Senin, Januari 13, 2025
27.7 C
Palangkaraya

Ance Cassandra, Mahasiswi UPR yang Viral saat Bagikan Sosok Ayah

 

 

PALANGKA RAYAAnce Cassandra Febiola Sinaga, mahasiswi Ilmu Administrasi Negara Universitas Palangka Raya (UPR), baru saja menyelesaikan salah satu pencapaian terbesarnya. Momen wisudanya menjadi perbincangan hangat setelah video kebersamaannya dengan sang ayah, Joni Sinaga, viral di media sosial.

Sandra ramai menjadi buah bibir berkat vidio yang ia upload ke media sosial. Dalam vidieo tersebut ia menceritakan sosok sang ayah yang sangat ia banggakan dan menuai haru para penonton. Mahasiswi Ilmu Administrasi Negara Universitas Palangka Raya (UPR) ini tidak hanya menyelesaikan studinya dengan penuh semangat, tetapi juga menjadi saksi ketulusan dan pengorbanan keluarganya.

 

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kisah perjuangan gadis asal Sumatera ini Kalteng Pos mengundang Sandra dan sang ayah, Joni Sinaga untuk datang ke podcast ruang redaksi Kalteng Pos.

Sandra bercerita, awal mula dirinya datang ke Palangka Raya bukanlah perjalanan yang mudah. “Aku kesini di tahun 2020 dan datang kesini sendirian tidak di antar oleh orang tua,” ujarnya.

 

Gadis cantik berdarah Batak itu mengaku selama berkuliah dirinya juga sembari bekerja sampingan untuk meringankan beban orang tua. “Aku pernah kerja membungkus sayur, jualan. Baru setahun terakhir ini aku buka jasa MUA dan nail art, ini aku belajarnya otodidak aja sendirian untuk diriku ternyata temen-temenku pada rame mau pake jasa aku,” ungkapnya.

 

Lebih lanjut ia mengatakan, di tahun 2021 sang kakak ikut menyusul ke Palangka Raya untuk melanjutkan kuliah. Sang kakak, yang sempat bekerja di bidang penerbangan, akhirnya memutuskan untuk kembali ke bangku kuliah setelah pandemi Covid-19 membuat penghasilannya tidak mencukupi.

 

“Abang sempat kerja di bandara, tapi gajinya sering dipotong karena pandemi. Orang tua bilang, daripada terus-terusan begitu, lebih baik pulang,” ceritanya.

 

Keputusan tersebut membawa kakaknya ke Palangka Raya untuk kuliah di jurusan Ekonomi Pembangunan di Universitas Palangka Raya. Sementara itu, adiknya juga menyusul setahun kemudian. Mereka kini tinggal bersama di sebuah kos kecil, saling mendukung dalam segala keterbatasan.

Baca Juga :  Mulai 2022, Vaksin Sinovac Diprioritaskan untuk Usia 6-11 Tahun

 

Menurutnya momen ketika sang ayah, akhirnya datang ke Palangka Raya untuk mendatangi wisudanya menjadi momen paling berkesan baginya. Kedatangan Joni bukan tanpa perjuangan sebelumnya sang ayah tidak memberikan kepastian apakah dirinya akan hadir atau tidak di momen wisuda sang anak. Terlebih lagi dengan kondisi keuangan yang terbatas, mereka bahkan harus meminjam uang untuk membeli tiket perjalanan.

 

“Aku tahu dari matanya, Bapak itu sebenarnya berat. Tapi dia enggak pernah bilang. Aku cuma bisa bilang ke Bapak, ‘Pokoknya packing, Pak, nanti aku bantu,” kata Sandra. Bertolak dari Sumatera ke Bumi Tambun Bungai diketahui tidak hanya untuk menghadiri wisuda Sandra, namun sang ayah bertekad untuk mencari peruntungan di Kalimantan.

 

Ia dan sang ayah ingin bisa membawa ibu dan adik-adiknya ke Palangka Raya, agar bisa hidup bersama tanpa terpisah jarak. “Bapak bilang, nanti kalau semua sudah selesai, Mama enggak usah kerja lagi. Kita mau buat Mama senang di sini,” ujarnya.

 

Gadis kelahiran tahun 2002 ini merupakan putri kedua Joni. Kedua ayah dan anak tersebut nampak menikmati kebersamaan mereka, hal tersebut terpancar selama berbincang di ruang redaksi Kalteng Pos.

Joni bercerita saat menghadiri wisuda putrinya, Sandra. Bukan hanya momen bahagia, tetapi perjalanan penuh perjuangan ini menjadi bukti cinta dan dedikasi seorang ayah terhadap anaknya.

 

“Aku bilang aku ini mungkin yang paling miskin dari semua orang tua yang hadir di sini,” ujar Joni, mengenang momen ketika ia berdiri di tengah keramaian wisuda. Meskipun merasa sederhana dibandingkan orang tua lainnya yang hadir dengan penampilan mewah dan mobil-mobil megah, ia mengaku tidak merasa minder. Baginya, kebahagiaan Sandra yang berhasil menyelesaikan pendidikan adalah harta yang tak ternilai.

