai, lingkungan belajar yang nyaman, serta penyelesaian masalah kepegawaian,” tegasnya.

Terpisah, Ana Fitrijayanti, salah satu guru di SMA Negeri 1 Palangka Raya, membagikan pengalamannya dalam menjalankan tugas sebagai pendidik sekaligus pembelajar sepanjang hayat.

“Tantangan terbesar adalah keberagaman karakter dan kemampuan siswa. Mereka datang dari latar belakang berbeda, dengan kemampuan yang beragam. Ini menuntut pendekatan mengajar yang bervariasi dan penuh kesabaran,” ungkapnya.

Meski begitu, ia bersyukur karena kebutuhan guru di sekolahnya, khususnya guru mata pelajaran matematika, telah terpenuhi. Hal ini mendukung pembagian tugas dan kelancaran proses belajar mengajar.

Ana juga menceritakan pengalamannya mengikuti program PPG pada masa pandemi. Proses pembelajaran dilakukan secara daring dengan sistem perkuliahan. Pengalaman tersebut memperkaya pengetahuannya di bidang pendidikan.

“Melalui PPG, saya menjadi lebih memahami model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Siswa menjadi lebih aktif, tidak hanya mendengarkan,” jelasnya.

Namun, ia mengakui bahwa gangguan teknis seperti jaringan internet yang tidak stabil, menjadi tantangan tersendiri selama pembelajaran daring.

Meski dihadapkan pada berbagai tantangan, Ana mengapresiasi dukungan pemerintah, terutama dari Kemendikbud dan Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah. Program pelatihan dan pembinaan terus digulirkan untuk meningkatkan kompetensi guru.

Terkait distribusi guru, Ana menyebut di sekolahnya tidak terjadi ketimpangan. Semua guru sudah ditempatkan sesuai keahlian dan kebutuhan sekolah.

Sebagai guru yang juga pernah mengajar di sekolah luar biasa (SLB), Ana berharap pemerintah terus meningkatkan dukungan terhadap para guru, tidak hanya dalam bentuk insentif, tetapi juga pelatihan berkelanjutan.

“Semoga ada lebih banyak pelatihan atau pendampingan untuk meningkatkan kualitas guru. Dunia pendidikan terus berkembang, dan kami pun harus terus belajar,” tuturnya.

Kota Masih Terjadi Kekurangan Guru

Sementara itu, Pemerintah Kota Palangka Raya melalui dinas pendidikan terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dasar hingga menengah, dengan memberikan perhatian khusus terhadap ketersediaan dan pemerataan tenaga pendidik.

Baca Juga :  Bupati Lamandau : Sukseskan Program Satu Desa, Lima Pengajar

Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya Jayani, melalui Sekretaris Dinas Vico Aprae Ranan mengungkapkan, meski jumlah guru terus diperbarui seiring ada yang pensiun dan mutasi, saat ini masih terjadi kekurangan guru kelas dan guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (PJOK), khususnya di wilayah pinggiran kota.

Data terkini mencatat, jumlah satuan pendidikan di Kota Palangka Raya meliputi 8 taman kanak-kanak (TK) negeri dan 142 TK swasta, dengan total 446 guru.

Untuk jenjang sekolah dasar (SD), terdapat 97 sekolah negeri dan 28 swasta, dengan total 1.568 guru. Sementara itu, pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP) terdapat 26 sekolah negeri dan 26 swasta, dengan jumlah guru mencapai 851 orang.

“Tiap bulan data bisa berubah, karena ada guru yang pensiun atau dimutasi, sehingga sifat data ini dinamis,” kata Vico.

Terkait sertifikasi guru, dinas pendidikan menyebut 1.272 guru masih belum memiliki sertifikat pendidik. Sementara itu, 1.593 guru dan kepala sekolah telah bersertifikasi atau telah mengikuti pendidikan profesi guru (PPG).

Vico menyebut tidak ada kendala teknis dalam proses sertifikasi. Namun, pemanggilan peserta PPG dalam jabatan sepenuhnya menunggu tahapan dari pusat melalui sistem SIMPKB.

Setelah dipanggil, guru harus melakukan lapor diri dan mengikuti orientasi di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang ditunjuk.

Dinas pendidikan juga menjalankan sejumlah program peningkatan kompetensi guru tiap tahunnya.

Pada tahun ini, beberapa pelatihan yang akan dilaksanakan meliputi pelatihan bimbingan konseling untuk guru SD dan SMP, serta pemilihan guru berprestasi untuk jenjang TK, SD, dan SMP.

Adapun strategi untuk mengatasi kekurangan guru, terutama di wilayah terpencil dan pinggiran kota, meliputi pembangunan infrastruktur pendidikan, penempatan ASN dan PPPK, pelatihan khusus bagi guru daerah, hingga pemberian insentif bagi guru yang bersedia mengajar di daerah terpencil.

“Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya memiliki kebijakan untuk memastikan bahwa guru yang tersedia didistribusikan secara merata ke seluruh sekolah di wilayah Kota Palangka Raya, sesuai hasil analisis jabatan,” pungkas Vico. (zia/mut/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/