Jumat, November 22, 2024
24.1 C
Palangkaraya

Tradisi Ziarah Makam Perayaan Paskah

PALANGKA RAYA-Kompleks pemakaman Kristen di Jalan Tjilik Riwut Km 2 dan Km 12, Palangka Raya dipadati peziarah, Sabtu (8/4/2023). Sejak malam hingga pagi hari, keluarga dan kerabat berziarah dan bermalam di makam. Ini merupakan tradisi umat Kristen tiap perayaan Paskah.

Berdasarkan pantauan Kalteng Pos pada Sabtu malam, pemakaman Kristen di Km 12 dipadati peziarah. Kawasan yang pada hari-hari biasanya sepi, pada hari itu ramai dikunjungi peziarah. Makin malam makin banyak peziarah yang datang. Kawasan pemakaman yang biasanya gelap, berubah menjadi terang benderang oleh nyala lilin yang dipasang di makam-makam.

Dehen Erang, salah satu pengurus makam dari Yayasan Yusuf Arimatea GKE menjelaskan, tahun ini jumlah peziarah melonjak drastis dibandingkan tahun-tahun saat pandemi Covid-19 masih melanda. Dikatakannya, terkait peribadatan di makam telah diatur oleh pihak gereja. Surat imbauan telah dikeluarkan demi mengantisipasi membeludaknya warga yang datang berziarah.

“Diminta untuk menjaga keamanan, ketertiban, dan tidak bermalam, jadi masyarakat boleh menyalakan lilin sejak pukul 16.00 WIB hingg 23.00 WIB, Setelah itu kembali ke rumah masing-masing, pukul 04.00 WIB dini hari barulah dilanjutkan dengan ibadah,” bebernya.

Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Wilayah Kalteng, Pendeta Ayang Setiawan mengatakan bahwa ziarah ke kuburan saat malam Paskah merupakan tradisi yang biasa dilakukan umat Kristen yang ada di Kalteng. Dikatakannya, tidak semua penganut agama Kristen punya tradisi seperti umat di Kalteng.

Baca Juga :  Kalteng Matangkan Persiapan Kejuaraan Dunia

“Hanya di Kalimantan Tengah yang melakukan ini,” terang Pdt Ayang Setiawan, Minggu (9/4).

Ia mengaku tidak bisa memastikan sejak kapan tradisi berziarah ke makam keluarga dan kerabat pada malam Paskah mulai dilakukan umat. Namun kebiasaan ini sudah berlangsung sejak lama. Berdasarkan pengamatannya, tradisi ini punya kaitan erat dengan kepercayaan masyarakat adat suku Dayak Kalteng sejak zaman dahulu.

Pada zaman dahulu, lanjutnya, bermalam dan berjaga di kuburan sudah biasa dilakukan oleh warga. Tujuannya untuk memohon rezeki atau meminta petunjuk dari arwah atau leluhur yang sudah meninggal.

Setelah agama Kristen masuk ke wilayah Kalteng, sebagian besar warga Dayak penganut agama Kristen masih mempertahankan kebiasaan bermalam di kuburan.

“Hanya saja maknanya sekarang disesuaikan dengan pandangan atau iman Kristen,” jelasnya.

Tradisi menyalakan lilin dan bermalam di kuburan keluarga atau kerabata pada malam Paskah di kuburan adalah untuk memaknai kebangkitan Yesus.

“Jadi ziarah kubur ini adalah wujud keyakinan bahwa keluarga yang sudah meninggal dunia sudah berada dalam kuasa kebangkitan Kristus,” ujarnya.

Setiawan mengatakan, umumnya warga yang datang ke kuburan saat perayaan Paskah yakni untuk membersihkan area sekitar makam, menaburkan bunga dan memasang lilin, serta melakukan kebaktian singkat.

Baca Juga :  Ketua DPD Dukung Penuh UPR, Tahun 2034 Bertekad Jadi Kampus Kelas Dunia

“Tidak ada ketentuan yang mengharuskan, tapi ini benar-benar hanya tradisi yang tidak tertulis,” terangnya.

Dicontohkannya, seperti kegiatan ibadah di kuburan, di mana pihak keluarga dari orang dimakamkan mengajak pendeta atau rohaniwan untuk memimpin kegiatan doa bersama di makam. Inti dari kegiatan ibadah tersebut adalah memohon kepada Tuhan agar menyertai dan membimbing seluruh anggota keluarga dan kerabat yang masih hidup di dunia.

Terkait perayaan Paskah tahun ini, ada pesan dan harapan yang disampaikan Pdt Ayang Setiawan bagi masyarakat Kalteng, khususnya umat Kristen. “Kebangkitan Kristus itu membawa harapan baru, bahwa kehidupan ini bisa menjadi lebih baik untuk semua orang,” ungkapnya.

Pdt Setiawan menyebut bahwa perayaan Paskah juga memiliki pesan moral, yakni pentingnya menumbuhkan semangat persatuan, persaudaraan, dan kerukunan dalam hidup masyarakat untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Ketua PGI Kalteng ini juga berharap agar melalui perayaan Paskah tahun ini, seluruh masyarakat Kalteng dapat menata kembali hidup, terutama setelah pandemi Covid-19.

