Site icon KaltengPos

Banjir di Kalteng Belum Surut, Terutama di Kabupaten Barsel-Kapuas

EVAKUASI WARGA : Personel Koramil 1011 Pujon mengevakuasi warga terdampak banjir akibat luapan Sungai Kapuas di Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, beberapa waktu lalu.

PALANGKA RAYA–Memasuki bulan Februari, sejumlah wilayah di Kalimantan Tengah masih dilanda banjir akibat meningkatnya debit air sungai.

Berdasarkan data terbaru Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB), yang disampaikan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng Ahmad Toyib, per 1 Februari 2025 bencana banjir masih terjadi di Kabupaten Barito Selatan dan Kapuas.

Ia mengatakan, di Kabupaten Barito Selatan, banjir telah berlangsung sejak 7 Januari hingga 1 Februari atau selama 26 hari.

Banjir merendam Kecamatan Dusun Hilir, khususnya di Desa Mahajandau dan Desa Sungai Jaya. Ketinggian air rata-rata mencapai 39 cm.

Bencana alam ini mengakibatkan 825 kepala keluarga (KK) atau 2.661 jiwa terdampak. Meski demikian, tidak ada warga yang mengungsi. Namun ada 7 fasilitas umum yang terdampak.

Sementara itu, di Kabupaten Kapuas, banjir mulai terjadi sejak 26 Januari dan masih bertahan hingga akhir pekan lalu (1 Februari). Ketinggian air di wilayah ini lebih ekstrem, mencapai 300 cm.

Banjir merendam wilayah Kecamatan Kapuas Tengah, meliputi Desa Barunang, Karukus, Bajuh, Pujon, dan Marapit. Sebanyak 2.999 KK atau 6.882 jiwa terdampak, dan 5 KK terpaksa mengungsi. Selain itu, 90 fasilitas umum dan 1.707 rumah warga terdampak.

“Secara keseluruhan, yang terdampak banjir di dua kabupaten ini adalah 3.824 KK atau 9.543 jiwa. Fasilitas umum yang terdampak mencapai 97 unit. Sementara jumlah bangunan rumah yang terdampak adalah 1.707 unit,” bebernya, Minggu (2/2/2025).

Rekapitulasi kejadian banjir di Kalimantan Tengah sepanjang Januari 2025 mencatat enam kejadian banjir di wilayah Barito Selatan, Gunung Mas, Kapuas, Kotawaringin Timur, Murung Raya, dan Pulang Pisau.

Dari enam wilayah terdampak, empat di antaranya sudah surut, sementara Barito Selatan dan Kapuas masih terendam.

“Meski dampak banjir masih dirasakan masyarakat, hingga kini belum ada penetapan status darurat bencana dari pemerintah daerah. BPB-PK Kalteng terus melakukan pemantauan dan penanganan di wilayah terdampak, termasuk memastikan bantuan logistik serta evakuasi warga jika diperlukan,” ucapnya.

Terpisah, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalimantan Tengah, Agung Sudiono Abadi, mengungkapkan musim hujan kali ini dipengaruhi oleh fenomena La Nina lemah.

Kondisi ini meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan angin puting beliung.

“Cuaca di Kalimantan Tengah umumnya berawan, dengan suhu berkisar 23-33 derajat Celsius dan kelembaban udara 60-95 persen. Dalam sepekan ke depan, hampir seluruh wilayah Kalteng berpotensi turun hujan berintensitas sedang hingga lebat, yang dapat disertai petir dan angin kencang,” kata Agung, Minggu (2/2/2025).

Selain itu, BMKG juga memperingatkan potensi pertumbuhan awan konvektif atau kumulonimbus yang bisa memicu hujan lebat serta angin kencang. Di wilayah pesisir dan perairan selatan Kalteng, gelombang laut diperkirakan mencapai ketinggian 0,75 hingga 2 meter.

Karena kondisi cuaca yang ekstrem, masyarakat diimbau untuk selalu waspada terhadap dampak bencana, seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan pohon tumbang. Khusus bagi warga yang tinggal di wilayah pesisir, khususnya para nelayan, perlu mewaspadai potensi gelombang laut yang tinggi.

“Jangan lengah. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi, begitu juga dengan angin kencang dan petir. Masyarakat di daerah rawan banjir diharapkan tetap waspada dan siap siaga,” pungkas Agung.(ovi/ce/ala)

Exit mobile version