Gempa dengan kekuatan besar dua hari berturut-turut menguncang Sulawesi Barat (Sulbar). Dampaknya terdapat sejumlah kerusakan terhadap rumah warga, perkantoran, fasilitas publik, dan korban jiwa. Tetapi, sampai saat ini belum ada data resmi dan kerusakan tersebut.
Ketua Umum Kerukunan Keluarga Sulawesi Barat se-Indoneaia (KKMSB) Muhammad Asri Anas mengungkapkan, sejumlah gedung, kantor pemerintah, dan fasilitas umum runtuh total. Di antaranya Rumah sakit Mifta Manakarra dan dua hotel, Grand Maleo dan Matos.
Saat ini sejumlah warga mengungsi ke daerah lebih tinggi karena takut terjadi tsunami. Sebagian lainnya memilih tidur di dalam mobil karena khawatir terjadi gempa susulan. Namun, berdasar pantauan BMKG, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. “Banyak yang meninggalkan rumah dalam keadaan rusak parah,” kata mantan anggota Dewan Perwakilan daerah (DPD) dari Sulbar itu, Jumat (15/1)
Adapun gempa yang mengguncang Sulbar terjadi pada (15/1) dini hari pukul 01.28 WIB, dengan berkekuatan 6,2 magnitudo. Sebelumnya, Kamis (14/1) gempa berkekuatan 5,9 magnitudo juga sempat menggegerkan warga setempat.
Dari laporan BMKG titik episentrum kedua gempa tersebut nyaris sama. Yaitu, di 2,9 lintang selatan (LS) dan 118,8 bujur timur (BT). Episentrum gempa itu berada sekitar 6 kilometer timur laut Kota Majene.
Selain merusak rumah warga dan perkantoran, gempa di Majene dan Mamuju juga mengakibatkan rumah dinas wakil gubernur dan sekretaris daerah (Sekda) Sulbar runtuh.
Musibah tersebut membawa duka mendalam bagi masyarakat Majene. Pasalnya, dua hari sebelumnya ditimpa banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Bahkan, sebelumnya beberapa kawasan di Kabupaten Majene dilanda hujan deras hingga menyebabkan banjir setinggi lutut orang dewasa.
Jalur Trans Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat sempat putus, karena pohon tumbang melintang di jalan. Beberapa jembatan juga putus akibat diterjang banjir bandang.
Asri Anas mengimbau pemerintah daerah (pemda) sigap melakukan mitigasi bencana secara cepat dan cermat, karena masyarakat banyak yang tak bisa mendiami rumahnya karena bencana beruntun ini.
Provinsi Sulbar adalah satu dari 10 wilayah dengan risiko bencana tertinggi di Indonesia. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Majene berada di urutan ke delapan dari 10 besar daerah rawan di lingkup cincin api Indonesia.(jpc/pk)