Baca Juga :  Menanti Tuah Freddy Muli di Kalteng Putra

 

Ayah 5 anak itu bercerita bagaimana ia membesarkan anak-anaknya dengan semangat pantang menyerah. “Aku selalu bilang sama anak-anak, enggak usah takut belajar, enggak usah pilih-pilih pekerjaan, yang penting halal,” tegasnya. Ia percaya bahwa pendidikan adalah jalan bagi anak-anaknya untuk mencapai mimpi yang lebih tinggi, jauh dari keterbatasan yang pernah ia alami.

 

Sandra lanjutnya, ia anak perempuan dengan sosok yang mandiri. Selama empat tahun menempuh pendidikan di Kalimantan Tengah, baik dirinya maupun sang istri hanya bisa berkomunikasi lewat telepon.

Lelaki tinggi jangkung itu mengungkapkan, khawatir sebagai orang tua tentu ada, terlebih Sandra berada jauh dari kampung halaman. Namun, ia memilih untuk mempercayai anaknya dan membiarkannya mengejar impian.

 

“Saya enggak mau anak-anak saya mengalami apa yang saya alami dulu. Biarlah mereka mencapai mimpinya sendiri,” tuturnya.

Keputusannya untuk mendukung Sandra menempuh pendidikan tinggi adalah bentuk kasih sayang sekaligus harapannya agar anak-anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik.

 

Menanggapi penuturan sang ayah, Sandra mengaku cukup sedih. “Jujur, mendengar Bapak bilang begitu rasanya sakit. Tapi di sisi lain, aku merasa sangat terharu. Aku tahu, di balik kata-kata itu ada rasa bangga yang luar biasa,” ujarnya.

 

Gadis berambut panjang itu mengungkapkan bahwa bagi dirinya, sang ayah adalah segalanya.

“Aku lihat Bapak itu seperti malaikat, superhero, dan pahlawan. Kalau ada masalah, aku selalu curhat ke Bapak. Apa pun pilihan yang aku hadapi, aku selalu minta pendapatnya. Dan, apa pun yang Bapak bilang, aku yakin itu rezekiku,” katanya dengan penuh rasa syukur.

 

Kepercayaan Sandra terhadap sang ayah begitu besar. Bahkan, keputusan besar seperti merantau ke Kalimantan pun didasarkan pada saran ayahnya. “Bapak bilang ada rezeki di sini, dan ternyata benar. Aku sangat bersyukur punya ayah seperti Bapak,” pungkasnya. (*/ala)

 

 

PALANGKA RAYAAnce Cassandra Febiola Sinaga, mahasiswi Ilmu Administrasi Negara Universitas Palangka Raya (UPR), baru saja menyelesaikan salah satu pencapaian terbesarnya. Momen wisudanya menjadi perbincangan hangat setelah video kebersamaannya dengan sang ayah, Joni Sinaga, viral di media sosial.

Sandra ramai menjadi buah bibir berkat vidio yang ia upload ke media sosial. Dalam vidieo tersebut ia menceritakan sosok sang ayah yang sangat ia banggakan dan menuai haru para penonton. Mahasiswi Ilmu Administrasi Negara Universitas Palangka Raya (UPR) ini tidak hanya menyelesaikan studinya dengan penuh semangat, tetapi juga menjadi saksi ketulusan dan pengorbanan keluarganya.

 

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kisah perjuangan gadis asal Sumatera ini Kalteng Pos mengundang Sandra dan sang ayah, Joni Sinaga untuk datang ke podcast ruang redaksi Kalteng Pos.

Sandra bercerita, awal mula dirinya datang ke Palangka Raya bukanlah perjalanan yang mudah. “Aku kesini di tahun 2020 dan datang kesini sendirian tidak di antar oleh orang tua,” ujarnya.

 

Gadis cantik berdarah Batak itu mengaku selama berkuliah dirinya juga sembari bekerja sampingan untuk meringankan beban orang tua. “Aku pernah kerja membungkus sayur, jualan. Baru setahun terakhir ini aku buka jasa MUA dan nail art, ini aku belajarnya otodidak aja sendirian untuk diriku ternyata temen-temenku pada rame mau pake jasa aku,” ungkapnya.

 

Lebih lanjut ia mengatakan, di tahun 2021 sang kakak ikut menyusul ke Palangka Raya untuk melanjutkan kuliah. Sang kakak, yang sempat bekerja di bidang penerbangan, akhirnya memutuskan untuk kembali ke bangku kuliah setelah pandemi Covid-19 membuat penghasilannya tidak mencukupi.

 

“Abang sempat kerja di bandara, tapi gajinya sering dipotong karena pandemi. Orang tua bilang, daripada terus-terusan begitu, lebih baik pulang,” ceritanya.

 

Keputusan tersebut membawa kakaknya ke Palangka Raya untuk kuliah di jurusan Ekonomi Pembangunan di Universitas Palangka Raya. Sementara itu, adiknya juga menyusul setahun kemudian. Mereka kini tinggal bersama di sebuah kos kecil, saling mendukung dalam segala keterbatasan.

