Senin, Juli 8, 2024
24.1 C
Palangkaraya

Melihat Persiapan Menyambut Imlek 2574 di Kalteng

Lampion Sudah Dipasang, Rupang Mulai Dibersihkan

Sepekan menjelang Imlek atau tahun baru Cina, warga keturunan Tionghoa di Kalimantan Tengah (Kalteng) mulai melakukan berbagai persiapan. Lampion sudah dipasang di halaman klenteng dan rupang atau patung dewa mulai dibersihkan.  

RIDANI-SONY, Palangka Raya-Pangkalan Bun

PERSIAPAN terlihat di Vihara Avalokitesvara di Jalan Tjilik Riwut Km 9,5, Palangka Raya. Pembersihan dilakukan terhadap patung atau rupang. Ada 20 lebih rupang yang dibersihkan. Di antaranya ada rupang Sang Buddha Goutama, Bodhisatva Kwan IM, Buddha Maitreya, Sitigarbha, Kwan Kung, dan Jambala.

Sebelum dibersihkan, rupang diangkat terlebih dahulu ke luar Damasala, lalu ditaruh berjejer untuk selanjutnya dibersihkan satu per satu dengan menggunakan air hingga tidak ada lagi debu atau bekas dupa yang menempel pada rupang. Setelah itu barulah dikembalikan ke tempat semula. Saat bersih-bersih rupang ini, barang yang digunakan harus baru dan sekali pakai, seperti sapu, baskom, dan ember.

Koh Aphin Ketua Majelis Budayana Indonesia (MBI) yang juga pembina Vihara Avalokitesvara menyebut, bersih-bersih viraha sudah menjadi agenda tahunan dan merupakan bagian dari tradisi. Dikatakannya, bukan hanya vihara yang dibersihkan dalam rangka menyambut Imlek, tapi juga rumah-rumah warga.

Selain itu, pemasangan lampion baru juga dilakukan. Yang sudah pudar warnanya diganti. Begitu pun dengan lampu lampian yang sudah tak berfungsi dan kabel yang putus diganti dengan yang baru, kemudian digantung dengan rapi di depan vihara sehingga elok dipandang.

Pembersihan vihara tidak bisa dilakukan sembarang waktu. Mesti dilakukan pada hari yang bagus. Biasanya hal itu dikonsultasikan dahulu kepada suhu yang mempunyai spirit ritualnya lebih tinggi. Untuk tahun ini hari baiknya tepat pada hari Minggu, bertepatan dengan hari libur, sehingga banyak yang terlibat dalam pembersihan.

Baca Juga :  Polres Barsel Tangkap Pengedar Uang Palsu

Di vihara ini, kepengurusan terbagi atas ketua, sekretaris, dan bendahara. Selain itu ada bagian ritual, bagian pelayanan duka (kerohanian), dan lainnya. Menurut Aphin, ada 10 orang lebih yang tergabung dalam kepengurusan. Surat keputusan (SK) kepengurusan vihara dikeluarkan oleh Yayasan Buddha Mulia. Dalam artian, vihara ini berada di bawah naungan yayasan tersebut.

Koh Aphin mengatakan, ruang lingkup pembinaan Yayasan Buddha Mulia tidak hanya Vihara Avalokitesvara, tapi juga membina vihara yang ada di Damang Batu. Pembinaan atau yang dinamakan Sangha adalah komunitas para Bhante. Bhante/sangha merupakan tokoh spiritual. Ada lima Bhante untuk vihara. Ada juga Bhante yang diundang dari luar pulau saat ada acara-acara keagamaan, bahkan sekitar 5 hingga 10 orang.

Patung atau rupang itu hanya sebagai objek supaya bisa fokus saat menggelar ritual. Ada objek yang bisa dijadikan pusat konsentrasi untuk pemujaan atau penghormatan. Di dalam Damasala/ruangan muja bakti, juga ada Ciamsi untuk meminta petunjuk. Misalnya, ingin usaha atau bekerja sama dengan orang untuk patungan modal usaha, meminta petunjuk di Damasala untuk mengetahui kecocokan. Juga bisa meminta petunjuk soal kesehatan dan lainnya, sesuai niat masing-masing.

Tiap orang tentu punya niat berbeda. Ada yang meminta berkah untuk kesehatan. Ada pula yang meminta kerukunan dalam hidup berumah tangga. Ada yang meminta berkah kedamaian dalam hidup rumah tangga.

Aphin menyebut, perayaan Imlek akan digelar pada tanggal 22 Januari. Pada malam sebelum hari perayaan atau tanggal 21 Januari, akan ada pertunjukan barongsai.

