PALANGKA RAYA-Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) begitu memikat dalam kancah politik Kalteng. Partai ini tidak hanya dikenal karena figur-figur kuat yang dimiliki, tetapi juga pergerakannya menjadi sorotan utama menjelang pilgub.
Meskipun beberapa rival politik telah mengumumkan bakal calon gubernur mereka, segalanya masih terbuka menanti langkah PDIP. Keputusan siapa yang akan diusung dalam kontestasi mendatang masih menunggu persetujuan resmi dari dewan pimpinan pusat (DPP). Nama-nama potensial seperti Agustiar Sabran, Supian Hadi, Willy M Yoseph, dan Sigit K Yunianto, semua menahan napas menunggu langkah selanjutnya.
Persyaratan untuk mencalonkan diri pada pilkada, termasuk dukungan minimal sembilan kursi atau setara 20 persen dari total kursi DPRD Kalteng, mendorong partai-partai lain untuk berkoalisi guna memuluskan langkah menempati kursi gubernur dan wakil gubernur.
PDIP, dengan kekuatan 10 kursi mereka, telah melewati ambang batas ini dan mampu berdiri sendiri dalam perhelatan politik mendatang. Di bawah PDIP, ada Partai Golkar dengan 8 kursi, Partai Demokrat 6 kursi, Partai Gerindra 6 kursi, Partai NasDem 5 kursi, PKB, dan PAN sama-sama meraih 4 kursi, lalu Partai Perindo dan PKS yang harus puas dengan raihan sama-sama 1 kursi.
“Semuanya akan terlihat ketika PDIP telah menentukan arah untuk mengusung siapa nantinya,” kata pengamat politik dari Universitas Palangka Raya (UPR) Jhon Retei kepada Kalteng Pos.
Jhon menyebut, partai-partai dengan suara terbanyak akan membentuk poros koalisi. Poros-poros tersebut dibentuk dari PDIP, Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Gerindra.
“Bisa saja empat partai pemenang terbanyak membentuk poros, kemungkinan itu bisa terjadi, tetapi tidak mutlak,” katanya. Akan ada tiga pasang calon bahkan lebih. “Namun, paling idealnya itu tiga pasang calon,” sebut Jhon.
“Kita tahu Partai Demokrat dan Partai Golkar sudah mengerucut. Sedangkan PDIP masih tarik ulur, karena kita sudah tahu mekanisme ketat yang ada di PDIP,” tambahnya.
Partai Demokrat Kalteng sejak lama sudah mengusung Nadalsyah yang merupakan mantan Bupati Barito Utara dua periode. Sedangkan Partai Golkar pun sudah mendeklarasikan untuk mengusung Abdul Razak.
Menurut dosen FISIP UPR itu, PDIP akan merugi jika tidak mengambil momentum untuk membentuk poros. Hal ini atas pertimbangan mereka yang menjadi partai pemenang pemilu 2024. “Saya kira mereka kondisinya sedang bagus, karena mampu mengusung calon sendiri dengan berbekal 10 kursi. Saya pikir PDIP akan mengambil kesempatan ini dengan sabaik mungkin,” ujar Jhon.
Terpisah, pengamat politik dari Universita Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR) Farid Zaky menyebut pilgub Kalteng bakal diikuti tiga pasangan calon. Sulit mendapat empat pasangan calon. Apabila makin banyak calon, partai akan menghitung dan akan memerlukan biaya besar.
“Saya kira maksimal bakal tiga pasang calon pada perebutan kursi Gubernur Kalteng, itu juga kalau komunikasinya terpetakan. Dengan catatan, kita perlu melihat arah PDIP ke mana,” ucap Farid, beberapa waktu lalu.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, mengingat partai yang dipimpin Megawati itu selalu mengusung kadernya di tiap pemilu di Kalteng. “Saya kira PDIP pasti mengusung kadernya dan Partai Golkar sudah mengusung Abdul Razak. Dan satunya itu Partai Demokrat, dengan tokoh diusung Nadalsyah, maka itu akan menjadi tiga pasang,” tegas Farid. (irj/ce/ram)