Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng dr Suyuti menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan pendataan relawan yang akan terlibat dalam tanggap becana. Para relawan tak hanya dari dinas kesehatan dan rumah sakit pemerintah, tapi juga sukarelawan dari rumah sakit swasta. Dinkes juga sedang berkoordinasi dengan perguruan tinggi kesehatan dan organisasi keprofesian untuk terlibat dalam satuan tugas ini.
“Saat ini kami sedang melakukan pendataan, mulai dari Dinkes Provinsi dan RSUD, kami juga meminta RS swasta untuk bisa mengirimkan personel untuk membantu penanganan warga terdampak banjir, kami juga berkoordinasi dengan perguruan tinggi kesehatan agar bisa menerjunkan para mahasiswa untuk membantu, begitu pun dengan organisasi profesi kesehatan, kami membutuhkan 300 orang, ditambah lagi dengan petugas dari dinkes kabupaten/kota, insyaallah kami siap,” ucap Suyuti.
Kepala BPBD Provinsi Kalteng Falery Tuwan menyebut ada 16 ribu kepala keluarga (KK) yang terdampak bencana banjir kali ini. “Ada 16 ribu KK yang terdampak, itu data terakhir,” ucapnya.
Kotim termasuk daerah yang pertama kali menetapkan status tanggap darurat banjir. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Rihel mengatakan, puluhan desa yang dilanda banjir tersebar di enam kecamatan, yang sebagian besar berada di wilayah utara. Desa-desa itu sering dilanda banjir karena letaknya cukup rendah dan dekat dengan sungai. Bahkan ada desa yang sudah tiga kali dilanda banjir tahun ini.
“Berdasarkan laporan yang kami terima pada Sabtu dan Minggu, kemarin kami melakukan pemantauan bersama Wakil Bupati Irawati dan Dandim 1015 Sampit Letkol Inf Abdul Hamid, ada 25 desa yang dilanda banjir, kami juga terus melakukan pemantauan perkembangan situasi dari waktu ke waktu,” kata Rihel, Senin (17/10).
Dikatakannya, di wilayah Kecamatan Mentaya Hulu, ada sembilan desa yang terendam. Yakni Kelurahan Kuala Kuayan, Desa Tangkarobah, Baampah, Kawan Batu, Tangar, Tanjung Jariangau, Bawan, Pendadurian, dan Pahirangan.
Di Kecamatan Tualan Hulu, banjir melanda empat desa. Meliputi Desa Luwuk Sampun, Mirah, Tumbang Mujam, dan Sebungsu. Di Kecamatan Kota Besi, banjir melanda Desa Hanjalipan. Sedangkan di Kecamatan Bukit Santuai, hanya Desa Tewai Hara yang terendam.
“Kalau banjir di Kecamatan Parenggean hanya melanda dua wilayah, yaitu Kelurahan Parenggean dan Desa Bejarau. Di Kecamatan Telaga Antang melanda delapan desa, yakni Tumbang Boloi, Tumbang Bajanei, Mangkup, Rantau Katang, Tumbang Sangai, Tukang Langit, Luwuk Kowan, dan Rantau Tampang,” sampai Rihel.
Rihel menambahkan, kondisi banjir masih sulit diprediksi. Sangat tergantung curah hujan. Karena itu pihaknya mengimbau masyarakata untuk tetap mewaspadai kemungkinan banjir susulan.
“Kami minta dukungan seluruh kepala desa untuk menginformasikan perkembangan kondisi banjir dari waktu ke waktu. Informasi diharapkan tidak hanya saat terjadi banjir, tetapi juga ketika kondisi banjir berangsur surut hingga masyarakat bisa beraktivitas normal kembali,” sebutnya.
Sementara itu, status tanggap darurat banjir masih berlaku di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).