Giya mencontohkan potensi peternakan kambing di kabupaten tempat tinggalnya, Kabupaten Seruyan. “Di Seruyan ini, permintaan pasar cukup besar. Bahkan masih sangat kekurangan daging kambing. Belum lagi kalau ada permintaan dari kabupaten tetangga seperti Kabupaten Kotawaringin Timur,” ungkapnya.
“Pokoknya kambing merupakan salah satu hewan ternak yang dapat memberikan keuntungan besar. Apalagi kalau menjelang perayaan Iduladha, kebutuhan akan daging kambing sangat tinggi, dan harganya juga pasti naik,” tambahnya.
Dia mencontohkan. Pada hari-hari biasa, harga pasaran kambing dewasa sekitar RpRp3.000.000 – Rp3.500.000 per ekor. Namun pada hari besar umat Islam, harga kambing dewasa bisa mencapai Rp5.500.000 sampai Rp8.000.000 per ekor.
“Selisih tersebut begitu banyak bukan, itu hanya untuk 1 ekor kambing, lalu kalau kita punya 100 kambing, susah ngitung duitnya,” ucap Giya sambil tertawa kecil.
Meski demikian, pria humoris ini juga mengingatkan bahwa beternak kambing membutuhkan kesabaran, keuletan, dan ketelatenan. Namun jika bisnis ini dijalankan dengan serius, maka keuntungan yang didapatkan akan berlipat ganda.
“Coba aja sampean terjun ke dunia peternakan kambing, pasti nanti akan candu, mengingat keuntungan yang bisa didapatkan begitu berlimpah,” katanya.
Dia menceritakan, awal mula dirinya beternak kambing pada 2015 lalu. Namun pada tahun pertama, dia menderita kerugian hampir Rp40 juta. Pasalnya, dari 25 kambing yang dipelihara, hanya tersisa 7 ekor, itu pun sakit-sakitan. Selebihnya mati karena penyakit. “Kena penyakit kudis menular atau skabies”, tambahnya.