“Sesuai dengan makna kebangkitan Kristus pada perayaan Paskah, maka kita juga harus bangkit dari keterpurukan hidup, baik dari sisi ekonomi, kesehatan, maupun lainnya, mulai menata kembali hidup yang lebih baik untuk kesejahteraan dan kemajuan bersama,” pungkasnya. (irj/sja/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Kompleks pemakaman Kristen di Jalan Tjilik Riwut Km 2 dan Km 12, Palangka Raya dipadati peziarah, Sabtu (8/4/2023). Sejak malam hingga pagi hari, keluarga dan kerabat berziarah dan bermalam di makam. Ini merupakan tradisi umat Kristen tiap perayaan Paskah.

Berdasarkan pantauan Kalteng Pos pada Sabtu malam, pemakaman Kristen di Km 12 dipadati peziarah. Kawasan yang pada hari-hari biasanya sepi, pada hari itu ramai dikunjungi peziarah. Makin malam makin banyak peziarah yang datang. Kawasan pemakaman yang biasanya gelap, berubah menjadi terang benderang oleh nyala lilin yang dipasang di makam-makam.

Dehen Erang, salah satu pengurus makam dari Yayasan Yusuf Arimatea GKE menjelaskan, tahun ini jumlah peziarah melonjak drastis dibandingkan tahun-tahun saat pandemi Covid-19 masih melanda. Dikatakannya, terkait peribadatan di makam telah diatur oleh pihak gereja. Surat imbauan telah dikeluarkan demi mengantisipasi membeludaknya warga yang datang berziarah.

“Diminta untuk menjaga keamanan, ketertiban, dan tidak bermalam, jadi masyarakat boleh menyalakan lilin sejak pukul 16.00 WIB hingg 23.00 WIB, Setelah itu kembali ke rumah masing-masing, pukul 04.00 WIB dini hari barulah dilanjutkan dengan ibadah,” bebernya.

Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Wilayah Kalteng, Pendeta Ayang Setiawan mengatakan bahwa ziarah ke kuburan saat malam Paskah merupakan tradisi yang biasa dilakukan umat Kristen yang ada di Kalteng. Dikatakannya, tidak semua penganut agama Kristen punya tradisi seperti umat di Kalteng.

Baca Juga :  Kalteng Matangkan Persiapan Kejuaraan Dunia

“Hanya di Kalimantan Tengah yang melakukan ini,” terang Pdt Ayang Setiawan, Minggu (9/4).

Ia mengaku tidak bisa memastikan sejak kapan tradisi berziarah ke makam keluarga dan kerabat pada malam Paskah mulai dilakukan umat. Namun kebiasaan ini sudah berlangsung sejak lama. Berdasarkan pengamatannya, tradisi ini punya kaitan erat dengan kepercayaan masyarakat adat suku Dayak Kalteng sejak zaman dahulu.

Pada zaman dahulu, lanjutnya, bermalam dan berjaga di kuburan sudah biasa dilakukan oleh warga. Tujuannya untuk memohon rezeki atau meminta petunjuk dari arwah atau leluhur yang sudah meninggal.

Setelah agama Kristen masuk ke wilayah Kalteng, sebagian besar warga Dayak penganut agama Kristen masih mempertahankan kebiasaan bermalam di kuburan.

“Hanya saja maknanya sekarang disesuaikan dengan pandangan atau iman Kristen,” jelasnya.

Tradisi menyalakan lilin dan bermalam di kuburan keluarga atau kerabata pada malam Paskah di kuburan adalah untuk memaknai kebangkitan Yesus.

“Jadi ziarah kubur ini adalah wujud keyakinan bahwa keluarga yang sudah meninggal dunia sudah berada dalam kuasa kebangkitan Kristus,” ujarnya.

Setiawan mengatakan, umumnya warga yang datang ke kuburan saat perayaan Paskah yakni untuk membersihkan area sekitar makam, menaburkan bunga dan memasang lilin, serta melakukan kebaktian singkat.

Baca Juga :  Ketua DPD Dukung Penuh UPR, Tahun 2034 Bertekad Jadi Kampus Kelas Dunia

“Tidak ada ketentuan yang mengharuskan, tapi ini benar-benar hanya tradisi yang tidak tertulis,” terangnya.

Dicontohkannya, seperti kegiatan ibadah di kuburan, di mana pihak keluarga dari orang dimakamkan mengajak pendeta atau rohaniwan untuk memimpin kegiatan doa bersama di makam. Inti dari kegiatan ibadah tersebut adalah memohon kepada Tuhan agar menyertai dan membimbing seluruh anggota keluarga dan kerabat yang masih hidup di dunia.

Terkait perayaan Paskah tahun ini, ada pesan dan harapan yang disampaikan Pdt Ayang Setiawan bagi masyarakat Kalteng, khususnya umat Kristen. “Kebangkitan Kristus itu membawa harapan baru, bahwa kehidupan ini bisa menjadi lebih baik untuk semua orang,” ungkapnya.

Pdt Setiawan menyebut bahwa perayaan Paskah juga memiliki pesan moral, yakni pentingnya menumbuhkan semangat persatuan, persaudaraan, dan kerukunan dalam hidup masyarakat untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Ketua PGI Kalteng ini juga berharap agar melalui perayaan Paskah tahun ini, seluruh masyarakat Kalteng dapat menata kembali hidup, terutama setelah pandemi Covid-19.

“Sesuai dengan makna kebangkitan Kristus pada perayaan Paskah, maka kita juga harus bangkit dari keterpurukan hidup, baik dari sisi ekonomi, kesehatan, maupun lainnya, mulai menata kembali hidup yang lebih baik untuk kesejahteraan dan kemajuan bersama,” pungkasnya. (irj/sja/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/