Baca Juga :  JCH Kalteng Bersiap Hadapi Puncak Haji

Berdasarkan kalender Imlek, tahun ini merupakan tahun 2574, dengan shio kelinci air. Aphin berharap umat Buddha maupun masyarakat Kalteng senantiasa diberi kesehatan, keberhasilan, kemajuan dalam spiritual, dan moderasi beragama senantiasa terjaga.

“Apalagi tahun ini kita memasuki tahun politik, bagi kami menjaga kedamaian dan saling menghormati antarsesama paling utama, kami selalu sampaikan ke umat agar selalu menjaga ketenteraman dan keamanan lingkungan sekitar,” tuturnya.

Menjelang perayaan Imlek 2574 yang jatuh pada 22 Februari mendatang, pembersihan rupang juga dilakukan pengurus Klenteng Damai Sejahtera di Kotawaringin Barat (Kobar), Minggu (15/1).

Ketua Majelis Agama Konghucu Indonesia (Makin) Kobar Eric Munandar mengatakan, menyambut Imlek tahun ini pihaknya membersihkan rupang atau patung dewa, membersihkan ruang klenteng, serta mengganti hiasan yang telah usang, sehingga terlihat elok saat pelaksanaan ibadah nantinya.

“Tahun ini shio kelinci, dengan artian cintai damai, ini ajakan untuk seluruh umat manusia, semoga Imlek tahun ini memberi dampak positif bagi bangsa Indonesia, terutama masyarakat Kalteng” katanya.

Eric menambahkan, ritual bersih-bersih ini dilakukan setelah pada malam hari sebelumnya dilakukan upacara pengantaran dewa ke langit. Setelah diantarkan dan kondisi klenteng kosong, barulah dilakukan pembersihan. Selain itu, berbagai ritual terus dilakukan dalam rangka persiapan dan penyambutan Imlek. Masyarakat Tionghoa melakukan berbagai persiapan, baik di Klenteng maupun di rumah masing-masing. Walaupun pandemi Covid-19 telah melandai, tapi Imlek tahun ini dirayakan pihaknya secara sederhana.

“Kami menggelar open house di klenteng, bisa dihadiri umat serta masyarakat. Sementara untuk ibadah atau sembahyang dilaksanakan sesuai waktu yang telah ditentukan,” pungkasnya. (*/ce/ala)

Sepekan menjelang Imlek atau tahun baru Cina, warga keturunan Tionghoa di Kalimantan Tengah (Kalteng) mulai melakukan berbagai persiapan. Lampion sudah dipasang di halaman klenteng dan rupang atau patung dewa mulai dibersihkan.  

RIDANI-SONY, Palangka Raya-Pangkalan Bun

PERSIAPAN terlihat di Vihara Avalokitesvara di Jalan Tjilik Riwut Km 9,5, Palangka Raya. Pembersihan dilakukan terhadap patung atau rupang. Ada 20 lebih rupang yang dibersihkan. Di antaranya ada rupang Sang Buddha Goutama, Bodhisatva Kwan IM, Buddha Maitreya, Sitigarbha, Kwan Kung, dan Jambala.

Sebelum dibersihkan, rupang diangkat terlebih dahulu ke luar Damasala, lalu ditaruh berjejer untuk selanjutnya dibersihkan satu per satu dengan menggunakan air hingga tidak ada lagi debu atau bekas dupa yang menempel pada rupang. Setelah itu barulah dikembalikan ke tempat semula. Saat bersih-bersih rupang ini, barang yang digunakan harus baru dan sekali pakai, seperti sapu, baskom, dan ember.

Koh Aphin Ketua Majelis Budayana Indonesia (MBI) yang juga pembina Vihara Avalokitesvara menyebut, bersih-bersih viraha sudah menjadi agenda tahunan dan merupakan bagian dari tradisi. Dikatakannya, bukan hanya vihara yang dibersihkan dalam rangka menyambut Imlek, tapi juga rumah-rumah warga.

Selain itu, pemasangan lampion baru juga dilakukan. Yang sudah pudar warnanya diganti. Begitu pun dengan lampu lampian yang sudah tak berfungsi dan kabel yang putus diganti dengan yang baru, kemudian digantung dengan rapi di depan vihara sehingga elok dipandang.

Pembersihan vihara tidak bisa dilakukan sembarang waktu. Mesti dilakukan pada hari yang bagus. Biasanya hal itu dikonsultasikan dahulu kepada suhu yang mempunyai spirit ritualnya lebih tinggi. Untuk tahun ini hari baiknya tepat pada hari Minggu, bertepatan dengan hari libur, sehingga banyak yang terlibat dalam pembersihan.