Baca Juga :  Mulai 2022, Vaksin Sinovac Diprioritaskan untuk Usia 6-11 Tahun

 

Menurutnya momen ketika sang ayah, akhirnya datang ke Palangka Raya untuk mendatangi wisudanya menjadi momen paling berkesan baginya. Kedatangan Joni bukan tanpa perjuangan sebelumnya sang ayah tidak memberikan kepastian apakah dirinya akan hadir atau tidak di momen wisuda sang anak. Terlebih lagi dengan kondisi keuangan yang terbatas, mereka bahkan harus meminjam uang untuk membeli tiket perjalanan.

 

“Aku tahu dari matanya, Bapak itu sebenarnya berat. Tapi dia enggak pernah bilang. Aku cuma bisa bilang ke Bapak, ‘Pokoknya packing, Pak, nanti aku bantu,” kata Sandra. Bertolak dari Sumatera ke Bumi Tambun Bungai diketahui tidak hanya untuk menghadiri wisuda Sandra, namun sang ayah bertekad untuk mencari peruntungan di Kalimantan.

 

Ia dan sang ayah ingin bisa membawa ibu dan adik-adiknya ke Palangka Raya, agar bisa hidup bersama tanpa terpisah jarak. “Bapak bilang, nanti kalau semua sudah selesai, Mama enggak usah kerja lagi. Kita mau buat Mama senang di sini,” ujarnya.

 

Gadis kelahiran tahun 2002 ini merupakan putri kedua Joni. Kedua ayah dan anak tersebut nampak menikmati kebersamaan mereka, hal tersebut terpancar selama berbincang di ruang redaksi Kalteng Pos.

Joni bercerita saat menghadiri wisuda putrinya, Sandra. Bukan hanya momen bahagia, tetapi perjalanan penuh perjuangan ini menjadi bukti cinta dan dedikasi seorang ayah terhadap anaknya.

 

“Aku bilang aku ini mungkin yang paling miskin dari semua orang tua yang hadir di sini,” ujar Joni, mengenang momen ketika ia berdiri di tengah keramaian wisuda. Meskipun merasa sederhana dibandingkan orang tua lainnya yang hadir dengan penampilan mewah dan mobil-mobil megah, ia mengaku tidak merasa minder. Baginya, kebahagiaan Sandra yang berhasil menyelesaikan pendidikan adalah harta yang tak ternilai.

Baca Juga :  Menanti Tuah Freddy Muli di Kalteng Putra

 

Ayah 5 anak itu bercerita bagaimana ia membesarkan anak-anaknya dengan semangat pantang menyerah. “Aku selalu bilang sama anak-anak, enggak usah takut belajar, enggak usah pilih-pilih pekerjaan, yang penting halal,” tegasnya. Ia percaya bahwa pendidikan adalah jalan bagi anak-anaknya untuk mencapai mimpi yang lebih tinggi, jauh dari keterbatasan yang pernah ia alami.

 

Sandra lanjutnya, ia anak perempuan dengan sosok yang mandiri. Selama empat tahun menempuh pendidikan di Kalimantan Tengah, baik dirinya maupun sang istri hanya bisa berkomunikasi lewat telepon.

Lelaki tinggi jangkung itu mengungkapkan, khawatir sebagai orang tua tentu ada, terlebih Sandra berada jauh dari kampung halaman. Namun, ia memilih untuk mempercayai anaknya dan membiarkannya mengejar impian.

 

“Saya enggak mau anak-anak saya mengalami apa yang saya alami dulu. Biarlah mereka mencapai mimpinya sendiri,” tuturnya.

Keputusannya untuk mendukung Sandra menempuh pendidikan tinggi adalah bentuk kasih sayang sekaligus harapannya agar anak-anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik.

 

Menanggapi penuturan sang ayah, Sandra mengaku cukup sedih. “Jujur, mendengar Bapak bilang begitu rasanya sakit. Tapi di sisi lain, aku merasa sangat terharu. Aku tahu, di balik kata-kata itu ada rasa bangga yang luar biasa,” ujarnya.

 

Gadis berambut panjang itu mengungkapkan bahwa bagi dirinya, sang ayah adalah segalanya.

“Aku lihat Bapak itu seperti malaikat, superhero, dan pahlawan. Kalau ada masalah, aku selalu curhat ke Bapak. Apa pun pilihan yang aku hadapi, aku selalu minta pendapatnya. Dan, apa pun yang Bapak bilang, aku yakin itu rezekiku,” katanya dengan penuh rasa syukur.

 

Kepercayaan Sandra terhadap sang ayah begitu besar. Bahkan, keputusan besar seperti merantau ke Kalimantan pun didasarkan pada saran ayahnya. “Bapak bilang ada rezeki di sini, dan ternyata benar. Aku sangat bersyukur punya ayah seperti Bapak,” pungkasnya. (*/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/