PALANGKA RAYA – Pengetahuan lokal ialah suatu warisan yang harus terus di lestarikan karena ini adalah bekal untuk masa depan dan Pengetahuan lokal dalam pertanian akan terus ditemui dan terus berkembang pada setiap daerah salah satunya di Desa Tewang Karangan yang berada di Kecamatan Pulau Malan, Kalimantan Tengah.
Pengetahuan lokal dapat menjadi dasar dalam ketahanan pangan bagi masyarakat menghadapi permasalahan sosial ekonomi pada perubahan iklim. Dimana kegiatan ini terfokuskan pada pengamatan dan pengumpulan data mengenai tatacara, sejarah dan pengolahan pertanian berdasarkan atas kearifan lokal di Desa Tewang Karangan.
Tim dosen yang diketuai oleh Ali Sunarno bersama kedua rekan dosennya, Ida Bagus Suryanatha dan Windi Susetyo Ningrum dengan membawa dua mahasiswa yakni Yuana Ledy Prilia dan Ivana Hapsari untuk Penelitian Pengetahuan Lokal Petani dalam Menunjang Ketahanan Pangan dan Menghadapi Perubahan Iklim di Tewang Karangan, melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Palangka Raya yang mana kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 18 sampai dengan 20 Oktober 2024.
Melalui penelitian ini, tim dosen mengkaji pengetahuan lokal petani penunjang ketahanan pangan, sosialisasi pengetahuan lokal pada generasi muda serta upaya menjaga pengetahuan lokal agar tetap terjaga keberlanjutannya.
Penelitian dilakukan dengan dua tahap yaitu, Focus Grup Discussion dan Pengambilan data (sample) kepada anak muda (usia produktif).
Hal ini dilakukan untuk memetakan pandangan dari kedua sisi anak muda dan sisi usia dewasa-tua yang tergabung dalam kelompok wanita tani hapakat dan mantir desa yang datang.
FGD diutamakan melihat pandangan usia dewasa tua (Kelompok Wanita Tani Hapakat dan Mantir Desa), yang mana ditemui pengetahuan lokal petani dalam menunjang ketahanan pangan masih dalam ranah tradisional dan ditemukan dinamika anak muda yang mulai enggan ke ladang untuk berkebun.
Ditemukan pula lainnya adalah bagaimana ritual tradisional adat dayak masih dilakukan oleh beberapa petani saja saat membuka lahan hingga memanennya.
Di sisi lain, usia muda (Produktif) dengan sample usia yang relatif bervariasi dapat ditemukan dinamika yang berbeda. Anak-anak muda tidak terlalu mengikuti dan memaknai ritual membuka lahan hingga panennya, mereka hanya mengikuti jika memang ada yang melakukan pengetahuan lokal adat tersebut.
Seluruh kegiatan ini di sambut baik oleh Pak Sutrisno, selaku Kepala Desa setempat dan Kelompok Wanita Tani Hapakat. Tak hanya itu, Mantir juga mengatakan hal penting terkait pengetahuan lokal petani yang sebaiknya diturunkan terus-menerus.
Mantir setempat mengatakan bahwa, tradisi atau kearifan lokal ini sangat penting karena dapat mempengaruhi hasil panen, dan anak muda harus paham akan hal tersebut.
Sekarang anak muda banyak yang tidak mengetahui tata cara dan tradisi Manungal dan lain-lain. Padahal tujuan dari Manungal ini ialah meminta izin kepada roh atau pemilik tanah agar hasil panen melimpah dan bagus.
“Dan cara terbaik agar anak muda tau kearifan lokal ialah dengan melibatkan mereka secara langsung ke ladang dan ikut serta di dalam Ritual dan tradisi Manungal ini” ujarnya saat kegiatan FGD.
Mina Maria selaku anggota kelompok wanita Tani Hapakat, mengucapkan banyak rasa syukur dan harapan dari kegiatan ini supaya berkelanjutan.
“Kami bersyukur bapak-bapak bisa hadir di Desa ini semoga dengan ada kegiatan ini anak muda semakin tau dan paham akan kearifan lokal bertani, kami berharap mereka menjadi anak yang sukses tetapi tetap ingat cara bertani, karena bertani ini adalah warisan ilmu dari leluhur untuk kita di masa yang akan datang” katanya pada kesempatan tersebut.
Setiap data dan hasil yang ditemukan pada lapangan akan diolah kembali oleh tim dosen dan mahasiswa guna mendukung laporan penelitian yang akan diberikan kepada Desa juga sebagai bentuk dukungan serta hasil dari penelitian pengetahuan lokal penunjang ketahanan pangan dan warisan budaya pertanian di Desa Tewang Karangan. (ovi/b/ram)