Baca Juga :  Polres Barsel Tangkap Pengedar Uang Palsu

Di vihara ini, kepengurusan terbagi atas ketua, sekretaris, dan bendahara. Selain itu ada bagian ritual, bagian pelayanan duka (kerohanian), dan lainnya. Menurut Aphin, ada 10 orang lebih yang tergabung dalam kepengurusan. Surat keputusan (SK) kepengurusan vihara dikeluarkan oleh Yayasan Buddha Mulia. Dalam artian, vihara ini berada di bawah naungan yayasan tersebut.

Koh Aphin mengatakan, ruang lingkup pembinaan Yayasan Buddha Mulia tidak hanya Vihara Avalokitesvara, tapi juga membina vihara yang ada di Damang Batu. Pembinaan atau yang dinamakan Sangha adalah komunitas para Bhante. Bhante/sangha merupakan tokoh spiritual. Ada lima Bhante untuk vihara. Ada juga Bhante yang diundang dari luar pulau saat ada acara-acara keagamaan, bahkan sekitar 5 hingga 10 orang.

Patung atau rupang itu hanya sebagai objek supaya bisa fokus saat menggelar ritual. Ada objek yang bisa dijadikan pusat konsentrasi untuk pemujaan atau penghormatan. Di dalam Damasala/ruangan muja bakti, juga ada Ciamsi untuk meminta petunjuk. Misalnya, ingin usaha atau bekerja sama dengan orang untuk patungan modal usaha, meminta petunjuk di Damasala untuk mengetahui kecocokan. Juga bisa meminta petunjuk soal kesehatan dan lainnya, sesuai niat masing-masing.

Tiap orang tentu punya niat berbeda. Ada yang meminta berkah untuk kesehatan. Ada pula yang meminta kerukunan dalam hidup berumah tangga. Ada yang meminta berkah kedamaian dalam hidup rumah tangga.

Aphin menyebut, perayaan Imlek akan digelar pada tanggal 22 Januari. Pada malam sebelum hari perayaan atau tanggal 21 Januari, akan ada pertunjukan barongsai.

Baca Juga :  JCH Kalteng Bersiap Hadapi Puncak Haji

Berdasarkan kalender Imlek, tahun ini merupakan tahun 2574, dengan shio kelinci air. Aphin berharap umat Buddha maupun masyarakat Kalteng senantiasa diberi kesehatan, keberhasilan, kemajuan dalam spiritual, dan moderasi beragama senantiasa terjaga.

“Apalagi tahun ini kita memasuki tahun politik, bagi kami menjaga kedamaian dan saling menghormati antarsesama paling utama, kami selalu sampaikan ke umat agar selalu menjaga ketenteraman dan keamanan lingkungan sekitar,” tuturnya.

Menjelang perayaan Imlek 2574 yang jatuh pada 22 Februari mendatang, pembersihan rupang juga dilakukan pengurus Klenteng Damai Sejahtera di Kotawaringin Barat (Kobar), Minggu (15/1).

Ketua Majelis Agama Konghucu Indonesia (Makin) Kobar Eric Munandar mengatakan, menyambut Imlek tahun ini pihaknya membersihkan rupang atau patung dewa, membersihkan ruang klenteng, serta mengganti hiasan yang telah usang, sehingga terlihat elok saat pelaksanaan ibadah nantinya.

“Tahun ini shio kelinci, dengan artian cintai damai, ini ajakan untuk seluruh umat manusia, semoga Imlek tahun ini memberi dampak positif bagi bangsa Indonesia, terutama masyarakat Kalteng” katanya.

Eric menambahkan, ritual bersih-bersih ini dilakukan setelah pada malam hari sebelumnya dilakukan upacara pengantaran dewa ke langit. Setelah diantarkan dan kondisi klenteng kosong, barulah dilakukan pembersihan. Selain itu, berbagai ritual terus dilakukan dalam rangka persiapan dan penyambutan Imlek. Masyarakat Tionghoa melakukan berbagai persiapan, baik di Klenteng maupun di rumah masing-masing. Walaupun pandemi Covid-19 telah melandai, tapi Imlek tahun ini dirayakan pihaknya secara sederhana.

“Kami menggelar open house di klenteng, bisa dihadiri umat serta masyarakat. Sementara untuk ibadah atau sembahyang dilaksanakan sesuai waktu yang telah ditentukan,” pungkasnya. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/